Salah satu sifat Allah SWT adalah Ia memiliki irodah (kehendak),
sebagaimana firman-Nya: "Dan Tuhanmu menciptakan apa yang
Dia kehendaki dan memilihnya. Sekali-kali tidak ada pilihan bagi mereka. Maha Suci Allah dan Maha Tinggi dari apa yang mereka persekutukan (dengan Dia)." (QS. Al-Qoshosh [28]:68).
Allah memilih sesuatu yang dikehendaki-Nya. Allah memilih tempat yang dikehendaki-Nya. Allah memilih manusia yang dikehendaki-Nya, pilihan-Nya sendiri ada yang menjadi Rasul, pemimpin negara, cendekia, dan lain sebagainya. Allah memilih gua Hiro' yang dikehendakiNya sebagai tempat pertemuan Rasul dan Malaikat Jibril.
Jika Allah berkehendak, tentu ada suatu maksud tertentu dibalik kehendak-Nya itu. Allah mengutus Rasulullah dengan satu maksud, untuk menyampaikan risalah-Nya. Begitu halnya dengan bulan Ramadhan, sebab Allah tidak akan mengatakan Ramadhan sebagai bulan istimewa jika tidak ada sesuatu dibalik itu. Baginda Rasulullah SAW, ketika berada di penghujung bulan Sya'ban, selalu mengatakan kepada sahabatnya: "Telah datang padamu bulan Ramadhan, penghulu segala bulan. Maka sambutlah kedatangannya. Telah datang bulan shiyam membawa segala keberkahan, maka alangkah mulianya tamu yang datang itu." (HR. Ath-Thabrani). Dalam sabdanya yang lain: "Sesungguhnya telah datang padamu bulan Ramadhan, bulan yang diberkahi, Allah memerintahkan berpuasa di dalamnya. Pada bulan itu, dibukakan segala pintu Surga, dikunci segala pintu neraka dan dibelenggu syetan-syetan. Di dalamnya ada suatu malam yang lebih baik dari 1000 bulan. Barangsiapa yang tidak diberikan kebajikan malam itu, berarti telah diharamkan baginya segala rupa kebajikan." (HR. An-Nasai dan Al-Baihaqi).
Pada bulan Puasa ini umat Islam di seluruh dunia melaksanakan puasa sebulan
penuh, Mengapa bulan Ramadhan
menjadi bulan yang selalu ditunggu-tunggu oleh umat muslim di seluruh
dunia? Dan ada apa dengan malam Lailatulkadar? Yang pasti, Ramadhan
adalah bulan penuh berkah, rahmat dan maghfiroh (ampunan), seperti
disebutkan pada firman Allah SWT di dalam kitab suci Al-Quran.
Sesuai firman Allah SWT di dalam Al-Quran yang berbunyi: "Hai
orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana
diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu menjadi orang-orang
bertaqwa." (Surat Al-Baqarah: 183).
Menyitir dari ayat tersebut maka
jelaslah Allah SWT menegaskan bahwa puasa merupakan wajib hukumnya,
seperti tertuang dalam Rukun Islam. Dan dalam ayat ini Allah SWT hanya
menyeru kepada orang-orang yang beriman, dalam artian bagi mereka yang
mengerti akan makna puasa Ramadhan dan hikmah di baliknya.
Namun demikian, wajar bila ibadah puasa dikatakan bukanlah ibadah
yang ringan. Pasalnya, dalam puasa kita dituntut dua aspek, yakni aspek
fisik dan psikis. Secara fisik kita dituntut menahan rasa haus dahaga
dan lapar, dan secara psikis puasa melatih kita untuk berupaya menahan
emosi, selalu berbuat baik dan berkata jujur, berperilaku sopan dan santun,
menjauhi yang dilarang Allah seperti tidak mencuri, berbohong, apalagi
berbuat korupsi!
Itu sebabnya, kehadiran bulan Ramadhan hanyalah "menyapa"
orang-orang yang salih, beriman dan bertaqwa. Artinya, tidak semua umat
mampu menjalankan ritual ini kecuali muslim yang selalu taqarub,
mendekatkan diri pada Sang Khaliq. Tentang mengapa tidak semua umat
manusia di dunia mampu melaksanakan ibadah ini, oleh karena puasa atau
shaum menuntut berbagai hal kepada setiap individu, baik kekuatan fisik
dan kesiapan psikis untuk selalu menahan hawa nafsu seharian penuh
selama sebulan penuh.
Syarat wajib puasa
Dalam bahasa Arab, puasa disebut saumun atau siyamun, artinya
"menahan".
Sementara itu menurut ajaran agam Islam, puasa adalah menahan
diri dari makan, minum, dan segala hal yang membatalkannya serta
mengendalikan diri dari hawa nafsu sejak terbit fajar hingga terbenamnya
matahari. Puasa Ramadhan hukumnya wajib bagi setiap muslim yang telah
baligh, berakal sehat, baik laki-laki maupun perempuan.
Ada beberapa syarat wajib puasa antara lain: pertama baligh atau
cukup umur, artinya telah dewasa. Maka, anak-anak yang belum baligh
boleh mengerjakan puasa sebagai latihan. Kedua, berakal sehat. Bagi
orang yang berubah akalnya atau orang gila tidak wajib puasa. Ketiga,
bagi kaum wanita tentunya tidak dalam keadaan haid atau nifas.
Dan keempat, orang tersebut mampu atau kuat melaksanakan puasa,
artinya orang yang sakit atau sudah tua renta boleh tidak berpuasa.
Orang yang sakit bila sudah sembuh, maka harus menggantinya atau
meng-qada pada bulan yang lain sebanyak hari yang ditinggalkannya,
sedangkan orang sudah tua renta dapat diganti dengan membayar fidyah.
Syarat sahnya puasa antara lain beragama Islam. Orang yang tidak
memeluk agama Islam puasanya tidak sah. Juga Mumayyiz, yaitu orang yang
dapat membedakan yang benar dan yang salah. Suci dari haid (darah kotor)
dan nifas (orang yang keluar darah setelah melahirkan). Kemudian pada
waktu yang diperbolehkan berpuasa, misalnya puasa hanya boleh
dilaksanakan pada siang hari.
Rukun puasa yang harus dipenuhi oleh seseorang yang akan
melaksanakan puasa pada bulan Ramadhan, pertama niat dengan menyengaja
mengerjakan puasa Ramadhan. Dan kedua, menahan diri dari segala
perbuatan yang dapat membatalkan puasa sejak terbit fajar (subuh) hingga
terbenam matahari (maghrib).
Untuk niat berpuasa di bulan Ramadhan cukup di dalam hati. Akan
tetapi, ada juga yang biasa mengucapkannya. Niat puasa Ramadhan
sebaiknya dilakukan pada malam hari, karena jika di siang hari maka
puasanya tidak sah. Sebagaimana dijelaskan dalam hadist Nabi Muhammad
SAW: "Dari Hafsah Ummul Mu'minin RA bahwasanya Nabi SAW bersabda: Barang
siapa yang tidak menetapkan puasa sebelum fajar, maka tidak sah
puasanya." (HR Lima Perawi Hadist).
Hikmah puasa
Mengapa Allah SWT mewajibkan orang beriman untuk berpuasa? Tujuan
utama dari puasa adalah untuk membentuk manusia yang bertaqwa. Selain
itu, puasa juga memiliki beberapa hikmah yang sangat mendalam.
Sebagaimana yang dijelaskan oleh Allah SWT, baik dalam Al-Qur'an maupun
Hadist Rasulullah SAW bahwa hikmah-hikmah puasa tersebut adalah:
1. Meningkatkan derajat orang mukmin menjadi orang yang bertaqwa.
Sebab orang yang bertaqwa itu adalah orang yang paling mulia di sisi
Allah SWT, sesuai firman Allah SWT (QS Al-Hujurat: 13): "Sesungguhnya
yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah SWT adalah yang paling
taqwa di antara kamu."
2. Menyehatkan badan. Sabda Nabi Muhammad SAW: "Berpuasalah agar
kamu sehat."
Maka, hikmah yang terkandung dalam puasa, bukan hanya
berguna untuk menyehatkan jiwa belaka, melainkan juga dapat menyehatkan
badan. Ini sebagaimana disabdakan nabi dalam hadist di atas.
3. Mendidik orang untuk memiliki sifat sabar. Jika puasa tersebut
dilakukan dengan sebaik-baiknya maka akan timbul dalam diri seseorang
sifat sabar, karena dalam berpuasa seseorang akan dilatih untuk bisa
menahan diri dari perbuatan-perbuatan yang dapat membatalkan puasa,
misalnya makan dan minum. Walaupun makanan dan minuman yang dimiliki
halal, namun ia tidak mau memakan dan meminumnya karena belum waktunya
untuk makan dan minum sampai waktu maghrib.
4. Puasa merupakan pelindung diri dari perbuatan keji dan munkar
atau tidak senonoh. Sebagaimana sabda Nabi SAW: "Puasa itu perisai
(pelindung diri) yang membentengi dari sentuhan api neraka." (HR Ahmad,
Muslim dan Al-Baihaqi).
5. Menanamkan rasa cinta kasih kepada orang fakir dan miskin karena
dapat merasakan penderitaan orang-orang yang kekurangan makanan. Setelah
kita seharian merasakan menahan rasa lapar tentunya akan menumbuhkan
rasa kasih dan sayang kepada orang-orang fakir dan miskin.
Malam Lailatulkadar
Salah satu kemuliaan dan keistimewaan yang terkandung di dalam bulan
suci Ramadhan adalah adanya satu malam yang disebut Lailatulkadar.
Malam Lailatulkadar selalu menjadi malam yang ditunggu-tunggu,
dirindukan dan teramat dinantikan. Pasalnya, malam Lailatulkadar adalah
malam yang penuh berkah, dan lebih baik dari seribu bulan.
Mengapa demikian? Karena, pertama, pada malam tersebut para malaikat
turun ke bumi untuk memberi salam - kesejahteraan, kebahagiaan dan
keselamatan - kepada umat Nabi Muhammad SAW hingga terbit fajar.
Kedua, Allah SWT mengevaluasi ketetapan-Nya terhadap manusia. Paling
tidak, untuk setahun ke depan Allah akan mengoreksi ketetapan-Nya untuk
menjadi lebih baik atau buruk, tergantung bagaimana umat Islam yang
beriman itu memanfaatkan malam-malam turunnya Lailatulkadar secara
optimal dan bermakna.
Ketiga, diturunkannya Al-Quran menjadi pedoman hidup bagi manusia.
Dan keempat, sebagai kado istimewa dari Tuhan Yang Maha Kuasa kepada
khusus umat Nabi Muhammad SAW, sebagaimana sabdanya: "Sesungguhnya Allah
telah memberikan kepada umatku malam Al-Qadr dan itu tidak diberikan
kepada umat sebelumnya." (HR Addailamy)
Maka, malam Lailatulkadar selalu menjadi malam yang ditunggu-tunggu,
dirindukan dan teramat dinantikan. Sebab, malam Lailatulkadar adalah
malam yang penuh berkah, dan lebih baik dari seribu bulan. Meskipun
sesungguhnya malam yang istimewa itu dirahasiakan Allah, dan selalu
menjadi misteri kapan persisnya ia turun, namun sebagai umat Islam kita
patut bersyukur.
Dan untuk meraih malam Lailatulkadar kali ini, mari kita tetap
semangat beribadah, bekerja, dan membangun kehidupan rahmatan
lil-alamin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar