Senin, 07 Juli 2014

Kafarat (Tebusan) Ghibah dan bertaubat darinya

KAFARAT (TEBUSAN) GHIBAH & BERTAUBAT DARI-NYA.
Oleh: Ulinuha Asnawi
Bagi yang suka Ghibah dibulan puasa, cara bertaubat dari-nya, sekaligus penjelasan lebih rinci telah dijelaskan oleh An-Nawawi dalam kitab-nya Al-Adzkar. sekali baca mungkin in syaa Alloh faham, karena sudah saya translate dalam B.Indonesia..dua bait sair yang sangat populer dalam hifdzul lisan (menjaga lisan)
اِحْفَظْ لِسَانَكَ أَيُّهَا اْلإِنْسَانُ
لَا يُلَدِّغَنَّكَ إِنّهُ ثُعْبَانُ
Jagalah lisanmu wahai manusia
Jangan sampai dia menggigitmu, karena dia adalah ular yang berbisa
كَمْ فِيْ الْمَقَابِرِ مِنْ قَتِيْلِ لِسَانِهِ
قَدْ كَانَ هَابَ لِقَاءَهُ الشُّجْعَانُ
Berapa banyak dalam alam kubur orang yang mati karena lisannya
Orang yang pemberanipun takut kepadanya
_____________________
Perlu diperjelas, bahwa setiap perbuatan maksiat wajib segera bertaubat darinya, taubat dari Hak Alloh syaratnya ada tiga, berhenti tidak mengulanginya, menyesal atas perbuatannya dan mempunyai azam tidak mengulanginya. Sedangkan taubat dari Hak Anak adam disaratkan tiga sarat ini dan yang ditambah yang ke empat adalah mengembalikan hak orang yangdidzalimi dan meminta maaf kepadanya.
Oleh karenanya, wajib bagi orang yang gibah bertaubat dengan empat sarat tersebut. Karena dosa ghibah adalah termasuk dosa Hak Anak Adam, maka dari itu wajib meminta halal kepada orang yang diperlakukan demikian, kemudian apakah cukup meminta maaf saja, atau diwajibkan ta’yin (menjelaskan) bahwa dia telah berbuat ghibah kepadanya? Dalam hal ini menurut Ulama Syafi’iyah adan dua wajah, di syaratkan (ta’yin) menjelaskannya, karena terlepasnya dari dosa ini, dengan tanpa (ta’yin) menjelaskan kesalahannya hukumnya tidak sah, sebagaimana terlepas dari harta yang tidak diketahui jumlahnya, pendapat yang kedua, tidak disyaratkan, karena dosa ini dengan memohon maaf dapat menghapus dengan sendirinya, oleh karenanya tidak diperlukan (ta’yin) menjelaskan kesalahannya berbeda dengan hukum pada harta benda. Sedangkan yang lebih benar adalah pendapat yang pertama, karena seseorang dapat memaafkan ghibah yang disebutkan, belum tentu memaafkan ghibah lainnya. Kemudian jika orang yang di¬-ghibah-i sudah meninggal dunia, tidak dimungkinkan memohon maaf kepadanya, akan tetapi para Ulama mengatakan, seyogyanya memperbanyak istighfar untuknya, mendoakan dan memperbanyak berbuat kebaikan.
Perlu diperhatikan, bahwa orang yang terkena ghibah disunahkan memberikan maaf kepada orang yang ghibah, dan tidak wajib baginya memberikan maaf. Karena hal itu merupakan hak suka rela sehingga dia berhak memilih antara memaafkan dan tidak. Akan tetapi hukumnya jelas sunah baginya, agar kepada sesama muslim dapat terlepas dari dosanya dan dia sendiri mendapatkan pahala yang besar dari Alloh Swt, berupa taubat, memberi maaf, dan cinta Alloh Swt kepadanya.
Firman Alloh Swt:
“Dan orang-orang yang menahan amarhnya dan memaafkan kesalahan orang (lain), dan Alloh Swt menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan” (Q.S Ali Imran: 134)
Cara memberikan maaf adalah dengan mengatakan kepada dirinya sendiri, bahwa sesuatu itu telah terlanjur terjadi, sehingga tidak perlu lagi dipermasalahkan dan tidak sepatutnya melepaskan pahala yang besar dari melepaskan dosa kepada sesama muslim.
Firman Alloh Swt:
“Tetapi orang yang sabar dan memberi maaf, sesungguhnya perbuatan itu termasuk hal-hal yang diutamakan” (Q.S Asy-Syura: 43)
“Jadilah engkau pemaaf, dan perintahkanlah orang-orang untuk berbuat yang ma’ruf, serta berpaling dari orang-orang bodoh” (Q.S Al-A’raf: 199)
Ayat-ayat yang menjelaskan tentang demikian sangatlah banyak.
Dalam hadits shahih dijelaskan, bahwa sesungguhnya Rosulullah Saw bersabda: Dan Alloh selalu menolong seorang hamba selama hamba tersebut menolong saudaranya.
Al-Imam As-Syafi’i rahimahullah mengatakan, barangsiapa dimintai ridhanya tetapi dia tidak memberikan ridhanya, maka dia adalah setan.
Para Ulama terdahulu mengatakan dalam syairnya.
قِيْلَ لِيْ قَدْ أَسَاءَ إِلَيْكَ فُلَانٌ
وَمُقَامُ الْفَتَى عَلَى الذُّلِّ عَارُ
Dikatakan kepadaku bahwa si Fulan berbuat baik kepadamu
Padahal kedudukan pemuda dalam kehinaan adalah sebuah aib
قُلْتُ قَدْ جَاءَنَا وَأحْدَثَ عُذْراً
دِيَةُ الذَّنْبِ عِنْدَنَا الْاِعْتِذَارُ
Aku katakan, bahwa dia telah datang dan meminta maaf
Pengganti, tebusan dosa menurutku adalah memberi maaf.
Inilah yang kami sebutkan tentang memberi maaf dari ghibah, dan ini adalah yang benar. Sedangkan apa yang dikatakan oleh Sa’id bin Musayyab bahwa dia mengatakan, aku tidak akan memberi maaf kepada orang yang berbuat dzalim kepadaku, kemudian perkataan Ibnu Sirin, bahwa aku tidak akan mengharamkan atasnya dan aku akan menghalalkan atasnya, karena ghibah adalah hal yang diharamkan oleh Alloh, dan aku tidak akan menghalalkan sesuatu yang diharamkan Alloh Swt selamanya. Pernyataan ini adalah pernyataan yang dhaif dan salah besar, karena orang yang memaafkan bukan berarti menghalalkan yang haram, tetapi hanya sekedar memberikan hak yang ada padanya.
Dan sudah sangat jelas nas Al-Qur’an dan hadits rosul yang menjelaskan kesunahan memberi maaf dan membebaskan hak orang lain dengan memberi maaf, atau bisa jadi perkataan Ibnu Sirin mengandung arti, bahwa aku tidak akan menghukumi mubah kepada orang yang berbuat ghibah kepadaku selamanya. Ini yang shahih, karena semua orang jika mengatakan, bahwa aku mubahkan kehormatanku untuk orang yang ingin melakukan ghibah kepadaku, maka ghibah tidak akan bisa menjadi halal, dan hukumnya tetap haram kepada siapaun yang melakukan ghibah kepadanya, sebagaimana haram hukumnya dilakukan kepada orang lain.
Sebagaimana hadits berikut:
“Tidak bisakah seseorang dari kalian seperti Abu Dham-dham, yang ketika keluar rumah dengan mengucapkan, Aku bersedekah dengan kehormatanku kepada seluruh manusia”.
Makna hadits, aku tidak akan menuntut balas kepada orang yang telah mendzalimiku, tidak di dunia juga kelak di akhirat, ini adalah perkataan yang dipakai untuk memberikan haknya sebelum memaafkan, sedangkan hukum perkataan setelahnya, maka tidak dipungkiri memerlukan permohonan maaf yang baru. Wabillahi taufiq.

Minggu, 06 Juli 2014

Hukum Zakat Fitrah dengan Uang 2

Asal Link : https://www.facebook.com/PISS.KTB/posts/705829989470417
1720. HUKUM MEMBAYAR ZAKAT FITRAH DENGAN UANG
PERTANYAAN :
Lutfy Santri Bodho
Assalamu'alaikum...... Poro ustadz,kyai..qlo badhe. Tangklet.... Bagaimana hukum zakat fitrah menggunakan uang.. Yg sudah mnjadi kelaku di sbagaian daerah....suwun....
JAWABAN :
> Mbah Jenggot II
Wa`alaikum salam. Membayar zakat fitrah dengan uang, menurut Syafi’iyyah tidak diperbolehkan, sedangkan menurut Hanafiyyah diperbolehkan.
Catatan Penting : Berpijak pada pendapat yang memperbolehkan pembayaran zakat fitrah dengan uang (yakni hanya Hanafiyah) maka menurut kalangan ini, mengenai kadar uang yang dikeluarkan adalah disesuaikan nilai / harga bahan-bahan makanan yang manshush (disebutkan secara eksplisit dalam hadis) sebagai zakat fitrah, yakni :
1 sho’ tamr / kurma, atau
1 sho’ gandum sya’ir, atau
½ sho’ zabib / anggur, atau
½ sho’ gandum burr
Yang kesemuanya mengacu pada nilai harga saat mulai terkena beban kewajiban (waqtul wujub).
Referensi :
•Al-Majmu’ Syarh al-Muhadzdzab VI/113
•Tarsyih al-Mustafîdîn, 154
•Al-Mughni li Ibn Qudâmah II/357
•Radd al-Mukhtâr II/286
•Al-Mausu’ah al-Fiqhiyyah XX/243
•Al-Inâyah Syarh al-Hidâyah III/245
•Al-Fiqh al-Islâmi wa Adillatuh II/909
Sumber : http://lbm.lirboyo.net/zakat-fitrah-dengan-uang/
> Abdullah Afif
Kenapa dalam madzhab Syafi'i tidak diperbolehkan mengeluarkan zakat dengan qimah ? Berikut jawaban dan paparan Imam Ghazali dalam kitab Ihya juz I halaman 213 dalam fasal :
في الأداء وشروطه الباطنة والظاهرة
والقسم الثالث: هو المركب الذي يقصد منه الأمران جميعاً وهو حظ العباد وامتحان المكلف بالاستعباد، فيجتمع فيه تعبد رمي الجمار وحظ رد الحقوق فهذا قسم في نفسه معقول، فإن ورد الشرع به وجب الجمع بين المعنيين
ولا ينبغي أن ينسى أدق المعنيين وهو التعبد والاسترقاق بسبب أجلاهما، ولعل الأدق هو الأهم والزكاة من هذا القبيل
ولم ينتبه له غير الشافعي رضي الله عنه فحظ الفقير مقصود في سد الخلة وهو جلي سابق إلى الأفهام وحق التعبد في اتباع التفاصيل مقصود للشرع. وباعتباره صارت الزكاة قرينة للصلاة والحج في كونها من مباني الإسلام.
ولاشك في أن على المكلف تعباً في تمييز أجناس ماله وإخراج حصة كل مال من نوعه وجنسه وصفته. ثم توزيعه على الأصناف الثمانية كما سيأتي.
والتساهل فيه غير قادح في حظ الفقير لكنه قادح في التعبد
Sumber : http://ar.wikisource.org/wiki/إحياء_علوم_الدين/كتاب_أسرار_الزكاة/الفصل_الثاني
> Nur Hasyim S. Anam
ZAKAT FITRAH DENGAN UANG SERTA UKURAN SHO’
Tiga madzhab sependapat bahwa tidak boleh zakat fitrah dengan uang. Madzhab hanafi memperbolehkan zakat fitrah dengan uang, namun harus seharga satu sho gandum, kurma, atau anggur kering (jenis-jenis fitrah yang tertera dalam hadits, bukan seharga satu sho’ makanan pokok). Ada pendapat dari kalangan Malikiyah yang memperbolehkan zakat fitrah dengan uang (seharga satu sho’ makanan pokok) namun makruh.
(الثالث) من الامور الخمس (ان لا يخرج بدلا) فى الزكاة (باعتبار القيمة) الوارد فى الحديث (المنصوص عليه) فلا يجزئ ورق) اي فضة بدلا (عن ذهب)اذا وجبت فيه (ولا ذهبا) بدلا (عن ورق) اذا وجبت فيه (وان زاد عليه فى القيمة) كما فى الهدايا والضحايا لان الشرع اوجب علينا والواجب ما لا يسع تركه ومتى ساغ غيره وسعه تركه فلا يكون واجبا وبه قال مالك واحمد وفال اصحابنا يجوز دفع القيمة فى الزكاة والكفارة وصدقة الفطر والعشر والخراج والنذر لان الامر بالاداء الى الفقير ايجاب للرزق الموعود فصار كالجزية بخلاف الهدايا والضحايا فإن المستحق فيه إراقة الدم وهى لا تعقل ووجه القربة فى المتنازع فيه سد خلة المحتاج وهو معقول اهـ، اتحاف السادات المتقين (الحنفية) ج 4 ص 94
***
)مسئلة) ان اخرج قيمة الصاع دراهم او ذهبا فانه يجزئ مع الكراهة كما قال الدردير في فصل مصرف الزكاة من اقرب المسالك الا العين عن حرث وماشية بالقيمة فتجزئ بكره وهذا شامل لزكاة الفطر اهـ وفي حاشية الصاوي في فصل زكاة الفطر نقلا عن تقرير الدردير انه ان اخرج قيمة الصاع عينا فالأظهر الإجزاء لأنه يسهل بالعين سد خلته في ذلك اليوم اهـ قرة العين بفتاوي علماء الحرمين (المالكية)/ 76
***
(أَوْ) دَفَعَ (جِنْسًا) مِمَّا فِيهِ الزَّكَاةُ (عَنْ غَيْرِهِ): مِمَّا فِيهِ زَكَاةٌ ; لَمْ تُجْزِئْهُ كَأَنْ دَفَعَ مَاشِيَةً عَنْ حَرْثٍ أَوْ عَكْسِهِ. وَمُرَادُهُ بِالْجِنْسِ: مَا يَشْمَلُ الصِّنْفَ ; فَلا يُجْزِئُ تَمْرٌ عَنْ زَبِيبٍ وَلا عَكْسُهُ. وَلا شَيْءٌ مِنْ الْقَطَّانِي عَنْ آخَرَ, وَلا زَيْتُ ذِي زَيْتٍ عَنْ آخَرَ, وَلا شَعِيرٌ عَنْ قَمْحٍ أَوْ سُلْتٍ أَوْ ذُرَةٍ أَوْ أُرْزٍ. (إلا الْعَيْنَ) ذَهَبًا أَوْ فِضَّةً يُخْرِجُهَا (عَنْ حَرْثٍ وَمَاشِيَةٍ) بِالْقِيمَةِ (فَتُجْزِئُ بِكُرْهٍ) أَيْ مَعَ كَرَاهَةٍ وَهَذَا شَامِلٌ لِزَكَاةِ الْفِطْرِ اهـ الشرح الصغير على أقرب المسالك، 1/581
***
فَيَتَعَيَّنُ الإِخْرَاجُ مِمَّا غَلَبَ الاقْتِيَاتُ مِنْهُ مِنْ هَذِهِ الأَصْنَافِ التِّسْعَةِ, فَلا يُجْزِئُ الإِخْرَاجُ مِنْ غَيْرِهَا ولا منها إن قتيت غيره منها إلا أن يخرج الأحسن؛ كما لو غلب اقتيات الشعير فأخرج قمحاً اهـ، الشرح الصغير على أقرب المسالك (المالكية)، 1/672
***
قَوْلُهُ: [ فَلا يُجْزِئُ الإِخْرَاجُ مِنْ غَيْرِهَا ]: أَيْ إذَا لَمْ يَكُنْ ذَلِكَ الْغَيْرُ عَيْنًا، وَإِلا فَالأَظْهَرُ الإِجْزَاءُ لأَنَّهُ يَسْهُلُ بِالْعَيْنِ سَدُّ خَلَّتِهِ فِي ذَلِكَ الْيَوْمِ اهـ، حاشية الصاوي على الشرح الصغير(المالكية)، 1/682
***
واتفق الائمة أنه لا يجوز إخراج القيمة في الفطرة في غير ما تقدم الا أبا حنيفة فقال يجوز بل هو أفضل في السعة، أما في الشدة فدفع العين أفضلز والتفقوا على أن الواجب صاع الا الحنفية فيجزئ عندهم من الزبيب نصف صاع، وكذلك البر ودقيقه وسويقه اهـ، فتح العلام بشرح مشيد الانام (الشافعية)، 3/302
***
( مسألة ) لا تجزئ القيمة في الفطرة عندنا . وبه قال مالك وأحمد وابن المنذر . وقال أبو حنيفة يجوز حكاه ابن المنذر عن الحسن البصري وعمر بن عبد العزيز والثوري قال وقال إسحاق وأبو ثور لا تجزئ إلا عند الضرورة اهـ المجموع شرح المهذب (الشافعية) الجزء السادس ص: 113
***
( 1966 ) مسألة : قال : ( ومن أعطى القيمة لم تجزئه ) قال أبو داود قيل لأحمد وأنا أسمع أعطي دراهم يعني في صدقة الفطر قال أخاف أن لا يجزئه خلاف سنة رسول الله صلى الله عليه وسلم . وقال أبو طالب , قال لي أحمد لا يعطي قيمته , قيل له : قوم يقولون , عمر بن عبد العزيز كان يأخذ بالقيمة , قال يدعون قول رسول الله صلى الله عليه وسلم ويقولون قال فلان , قال ابن عمر : فرض رسول الله صلى الله عليه وسلم . وقال الله تعالى “أطيعوا الله وأطيعوا الرسول”. وقال قوم يردون السنن قال فلان قال فلان . وظاهر مذهبه أنه لا يجزئه إخراج القيمة في شيء من الزكوات . وبه قال مالك والشافعي وقال الثوري وأبو حنيفة يجوز . وقد روي ذلك عن عمر بن عبد العزيز والحسن وقد روي عن أحمد مثل قولهم فيما عدا الفطرة اهـ، المغني لابن قدامة (الحنابلة) الجزء الثاني ص: 357
Berikut ini ta’bir mengenai uang dalam madzahab maliki yang hukumnya sama dengan dirham, dinar, emas atau perak.
وَاعْلَمْ أَنَّ الْفُلُوسَ الْجُدُدَ هُنَا كَالْعَيْنِ فَلا يَجُوزُ سَلَمُ بَعْضِهَا فِي بَعْضٍ، حاشية الصاوي على الشرح الصغير(المالكية)، 3/261
***
قلت: ما قول مالك فيمن أسلم فلوساً في طعام؟ قال: لا بأس بذلك . قلت : ما قول مالك فيمن أسلم طعاماً في فلوس؟ قال: قال مالك: لا بأس بذلك. قلت : فإن أسلم دراهم في فلوس؟ قال: قال مالك: لا يصلح ذلك. قلت : وكذلك الدنانير إذا أسلمها في الفلوس؟ قال: نعم لا يصلح عند مالك. قلت : وكذلك لو باع فلوساً بدراهم إلى أجل وبدنانير إلى أجل لم يصلح ذلك؟ قال: نعم. قلت : لم؟ قال: لأن الفلوس عين ولأن هذا صرف اهـ، المدونة الكبرى(المالكية)، 9/19
Perlu diketahui, pada umumnya masyarakat menilai mud dan sho’ dengan ukuran berat jenis suatu barang. Hal ini kurang tepat mengingat bahwa ukuran mud dan sho’ itu adalah takaran. Yang benar ukuran mud dan sho’ itu adalah memakai volume.
~ satu mud versi Syafi’i, Imam Ahmad, Imam Malik = 0,766 lt / kubus berukuran kurang lebih 9,2 cm.
~ satu sho’ versi imam Syafi’i, Imam Ahmad, Imam Malik = 3,145 lt / kubus berukuran kurang lebih 14,65 cm.
Bila dikonversi ke dalam bentuk berat jenis, maka hasilnya bisa berbeda tergantung dari kadar air benda yang kita timbang. KH. Ma’shum bin Ali Jombang pernah menimbang beras dari takaran mud dan sho’ yang beliau miliki, dan diketahui bahwa;
~ satu mud mud beras putih = 679,79 gr.
~ satu sho’ beras putih = 2719,19 gr.
Wallahu a’lam bisshowab, mohon dikoreksi .
Link Asal > http://www.facebook.com/groups/piss.ktb/permalink/452970431392437
Pertanyaan : Bolehkah membayar zakat fitrah dengan uang? Jawaban : Membayar zakat fitrah dengan uang, menurut Syafi’iyyah tidak diperbolehkan,
lbm.lirboyo.net

Amin Alfar Q ya solusinya uang.y dbelikan beras dlu kmudian beras.y untk zakat yg sudah brlaku kya gtu.. mhon pncrahanya lg poro kg santri.. wallohu a'lam..

Hukum Zakat Fitrah dengan Uang 1

Posted on by kang santri
Pertanyaan :
Bolehkah membayar zakat fitrah dengan uang?
Jawaban :
Membayar zakat fitrah dengan uang, menurut Syafi’iyyah tidak diperbolehkan, sedangkan menurut Hanafiyyah diperbolehkan.
Catatan Penting :
Berpijak pada pendapat yang memperbolehkan pembayaran zakat fitrah dengan uang (yakni hanya Hanafiyah) maka menurut kalangan ini, mengenai kadar uang yang dikeluarkan adalah disesuaikan nilai / harga bahan-bahan makanan yang manshush (disebutkan secara eksplisit dalam hadis) sebagai zakat fitrah, yakni
  • 1 sho’ tamr / kurma, atau
  • 1 sho’ gandum sya’ir, atau
  • ½ sho’ zabib / anggur, atau
  • ½ sho’ gandum burr
Yang kesemuanya mengacu pada nilai harga saat mulai terkena beban kewajiban (waqtul wujub).
Referensi :
  • Al-Majmu’ Syarh al-Muhadzdzab VI/113
  • Tarsyih al-Mustafîdîn, 154
  • Al-Mughni li Ibn Qudâmah II/357
  • Radd al-Mukhtâr II/286
  • Al-Mausu’ah al-Fiqhiyyah XX/243
  • Al-Inâyah Syarh al-Hidâyah III/245
  • Al-Fiqh al-Islâmi wa Adillatuh II/909

المجموع الجزء السادس ص: 113

( مسألة ) لا تجزئ القيمة في الفطرة عندنا . وبه قال مالك وأحمد وابن المنذر . وقال أبو حنيفة يجوز حكاه ابن المنذر عن الحسن البصري وعمر بن عبد العزيز والثوري قال وقال إسحاق وأبو ثور لا تجزئ إلا عند الضرورة .

ترشيح المستفيدين ص: 154

فائدة: لا يجوز فى مذهب الامام الشافعى رحمه الله تعالى اخراج العرض عن القيمة فمن اراد اخراجه عنها قلد غيره ممن يرى الجواز كما افتى ابن حجر وغيره بجواز التقليد فى ذلك قال ابن زياد فى فتاويه أفتى البلقينى بجواز اخراج الفلوس الجدد المسماة بالمناقير فى زكاة النقد والتجارة وقال انه الذى اعتقده وبه أعمل وان كان مخالفا لمذهب الشافعى والفلوس انفع للمستحقين وأسهل وليس فيها غش كما فى الفضة المغشوشة ويتضرر المستحق اذا وردت عليه ولا يجد لها بدلا اهـ ويسع المقلد تقليده لانه من اهل التخريج والترجيح لا سيما اذا راجت الفلوس وكثر رغبة الناس فيها وقد سلف البلقينى فى ذلك البخارى وهو معدود من الشافعية فانه قال فى صحيحه باب العرض فى الزكاة وقال طاوس قال معاذ لأهل اليمن أئتونى بعرض ثياب خميص او لبيس فى الصدقة مكان الشعير والذرة أهون عليكم وخير لأصحاب النبى صلى الله عليه وسلم بالمدينة اهـ

المغني لابن قدامة الجزء الثاني ص: 357

( 1966 ) مسألة : قال : ( ومن أعطى القيمة لم تجزئه ) قال أبو داود قيل لأحمد وأنا أسمع أعطي دراهم يعني في صدقة الفطر قال أخاف أن لا يجزئه خلاف سنة رسول الله صلى الله عليه وسلم . وقال أبو طالب , قال لي أحمد لا يعطي قيمته , قيل له : قوم يقولون , عمر بن عبد العزيز كان يأخذ بالقيمة , قال يدعون قول رسول الله صلى الله عليه وسلم ويقولون قال فلان , قال ابن عمر : فرض رسول الله صلى الله عليه وسلم . وقال الله تعالى “أطيعوا الله وأطيعوا الرسول”. وقال قوم يردون السنن قال فلان قال فلان . وظاهر مذهبه أنه لا يجزئه إخراج القيمة في شيء من الزكوات . وبه قال مالك والشافعي وقال الثوري وأبو حنيفة يجوز . وقد روي ذلك عن عمر بن عبد العزيز والحسن وقد روي عن أحمد مثل قولهم فيما عدا الفطرة .

رد المختار الجزء الثاني ص : 286

( وجاز دفع القيمة  في زكاة وعشر وخراج وفطرة ونذر وكفارة غير الإعتاق ) وتعتبر القيمة يوم الوجوب وقالا يوم الأداء . وفي السوائم يوم الأداء إجماعا وهو الأصح ويقوم في البلد الذي المال فيه ولو في مفازة ففي أقرب الأمصار إليه فتح .

الموسوعة الفقهية الجزء الثالث والعشرون ص: 243

( نوع الواجب ) : 12 – ذهب الحنفية إلى أنه يجزئ إخراج زكاة الفطر القيمة من النقود وهو الأفضل أو العروض لكن إن أخرج من البر أو دقيقه أو سويقه أجزأه نصف صاع وإن أخرج من الشعير أو التمر أو الزبيب فصاع لما روى ابن عمر رضي الله تعالى عنهما قال “كان الناس يخرجون على عهد رسول الله صلى الله عليه وسلم صاعا من شعير أو تمر أو سلت أو زبيب” قال ابن عمر فلما كان عمر وكثرت الحنطة جعل عمر نصف صاع حنطة مكان صاع من تلك الأشياء . ثم قال الحنفية : ما سوى هذه الأشياء الأربعة المنصوص عليها من الحبوب كالعدس والأرز أو غير الحبوب كاللبن والجبن واللحم والعروض فتعتبر قيمته بقيمة الأشياء المنصوص عليها فإذا أراد المتصدق أن يخرج صدقة الفطر من العدس مثلا فيقوم نصف صاع من بر فإذا كانت قيمة نصف الصاع ثمانية قروش مثلا أخرج من العدس ما قيمته ثمانية قروش مثلا ومن الأرز واللبن والجبن وغير ذلك من الأشياء التي لم ينص عليها الشارع يخرج من العدس ما يعادل قيمته . وذهب المالكية , إلى أنه يخرج من غالب قوت البلد كالعدس والأرز والفول والقمح والشعير والسلت والتمر والأقط والدخن . وما عدا ذلك لا يجزئ إلا إذا اقتاته الناس وتركوا الأنواع السابقة ولا يجوز الإخراج من غير الغالب إلا إذا كان أفضل بأن اقتات الناس الذرة فأخرج قمحا . وإذا أخرج من اللحم اعتبر الشبع فإذا كان الصاع من البر يكفي اثنين إذا خبز أخرج من اللحم ما يشبع اثنين .

العناية شرح الهداية الجزء الثالث ص 245

والأصل أن ما هو منصوص عليه لا تعتبر فيه القيمة حتى لو أدى نصف صاع من تمر تبلغ قيمته قيمة نصف صاع من بر أو أكثر لم يجز لأن في اعتبار القيمة إبطال التقدير المنصوص عليه في المؤدى وهو لا يجوز فأما ما ليس بمنصوص عليه فإنه يلحق بالنصوص باعتبار القيمة إذ ليس فيه إبطال ذلك ( ثم يعتبر نصف صاع من بر وزنا فيما روى أبو يوسف عن أبي حنيفة رحمه الله ) لأن العلماء لما اختلفوا في مقدار الصاع أنه ثمانية أرطال أو خمسة أرطال وثلث رطل فقد اتفقوا على التقدير بما يعدل بالوزن وذلك دليل على اعتبار الوزن فيه وروى ابن رستم عن محمد كيلا

قال قلت له : لو وزن الرجل منوين من الحنطة وأعطاهما الفقير هل يجوز من صدقته فقال : لا فقد تكون الحنطة ثقيلة في الوزن ، وقد تكون خفيفة فإنما يعتبر نصف الصاع كيلا لأن الآثار جاءت بالتقدير بالصاع وهو اسم للمكيال . – إلى أن قال – قال ( والصاع عند أبي حنيفة ومحمد ثمانية أرطال بالعراقي ) اختلف العلماء في الصاع فقال أبو حنيفة ومحمد رحمهما الله هو ما يسع فيه ثمانية أرطال بالرطل العراقي كل رطل عشرون أستارا والإستار ستة دراهم ونصف ( وقال أبو يوسف رحمه الله خمسة أرطال وثلث رطل وهو قول الشافعي رحمه الله لقوله صلى الله عليه وسلم “صاعنا أصغر الصيعان ” ) . وهذا أصغر بالنسبة إلى ثمانية أرطال .

فقه الاسلامى الجزء الثانى ص: 909-910

قال الحنفية تجب زكاة الفطر من أربعة أشياء الحنطة والشعير والتمر والزبيب وقدرها نصف صاع من حنطة أو صاع من شعير أو تمر أو زبيب والصاع عند أبي حنيفة ومحمد ثمانية أرطال بالعراقي، والرطل العراقي مئة وثلاثون درهماً، ويساوي 3800 غراماً؛ لأنه عليه السلام كان يتوضأ بالمد رطلين، ويغتسل بالصاع ثمانية أرطال وهكذا كان صاع عمر رضي الله عنه وهو أصغر من الهاشمي، وكانوا يستعملون الهاشمي.. إلى أن قال.. دفع القيمة: ويجوز عندهم أن يعطي عن جميع ذلك القيمة دراهم او دنانير او فلوسا او عروضا او ما شاء لأن الواجب في الحقيقة إغناء الفقير لقوله صلى الله عليه وسلم اغنوهم عن المسألة في مثل هذا اليوم والإغناء يحصل بالقيمة بل اتم واوفر وايسر لأنها اقرب الى دفع الحاجة فتبين ان النص معلل بالإغناء اهـ

About kang santri

fhdjkfhsfkjsdfhs
This entry was posted in Tanya Jawab Agama and tagged , , , . Bookmark the permalink.