Sabtu, 17 Mei 2014

" Kisah Kejujuran Imam asy-Syafi'i rahimahullah yang luar biasa "

Kisah Kejujuran Imam asy-Syafi'i rahimahullah yang luar biasa.

Imam asy-Syafi'i rahimahullah sebelum berangkat belajar ke Madinah belajar kepada Imam Malik rahimahullah, beliau berkata Ibu nya : "Wahai ibu, berilah saya nasehat.!"

Ibunya berkata : "Wahai anak ku, berjanjilah kepada ku untuk tidak berdusta."

Imam asy-Syafi'i rahimahullah berkata : "Saya berjanji kepada Allah lalu kepada mu untuk tidak berdusta."

Beliau waktu usia nya masih kecil, dibekali oleh ibu nya uang 400 dirham.

Beliau menaiki hewan tunggangan nya dan keluar bersama rombongan menuju Madinah, Imam asy-Syafi menyimpan uang itu didalam sebuah kantong yang ia jahit disela - sela bajunya. Ditengah - tengah perjalanan ada rampok yang merampas seluruh harta rombongan tersebut, tatkala sampai dihadapan Imam asy-Syafi'i yang masih kecil, para perampok itu bertanya : "Apakah kamu membawa uang?"

Imam asy-Syafi'i yang masih kecil ini menjawab : "IYA"

Perampok : "Berapa?"

Imam Asy-Syafi'i : "Saya membawa uang 400 dirham."

Para perampok tersebut tertawa sambil mengejek beliau dan berkata : "Pergilah, apakah kamu hendak mengolok - olok kami? Pergilah sana. Apakah orang seperti mu membawa uang sebanyak empat ratus dirham?" (kata para perampok dengan tidak percaya).

Kemudian asy-Syafi'i berhenti disamping rombongan kafilah yang dirampok.

para pemimpin rampok berkata kepada anak buah nya : "Apakah kalian telah mengambil semuanya?"

Mereka (anak buah) menjawab : "Ya"

Pemimpin rampok : "Apakah kalian tidak meninggalkan seorang pun?"

Mereka (anak buah) menjawab : "Tidak, kecuali seorang anak kecil yang mengaku telah membawa uang sebanyak 400 dirham, namun anak tersebut gila atau hanya ingin mengolok - olok kita, sehingga kami pun menyuruhnya pergi."

Pemimpin rampok berkata : "Bawa anak itu kemari."

Mereka pun membawa Syafi'i kecil.
Kemudian pemimpin rampok itu bertanya kepada beliau : "Apakah kamu membawa uang, wahai anak kecil?"

Syafi'i kecil menjawab : "Ya"

Pemimpin Rampok berkata : "Berapa uang yang kamu bawa?"

Syafi'i kecil: "Empat ratus dirham."

Pemimpin perampok itu bertanya lagi, "Dimana uang itu?"

Lalu Syafi'i kecil mengeluarkan uang tersebut dari balik pakian nya dan menyerahkan nya kepada pemimpin kawanan perampok tersebut.

Pemimpin rampok itu menuangkan uang - uang tersebut kepangkuan nya, lalu ia memandangi syafi'i kecil dengan keheranan dan berkata : "Kenapa kamu jujur kepada ku ketika aku tadi bertanya kepada mu, dan kamu tidak berdusta kepadaku, padahal kamu tahu bahwa uang mu akan hilang?"

Syafi'i kecil pun menjawab : "Saya jujur kepada mu karena saya telah berjanji kepada ibu ku untuk tidak berdusta kepada siapa pun."

Mendengar penuturan Syafi'i kecil itu, tiba - tiba tangan pemimpin rampok itu berhenti memain - mainkan uang 400 dirham tersebut, karena hatinya telah bergetar karena hidayah dari Allah.

Lalu pemimpin rampok itu berkata sambil mengembalikan uang tersebut kepada Syafi'i kecil : "Ambillah uang mu, kamu takut untuk mengkhianati janji mu kepada ibu mu, sedangkan aku tidak takut berkhianat kepada janji Allah Subhanhu wa ta'ala? Pergilah, wahai anak kecil dalam keadaan aman dan tenang, karena aku telah bertaubat kepada Zat yang Maha menerima taubat lagi Maha Penyayang melalui kedua tangan mu dengan taubat ini dan aku tidak akan pernah mendurhakai-Nya lagi selamanya."

Kemudian pemimpin kawanan perampok itu memandang anak buahnya dan berkata dalam firman Allah:

إنّ الله يامركم أن تؤدّوا الأمانات إلى أهلها
"Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada orang yang berhak menerima nya..." [An-Nisa ayat 58]

Lalu anak buahnya berkata sambil membawa harta dan berbagai perhiasan rombongan kafilah yang mereka rampok tadi dan mengembalikan nya, dan mereka berkata kepada pemimpin mereka "Wahai tuan kami, anda telah bertaubat dengan Zat Yang Maha Menerima taubat lagi Maha Penyayang, sedangkan anda adalah pemimpin kami. Oleh karena itu kami lebih pantas untuk bertaubat daripada anda."

Akhirnya mereka semua bertaubat kepada Allah, lewat kejujuran Imam asy-Syafi'i kecil.

[Diringkas dan disadur dari buku Biografi Imam Syafi'i hal 17-20, Abdul Aziz asy-Syinawi. Judul aslinya Al-Aimmah Al-Arba'ah Hayatuhum Mawaqifuhum Ara'ahum Qadhiyusy Syariah al-Imam asy-Syafi'i]

===[SUBHANALLAH]===


Kasih Sayang Rasulullah kepada Orang Sakit


*Dari buku Keajaiban Cinta Rasul

Tak ada manusia yang dapat hidup seorang diri. Setiap manusia pasti membutuhkan manusia lain. Islam tak hanya mengajarkan habluminallah, tetapi juga habluminannas. Salah satu bentuk habluminannas ini adalah mengunjungi orang yang sedang sakit.
Rasulullah Saw. telah mencontohkan hal ini. Dalam salah satu hadis, beliau menetapkan bahwa menjenguk orang sakit adalah kewajiban seorang muslim terhadap muslim yang lain. Menjenguk orang yang sakit ini bertujuan untuk memberikan rasa kasih sayang dan cinta kepada si sakit dan keluarganya, serta turut merasakan kesusahan mereka sehingga mengurangi kesusahan di hati mereka.

Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim, sahabat Abdullah bin Umar r.a. menuturkan bahwa Sa’ad bin Ubadah sedang sakit. Lalu Rasulullah dan beberapa sahabat mengunjunginya. Ketika beliau masuk dan menemui keluarga Sa’ad bin Ubadah r.a., beliau bertanya,
“Apakah ia sudah sembuh?” Keluarganya menjawab, “Belum, wahai Rasulullah.” Rasulullah pun menangis mendengarnya.
Pada kesempatan lain, Rasulullah Saw. mengunjungi Ummu Ala, seorang shahabiyah yang sedang sakit. Beliau bersabda, “Bergembiralah, wahai Ummu Ala, sebab Allah akan menghapus dosa-dosa seorang muslim dengan sakit seperti api yang menghapus kotoran emas dan perak.” (HR Abu Dawud)

Rasulullah tak sekadar mengunjungi orang yang sakit, tetapi juga mendoakan kesembuhan bagi si sakit. “Hilangkanlah penyakitnya, wahai Rabb manusia. Sembuhkanlah. Engkaulah Maha Penyembuh. Tiada kesembuhan selain kesembuhan darimu. Kesembuhan yang tidak mendatangkan penyakit lagi.” 

(HR Bukhari)

1 komentar:

  1. Ceritanya beliau sama dengan syeikh abdul Qadir al jailani ya????

    BalasHapus