Wanita shalihah adalah seorang wanita yang tahan memegang
bara.Jika datang perintah dari syariat kepada salah seorang mereka, dia
taat, terima, dan tunduk. Dia tidak menyanggah, tidak membangkang,
ataupun mencari alasan untuk tidak menerimanya.
Adalah seorang laki-laki dari sahabat Rasulullah SAW bernama
Julaibib. Wajahnya tidak begitu menarik. Rasulullah SAW menawarinya
menikah. Dia berkata (tidak percaya), “Kalau begitu, Anda menganggapku
tidak laku?”
Beliau bersabda, “Tetapi kamu di sisi Allah bukan tidak laku.”
Dan Nabi SAW senantiasa terus mencari kesempatan untuk menikahkan Julaibib dengan wanita yang sholehah.
Hingga suatu hari, seorang laki-laki dari Anshar datang menawarkan
putrinya yang janda kepada Rasulullah SAW agar beliau menikahinya. Nabi
SAW bersabda kepadanya, “Ya. Wahai fulan! Nikahkan aku dengan putrimu.”
“Ya, dan sungguh itu suatu kenikmatan, wahai Rasulullah,” katanya riang.
Namun Nabi SAW bersabda kepadanya, “Sesungguhnya aku tidak menginginkannya untuk diriku”
“Lalu, untuk siapa?” tanyanya.
Beliau menjawab, “Untuk Julaibib…”
Ia terperanjat, “Julaibib, wahai Rasulullah?!! Biarkan aku meminta pendapat ibunya….”
Laki-laki itu pun pulang kepada istrinya seraya berkata, “Sesungguhnya Rasulullah SAW melamar putrimu.”
Dia menjawab, “Ya, dan itu suatu kenikmatan”
“Menjadi istri Rasulullah!” tambahnya girang.
Dia berkata lagi, “Sesungguhnya beliau tidak menginginkannya untuk diri beliau.”
“Lalu, untuk siapa?” tanyanya.
“Beliau menginginkannya untuk Julaibib,” jawabnya.
Dia berkata, “Aku siap memberikan leherku untuk Julaibib… ! Tidak.
Demi Allah! Aku tidak akan menikahkan putriku dengan Julaibib. Padahal,
kita telah menolak lamaran si fulan dan si fulan…” katanya lagi.
Sang bapak pun sedih karena hal itu, dan ketika hendak beranjak
menuju Rasulullah SAW, tiba-tiba putrinya yang janda itu berteriak
memanggil ayahnya dari kamarnya, “Siapa yang melamarku kepada kalian?”
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam,” jawab keduanya.
Dia berkata, “Apakah kalian akan menolak perintah Rasulullah SAW?”
“Bawa aku menuju Rasulullah SAW. Sungguh, beliau tidak akan menyia-nyiakanku,” lanjutnya.
Sang bapak pun pergi menemui Nabi SAW, seraya berkata, “Wahai Rasulullah SAW, terserah Anda. Nikahkanlah dia dengan Julaibib.”
Nabi SAW pun menikahkannya dengan Julaibib, serta mendoakannya,
“Ya Allah! Limpahkan kepada keduanya kebaikan, dan jangan jadikan kehidupan mereka susah.”
Tidak selang beberapa hari pernikahannya, Nabi SAW keluar dalam
peperangan, dan Julaibib ikut serta bersama beliau. Setelah peperangan
usai, dan manusia mulai saling mencari satu sama lain. Nabi SAW bertanya
kepada mereka, “Apakah kalian kehilangan seseorang?” Mereka menjawab,
“Kami kehilangan fulan dan fulan…”
Kemudian beliau bertanya lagi, “Apakah kalian kehilangan seseorang?” Mereka menjawab, “Kami kehilangan si fulan dan si fulan…”
Kemudian beliau bertanya lagi, “Apakah kalian kehilangan seseorang?” Mereka menjawab, “Kami kehilangan fulan dan fulan…”
Beliau bersabda, “Akan tetapi aku kehilangan Julaibib.”
Mereka pun mencari dan memeriksanya di antara orang-orang yang
terbunuh. Tetapi mereka tidak menemukannya di arena pertempuran.
Terakhir, mereka menemukannya di sebuah tempat yang tidak jauh, di sisi
tujuh orang dari orang-orang musyrik. Dia telah membunuh mereka,
kemudian mereka membunuhnya.
Nabi SAW berdiri memandangi mayatnya, lalu berkata,”Dia membunuh
tujuh orang lalu mereka membunuhnya. Dia membunuh tujuh orang lalu
mereka membunuhnya. Dia dari golonganku dan aku dari golongannya.”
Lalu Rasulullah SAW membopongnya di atas kedua lengannya dan memerintahkan mereka agar menggali tanah untuk menguburnya.
Sahabat Anas r.a berkata, “Kami pun menggali kubur, sementara
Julaibib radhiallahu ‘anhu tidak memiliki alas kecuali kedua lengan
Rasulullah SAW, hingga ia digalikan dan diletakkan di liang lahatnya.”
Anas radhiallahu ‘anhu berkata, “Demi Allah! Tidak ada di tengah-tengah
orang Anshar yang lebih banyak berinfak daripada istrinya. Kemudian,
para tokoh Sahabat pun berlomba melamarnya setelah Julaibib…”
Benarlah, “Dan barangsiapa yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya serta
takut kepada Allah dan bertakwa kepada-Nya, mereka itu adalah
orang-orang yang mendapat kemenangan.” (An-Nur: 52).
Nabi SAW juga telah bersabda, sebagaimana dalam ash-Shahih, “Setiap
umatku akan masuk surga kecuali yang enggan.” Para sahabat bertanya,
“Wahai Rasulullah, siapakah yang engan itu?” Beliau bersabda,
“Barangsiapa taat kepadaku, maka ia masuk surga, dan barangsiapa
mendurhakaiku berarti ia telah enggan.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar