Rabu, 30 April 2014

KISAH NYATA TAUBATNYA IBNU TAYMIYAH DI HADAPAN ULAMA ASWAJA


ibnu taimiyyahBERITA FAKTA SEJARAH:
Kisah Taubatnya Ibnu Taimiyah di Tangan Para Ulama Aswaja, Kemudian Kembali Menyimpang Hingga Wafatnya
Oleh: Jawawi Arroji
Berita Fakta – Sedikit saya akan mengungkap fakta sejarah yang jarang dikupas yaitu tentang kisah taubatnya seorang figur yang menjadi cikal bakal ajaran wahhabiyah yaitu Ibnu Taimiyyah Al-Harrani. Fakta sejarah ini telah ditulis oleh banyak ulama Ahlus sunnah wal jama’ah yang hidup sezaman dengan Ibnu Taimiyyah bahkan di antara mereka adalah mantan murid dari Ibnu Taimiyyah, seperti Adz-Dzahabi dan Ibnu Syakir.
Para ulama yang menulis sejarah Ibnu Taimiyyah adalah orang-orang yang hidup semasa dengan Ibnu Taimiyyah, mereka menyaksikan, bertemu langsung dan bahkan ada yang berguru kepadanya sebelum Ibnu Taimiyyah menyimpang dari ajaran salaf kemudian membebaskan diri setelah mengetahui Ibnu Taimiyyah menyimpang dari ajaran mayoritas umat muslim. Maka mereka para ulama tersebut lebih mengetahui sejarah dan ajaran Ibnu Taimiyyah ketimbang kita dan para wahhabi sekarang ini.
Sebelumnya ada baiknya kita mengetahui sedikit komentar para ulama Ahlus sunnah wal jama’ah tentang ajaran Ibnu Taimiyyah :
قال المحدث الحافظ الفقيه ولي الدين العراقي ابن الشيخ الحفاظ زين الدين العراقي : انه خرق الاجماع في مسائل كثيرة قيل تبلغ ستين مسألة بعضها في الاصول و بعضها في الفروع خالف فيها بعد انعقاد الاجماع عليها. ( الاجوبة المرضية على المسألة المكية)
Seorang Ahli Hadits yang mendapat gelar Al-Hafidz Al-Faqih, Waliyuddin Al-Iraqi bin Syaikh Al-Haffadz Zainuddin Al-Iraqi berkata ” Sesungguhnya Ibnu Taimiyyah telah merusak mayoritas umat muslim di dalam banyak permasalahan, dikatakan mencapai 60 permasalahan sebagian mengenai akidah dan sebagian lainnya mengenai furu’. Ia telah menyalahi permasalahan-permasalahan yang telah disepakati oleh umat Islam “. (Al-Ajwibatul Mardhiyyah ‘alal mas-alatil makkiyyah)
قال الشيخ ابن حجر الهيتمي ناقلا المسائل التي خالف فيها ابن تيميه اجماع المسلمين ما نصه : وان العالم قديم بالنوع ولم يزل مع الله مخلوقا دائما فجعله موجبا بالذات لا فاعلا بالاختيارتعالى الله عن ذالك, وقوله بالجسمبة والجهة والانتقال و انه بقدر العرش لااصغر ولا اكبر , تعالى الله عن هذا الافتراء الشنيع القبيخ والكفر البراح الصريح. (الفتاوى الحديثية ص: ١١٦)
Syaikh Ibnu Hajar Al-Haitamy berkata dengan menukil permasalahan-permasalahan Ibnu Taimiyyah yang menyalahi kesepakaran umat Islam, yaitu : (Ibnu Taimiyyah telah berpendapat) bahwa Alam itu bersifat dahulu dengan satu macam, dan selalu makhluk bersama Allah. Ia telah menyandarkan alam dengan Dzat Allah Swt bukan dengan perbuatan Allah scra ikhtiar, sungguh Maha Luhur Allah dari penyifatan yang demikian itu. Ibnu Taimiyyah juga berkeyakinan adanya jisim pada Allah Swt, arah dan perpindahan. Ia juga berkeyakinan bahwa Allah tidak lebih kecil dan tidak lebih besar dari Arsy. Sungguh Allah maha Suci atas kedustaan keji dan buruk ini serta kekufuran yang nyata “.(Al-Fatawa Al-Haditsiyyah : 116)
وقال ايضا ما نصه : واياك ان تصغي الى ما في كتب ابن تيمية وتلميذه ابن القيم الجوزية وغيرهما ممن اتخذ الهه هواه واضله الله على علم و ختم على سمعه وقلبه وجعل على بصره غشاوة فمن يهديه من بعدالله. و كيف تجاوز هؤلاء الملحدون الحدود و تعدواالرسوم وخرقوا سياج الشربعة والحقيقة فظنوا بذالك انهم على هدى من ربهم وليسوا كذالك. (الفتاوى الحديثية ص:۲۰۳)
Beliau Syaikh Ibnu Hajar juga berkata ” Maka berhati-hatilah kamu, jangan kamu dengarkan apa yang ditulis oleh Ibnu Taimiyyah dan muridnya Ibnul Qoyyim Al-Jauziyyah dan selain keduanya dari orang-orang yang telah menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya dan Allah telah menyesatkannya dari ilmu serta menutup telinga dan hatinya dan menjdaikan penghalang atas pandangannya. Maka siapakah yang mampu member petunjuk atas orang yang telah Allah jauhkan ?. Bagaimana orang-orang sesat itu telah melampai batasan-batasan syare’at dan aturan, dan mereka pun juga telah merobek pakaian syare’at dan hakikat, mereka masih menyangka bahwa mereka di atas petunjuk dari Tuhan mereka, padahal sungguh tidaklah demikian “.(Al-Fatawa Al-Haditsiyyah : 203)
Seorang ulama besar Syaikh Abu Al-Hasan Ali Ad-Dimasyqi Rh berkata dari ayahnya bahwasanya belia bercerita ” Ketika kami sedang duduk di majlis Ibnu Taimiyyah, dan ia berceramah hingga sampai pada pembahasan ayat Istiwa, ia berkata ” Allah Swt beristiwa di atas arasy-Nya seperti istiwaku ini “, maka manusia kaget dan segera melompat ke arah Ibnu Taimiyyah dengan satu lompatan dan menurunkanya dari kursi kemudian orang-orang segera menampar dan memukulnya dengan sandal-sandal mereka dan selainnya. Mereka membawa Ibnu Taimiyyah ke salah satu hakim, maka berkumpullah di majlis tersebut para ulama dan mereka mulai mengintrogasinya ” Apa dalil dari yang telah engkau katakan tadi ? “, Ibnu Taimiyyah menjawab ” Firman Allah Swt ; Ar-Rahmaanu ‘alal arsyis tawaa “, maka para ulama tertawa dan tahulah mereka bahwa ibnu taimiyyah adalah orang bodoh. Yang tidak mengetahui kaidah-kaidah ilmu.
Kemudian para ulama bertanya lagi untuk memastikan urusannya ” Apa pendapatmu tentang firman Allah :
فاينما تولوا فثم وجه الله ”
Dimanapun kamu menghadap maka di sanalah wajah Allah ” ? Maka Ibnu Taimiyyah menjawab dengan jawaban yang meyakinkan bahwa ia termasuk orang bodoh yang sebenarnya, ia tidak mengetahui apa yang ia katakan dan ia telah tertipu oleh pujian orang-orang awam padanya dan beberapa para ulama jumud yang kosong dari ilmu yang berdasarkan dalil-dalil. (Al-Maqoolat As-Sunniyah : 36)
Sangat banyak kritikan para ulama Aswaja (Ahlus sunnah wal jama’ah) kepada Ibnu Taimiyyah mengenai ajaran-ajarannya yang menyimpang dari mayoritas ulama dan umat Islam, bahkan para ulama sempat mengarang kitab-kitab untuk membantaha ajaran-ajarannya dan demi menyelamatkan umat Islam dari kesesatannya.
Di antaranya :
1. Al-Qâdlî al-Mufassir Badruddin Muhammad ibn Ibrahim ibn Jama’ah asy-Syafi’i (w 733 H).
2. Al-Qâdlî Ibn Muhammad al-Hariri al-Anshari al-Hanafi.
3. Al-Qâdlî Muhammad ibn Abi Bakr al-Maliki.
4. Al-Qâdlî Ahmad ibn Umar al-Maqdisi al-Hanbali.
5. Ke empat ulama yang juga menjabat qodhi inilah yang merekomendasikan fatwa untuk memenjarakan Ibnu Taimiyyah. Dan sempat berpindah-pindah penjara.
6. Syekh Shaleh ibn Abdillah al-Batha-ihi, Syekh al-Munaibi’ ar-Rifa’i. salah seorang ulama terkemuka yang telah menetap di Damaskus (w 707 H).
7. Syekh Kamaluddin Muhammad ibn Abi al-Hasan Ali as-Sarraj ar-Rifa’i al-Qurasyi asy-Syafi’i. salah seorang ulama terkemuka yang hidup semasa dengan Ibn Taimiyah sendiri. • Tuffâh al-Arwâh Wa Fattâh al-Arbâh
8. Ahli Fiqih dan ahli teologi serta ahli tasawwuf terkemuka di masanya; Syekh Tajuddin Ahmad ibn ibn Athaillah al-Iskandari asy-Syadzili (w 709 H).
9. Pimpinan para hakim (Qâdlî al-Qudlât) di seluruh wilayah negara Mesir; Syekh Ahmad ibn Ibrahim as-Suruji al-Hanafi (w 710 H) • I’tirâdlât ‘Alâ Ibn Taimiyah Fi ‘Ilm al-Kalâm.
10. Pimpinan para hakim madzhab Maliki di seluruh wilayah negara Mesir pada masanya; Syekh Ali ibn Makhluf (w 718 H). Di antara pernyataannya sebagai berikut: “Ibn Taimiyah adalah orang yang berkeyakinan tajsîm, dan dalam keyakinan kita barangsiapa berkeyakinan semacam ini maka ia telah menjadi kafir yang wajib dibunuh”.
11. Syekh al-Faqîh Ali ibn Ya’qub al-Bakri (w 724 H). Ketika suatu waktu Ibn Taimiyah masuk wilayah Mesir, Syekh Ali ibn Ya’qub ini adalah salah seorang ulama terkemuka yang menentang dan memerangi berbagai faham sesatnya.
12. Al-Faqîh Syamsuddin Muhammad ibn Adlan asy-Syafi’i (w 749 H). Salah seorang ulama terkemuka yang hidup semasa dengan Ibn Taimiyah yang telah mengutip langsung bahwa di antara kesesatan Ibn Taimiyah mengatakan bahwa Allah berada di atas arsy, dan secara hakekat Dia berada dan bertempat di atasnya, juga mengatakan bahwa sifat Kalam Allah berupa huruf dan suara.
13. Imam al-Hâfizh al-Mujtahid Taqiyuddin Ali ibn Abd al-Kafi as-Subki (w 756 H). • al-I’tibâr Bi Baqâ’ al-Jannah Wa an-Nâr. • ad-Durrah al-Mudliyyah Fî ar-Radd ‘Alâ Ibn Taimiyah. • Syifâ’ as-Saqâm Fî Ziyârah Khair al-Anâm. • an-Nazhar al-Muhaqqaq Fi al-Halaf Bi ath-Thalâq al-Mu’allaq. • Naqd al-Ijtimâ’ Wa al-Iftirâq Fî Masâ-il al-Aymân Wa ath-Thalâq. • at-Tahqîq Fî Mas-alah at-Ta’lîq. • Raf’u asy-Syiqâq Fî Mas’alah ath-Thalâq.
14. Al-Muhaddits al-Mufassir al-Ushûly al-Faqîh Muhammad ibn Umar ibn Makki yang dikenal dengan sebutan Ibn al-Murahhil asy-Syafi’i (w 716 H). Di masa hidupnya ulama besar ini telah berdebat dan memerangi Ibn Taimiyah.
15. Imam al-Hâfizh Abu Sa’id Shalahuddin al-’Ala-i (w 761 H). Imam terkemuka ini mencela dan telah memerangi Ibn Taimiyah. Lihat kitab Dakhâ-ir al-Qashr Fî Tarâjum Nubalâ’ al-’Ashr karya Ibn Thulun pada halaman 32-33. • Ahâdîts Ziyârah Qabr an-Naby.
16. Pimpinan para hakim (Qâdlî al-Qudlât) kota Madinah Imam Abu Abdillah Muhammad ibn Musallam ibn Malik ash-Shalihi al-Hanbali (w 726 H).
17. Imam Syekh Ahmad ibn Yahya al-Kullabi al-Halabi yang dikenal dengan sebutan Ibn Jahbal (w 733 H), semasa dengan Ibn Taimiyah sendiri. • Risâlah Fî Nafyi al-Jihah.
18. Al-Qâdlî Kamaluddin ibn az-Zamlakani (w 727 H). Ulama besar yang semasa dengan Ibn Taimiyah ini telah memerangi seluruh kesesatan Ibn Taimiyah, hingga beliau menuliskan dua risalah untuk itu. Pertama dalam masalah talaq, dan kedua dalam masalah ziarah ke makam Rasulullah.
19. Al-Qâdlî Shafiyuddin al-Hindi (w 715 H), semasa dengan Ibn Taimiyah sendiri.
20. Al-Faqîh al-Muhaddits Ali ibn Muhammad al-Baji asy-Syafi’i (w 714 H). Telah memerangi Ibn Taimiyah dalam empat belas keyakinan sesatnya, dan telah mengalahkan serta menundukannya.
21. Sejarawan terkemuka (al-Mu-arrikh) al-Faqîh al-Mutakallim al-Fakhr ibn Mu’allim al-Qurasyi (w 725 H). • Najm al-Muhtadî Wa Rajm al-Mu’tadî
22. Al-Faqîh Muhammad ibn Ali ibn Ali al-Mazini ad-Dahhan ad-Damasyqi (w 721 H). • Risâlah Fî ar-Radd ‘Alâ Ibn Taimiyah Fî Mas-alah ath-Thalâq. • Risâlah Fî ar-Radd ‘Alâ Ibn Taimiyah Fî Mas-alah az-Ziayârah
23. Al-Faqîh Abu al-Qasim Ahmad ibn Muhammad ibn Muhammad asy-Syirazi (w 733 H). • Risâlah Fi ar-Radd ‘Alâ Ibn Taimiyah
24. Al-Faqîh al-Muhaddits Jalaluddin al-Qazwini asy-Syafi’i (w 739 H).
25. As-Sulthan Ibn Qalawun (w 741 H). Beliau adalah Sultan kaum Muslimin saat itu, telah menuliskan surat resmi prihal kesesatan Ibn Taimiyah.
26. Al-Hâfizh adz-Dzahabi (w 748 H) yang merupakan murid Ibn Taimiyah sendiri. • Bayân Zaghl al-’Ilm Wa ath-Thalab. • an-Nashîhah adz-Dzahabiyyah.
27. Al-Mufassir Abu Hayyan al-Andalusi (745 H). • Tafsîr an-Nahr al-Mâdd Min al-Bahr al-Muhîth
28. Syekh Afifuddin Abdullah ibn As’ad al-Yafi’i al-Yamani al-Makki (w 768 H).
29. Al-Faqîh Syekh Ibn Bathuthah, salah seorang ulama terkemuka yang telah banyak melakukan rihlah (perjalanan).
30. Al-Faqîh Tajuddin Abdul Wahhab ibn Taqiyuddin Ali ibn Abd al-Kafi as-Subki (w 771 H). • Thabaqât asy-Syâfi’iyyah al-Kubrâ
31. Seorang ulama ahli sejarah terkemuka (al-Mu-arrikh) Syekh Ibn Syakir al-Kutubi (w 764 H). • ‘Uyûn at-Tawârikh.
32. Syekh Umar ibn Abi al-Yaman al-Lakhmi al-Fakihi al-Maliki (w 734 H). • at-Tuhfah al-Mukhtârah Fî ar-Radd ‘Alâ Munkir az-Ziyârah
33. Al-Qâdlî Muhammad as-Sa’di al-Mishri al-Akhna’i (w 750 H). • al-Maqâlât al-Mardliyyah Fî ar-Radd ‘Alâ Man Yunkir az-Ziyârah al-Muhammadiyyah, dicetak satu kitab dengan al-Barâhîn as-Sâthi’ah karya Syekh Salamah al-Azami.
34. Syekh Isa az-Zawawi al-Maliki (w 743 H). • Risâlah Fî Mas-alah ath-Thalâq.
35. Syekh Ahamad ibn Utsman at-Turkimani al-Jauzajani al-Hanafi (w 744 H). • al-Abhâts al-Jaliyyah Fî ar-Radd ‘Alâ Ibn Taimiyah.
36. Imam al-Hâfizh Abdul Rahman ibn Ahmad yang dikenal dengan Ibn Rajab al-Hanbali (w 795 H). • Bayân Musykil al-Ahâdîts al-Wâridah Fî Anna ath-Thalâq ats-Tsalâts Wâhidah.
37. Imam al-Hâfizh Ibn Hajar al-Asqalani (w 852 H). • ad-Durar al-Kâminah Fî A’yân al-Mi-ah ats-Tsâminah. • Lisân al-Mizân. • Fath al-Bâri Syarh Shahîh al-Bukhâri. • al-Isyârah Bi Thuruq Hadîts az-Ziyârah.
38. Imam al-Hâfizh Waliyuddin al-Iraqi (w 826 H). • al-Ajwibah al-Mardliyyah Fî ar-Radd ‘Alâ al-As-ilah al-Makkiyyah.
39. Al-Faqîh al-Mu-arrikh Imam Ibn Qadli Syubhah asy-Syafi’i (w 851 H). • Târîkh Ibn Qâdlî Syubhah.
40. Al-Faqîh al-Mutakallim Abu Bakar al-Hushni penulis kitab Kifâyah al-Akhyâr (829 H). • Daf’u Syubah Man Syabbah Wa Tamarrad Wa Nasaba Dzâlika Ilâ Imam Ahmad.
41. Salah seorang ulama terkemuka di daratan Afrika pada masanya; Syekh Abu Abdillah ibn Arafah at-Tunisi al-Maliki (w 803 H).
42. Al-’Allâmah Ala’uddin al-Bukhari al-Hanafi (w 841 H). Beliau mengatakn bahwa Ibn Taimiyah adalah seorang yang kafir. Beliau juga mengkafirkan orang yang menyebut Ibn Taimiyah dengan Syekh al-Islâm jika orang tersebut telah mengetahui kekufuran-kekufuran Ibn Taimiyah. Pernyataan al-’Allâmah Ala’uddin al-Bukhari ini dikutip oleh Imam al-Hâfizh as-Sakhawi dalam kitab adl-Dlau’ al-Lâmi’.
43. Dan masih banyak lagi ulama yang lainnya.
Sekarang marilah kita simak penuturan seorang ulama yang sezaman dengan Ibnu Taimiyyah yaitu Ibnu Syakir Al-Kutuby dalam salah satu kitab tarikhnya juz 20 yang telah diabadikan oleh seorang ulama besar dari kalangan Ahlus sunnah yang terkenal di seluruh penjuru dunia yaitu Al-Hafidz Ibnu Hajar Al-Astqolani dalam kitabnya ” Ad-Duroru Al-Kaaminah ” dan beliau juga penyarah kitab Shohih Bukhori yang dinamakan Fathu Al-Bari. Berikut penuturan beliau yang begitu panjang namun saya singkat dengan tanpa menghilangkan maksud tujuannya :
Sidang Pertama :
”Di tahun 705 di hari ke delapan bulan Rajab, Ibnu Taimiyyah disidang dalam satu majlis persidangan yang dihadiri oleh para penguasa dan para ulama ahli fiqih di hadapan wakil sulthon. Maka Ibnu Taimiyyah ditanya tentang aqidahnya, lalu ia mengutarakan sedikit dari aqidahnya. Kemudian dihadirkan kitab aqidahnya Al-Wasithiyyah dan dibacakan dalam persidangan, maka terjadilah pembahasan yang banyak dan masih ada sisa pembahasan yang ditunda untuk sidang berikutnya.
Dan di tahun 707 hari ke-6 bulan Rabi’ul Awwal hari kamis, Ibnu Taimiyyah menyatakan taubatnya dari akidah dan ajaran sesatnya di hadapan para ulama Ahlus sunnah wal jama’ah dari kalangan empat madzhab, bahkan ia membuat perjanjian kepada para ulama dan hakim dengan tertulis dan tanda tangan untuk tidak kembali ke ajaran sesatnya, namun setelah itu ia pun masih sering membuat fatwa-fatwa nyeleneh dan mengkhianati surat perjanjiannya hingga akhirnya ia mondar-mandir masuk penjara dan wafat di penjara sebagaimana nanti akan diutarakan ucapan dari para ulama.
Berikut ini pernyataan Ibnu taimiyyah tentang pertaubatannya :
الحمد الله، الذي أعتقده أن في القرءان معنى قائم بذات الله وهو صفة من صفات ذاته القديمة الأزلية وهو غير مخلوق، وليس بحرف ولا صوت، وليس هو حالا في مخلوق أصلا ولا ورق ولا حبر ولا غير ذلك، والذي أعتقده في قوله: ? الرحمن على آلعرش آستوى ? [سورة طه] أنه على ما قال الجماعة الحاضرون وليس على حقيقته وظاهره، ولا أعلم كنه المراد به، بل لا يعلم ذلك إلا الله، والقول في النزول كالقول في الاستواء أقول فيه ما أقول فيه لا أعرف كنه المراد به بل لا يعلم ذلك إلا الله، وليس على حقيقته وظاهره كما قال الجماعة الحاضرون، وكل ما يخالف هذا الاعتقاد فهو باطل، وكل ما في خطي أو لفظي مما يخالف ذلك فهو باطل، وكل ما في ذلك مما فيه إضلال الخلق أو نسبة ما لا يليق بالله إليه فأنا بريء منه فقد تبرأت منه وتائب إلى الله من كل ما يخالفه وكل ما كتبته وقلته في هذه الورقة فأنا مختار فى ذلك غير مكره.
(كتبه أحمد بن تيمية) وذلك يوم الخميس سادس شهر ربيع الآخر سنة سبع وسبعمائة.
”Segala puji bagi Allah yang aku yakini bahwa di dalam Al-Quran memiliki makna yang berdiri dengan Dzat Allah Swt yaitu sifat dari sifat-sifat Dzat Allah Swt yang maha dahulu lagi maha azali dan al-Quran bukanlah makhluq, bukan berupa huruf dan suara, bukan suatu keadaan bagi makhluk sama sekali dan juga bukan berupa kertas dan tinta dan bukan yang lainnya. Dan aku meyakini bahwa firman Allah Swt “ الرحمن على آلعرش آستوى adalah apa yang telah dikatakan oleh para jama’ah (ulama) yang hadir ini dan bukanlah istawa itu secara hakekat dan dhohirnya, dan aku pun tidak mengetahui arti dan maksud yang sesungguhnya kecuali Allah Swt, bukan istawa secara hakekat dan dhohir seperti yang dinyatakan oleh jama’ah yang hadir ini. Semua yang bertentangan dengan akidah I ni adalah batil. Dan semua apa yang ada dalam tulisanku dan ucapanku yang bertentangan dari semua itu adalah batil. Semua apa yang telah aku gtulis dan ucapkan sebelumnya adalah suatu penyesatan kepada umat atau penisbatan sesuatu yang tidak layak bagi Allah Swt, maka aku berlepas diri dan menjauhkan diri dari semua itu. Aku bertaubat kepada Allah dari ajaran yang menyalahi-Nya. Dan semua yang aku dan aku ucapkan di kertas ini maka aku dengan suka rela tanpa adanya paksaan “
Telah menulisnya : (Ahmad Ibnu Taymiyyah)
Kamis, 6-Rabiul Awwal-707 H.
Di atas surat pernyaan itu telah ditanda tangani di bagian atasnya oleh Ketua hakim, Badruddin bin jama’ah.
Pernyataan ini telah disaksikan, diakui dan ditanda tangani oleh :
- Muhammad bin Ibrahim Asy-Syafi’i, beliau menyatakan :
اعترف عندي بكل ما كتبه بخطه في التاريخ المذكور
(Aku mengakui segala apa yang telah dinyatakan oleh Ibnu Taymiyyah ditanggal tersebut)
- Abdul Ghoni bin Muhammad Al-Hanbali :
اعترف بكل ما كتب بخطه
(Aku mengakui apa yang telah dinyatakannya)
- Ahmad bin Rif’ah
- Abdul Aziz An-Namrowi :
أقر بذلك (Aku mengakuinya)
- Ali bin Miuhammad bin Khoththob Al-Baji Asy-Syafi’I :
أقر بذلك كله بتاريخه (Aku mengakui itu dengan tanggalnya)
- Hasan bin Ahmad bin Muhammad Al-Husaini :
جرى ذلك بحضوري في تاريخه (Ini terjadi di hadapanku dengan tanggalnya)
- Abdullah bin jama’ah (Aku mengakuinya)
- Muhammad bin Utsman Al-Barbajubi :
أقز بذلك وكتبه بحضوري (Aku mengakuinya dan menulisnya dihadapanku)
Mereka semua adalah para ulama besar di masa itu salah satunya adalah syaikh Ibnu Rif’ah yang telah mengarang kitab Al-Matlabu Al-’Aali ” syarah dari kitab Al-Wasith imam Ghozali sebanyak 40 jilid.
Ibnu Taymiyyah Kembali Menyimpang
-------------------------------------------
Namun faktanya Ibnu Taymiyah tidak lama melanggar perjanjian tersebut dan kembali lagi dengan ajaran-ajaran menyimpangnya. Sampai-sampai dikatakan oleh seorang ulama :
لكن لم تمض مدة على ذلك حتى نقض ابن تيمية عهوده ومواثيقه كما هو عادة أئمة الضلال ورجع إلى عادته القديمة في الإضلال. ”
Akan tetapi tidak lama setelah itu Ibnu Taimiyyah melanggar perjanjian dan pernyataannya itu sebegaimana kebiasaan para imam sesat dan ia kembali pada kebiasaan lamanya di dalam menyesatkan umat “
Sidang kedua :
Diadakan hari jum’ah hari ke-12 dari bulan Rajab. Ikut hadir saat itu seorang ulama besar Shofiyuddin Al-Hindiy. Maka mulailah pembahasan, mereka mewakilkan kepada syaikh Kamaluddin Az-Zamalkani dan akhirnya beliau memenangkan diskusi itu, beliau telah membungkam habis Ibnu Taimiyyah dalam persidangan tersebut. Ibnu Taimiyyah merasa khawatir atas dirinya, maka ia memberi kesaksian pada orang-orang yang hadir bahwa ia mengaku bermadzhab Syafi’i dan beraqidah dengan aqidah imam Syafi’i. Maka orang-orang ridho dengannya dan mereka pun pulang.
Sidang ketiga :
Sebelumnya Ibnu Taimiyyah mengaku bermadzhab Syafi’I, namun pada kenyataannya ia masih membuat ulah dengan fatwa-fatwa yang aneh-aneh sehingga banyak mempengaruhi orang lain. Maka pada akhir bulan Rajab, para ulama ahli fiqih dan para qodhi berkumpul di satu persidangan yang dihadiri wakil shulthon saat itu. Maka mereka semua saling membahas tentang permasalahan aqidah dan berjalanlah persidangan sbgaiamana persidangan yang pertama.
Setelah beberapa hari datanglah surat dari sulthon untuk berangkat bersama seorang utusan dari Mesir dengan permintaan ketua qodhi Najmuddin. Di antara isi surat tersebut berbunyi ” Kalian mengetahui apa yang terjadi di tahun 98 tentang aqidah Ibnu Taimiyyah “. Maka mereka bertanya kepada orang-orang tentang apa yang terjadi pada Ibnu Taimiyyah. Maka orang-orang mendatangkan aqidah Ibnu Taimiyyah kepada qodhi Jalaluddin Al-Quzwaini yang pernah dihadapkan kepada ketua qodhi imamuddin. Maka mereka membincangkan masalah ini kepada Raja supaya mengirim surat untuk masalah ini dan raja pun mnyetujuinya.
Kemudian setelah itu Raja memerintahkan syamsuddin Muhammad Al-Muhamadar Ibnuuntuk mendatangi Ibnu Taimiyyah dan ia pun berkata kepada Ibnu Taimiyyah ”Raja telah memerintahkanmu untuk pergi esok hari. Maka Ibnu Taimiyyah berangkat ditemani oleh dua Abdullah dan Abdurrahman serta beberapa jama’ahnya.
Sidang keempat :
Maka pada hari ketujuh bulan Syawwal sampailah Ibnu Taymiyyah ke Mesir dan diadakan satu persidangan berikutnya di benteng Kairo di hadapan para qodhi dan para ulama ahli fiqih dari empat madzhab. Kemudian syaikh Syamsuddin bin Adnan Asy-Syafi’I berbicara dan menyebutkan tentang beberapa fasal dari aqidah Ibnu Taimiyyah. Maka Ibnu Taimiyyah memulai pembicaraan dengan pujian kepada Allah Swt dan berbicara dengan pembicaraan yang mengarah pada nasehat bukan
pengklarifikasian. Maka dijawab ” Wahai syaikh, apa yang kau bicarakan kami telah mengetahuinya dan kami tidak ada hajat atas nasehatmu, kami telah menampilkan pertanyaan padamu maka jawablah ! “. Ibnu Taimiyah hendak mengulangi pujian kepada Allah, tapi para ulama menyetopnya dan berkata ” Jawablah wahai syaikh “. Maka Ibnu Taimiyyah terdiam “.
Dan para ulama mengulangi pertanyaan berulang-ulang kali tapi Ibnu Taimiyyah selalu berbeli-belit dalam berbicara. Maka seorang qodhi yang bermadzhab Maliki memerintahkannya untuk memenjarakan Ibnu Taimiyyah di satu ruangan yang ada di benteng tersebut bersama dua saudaranya yang ikut bersamanya itu.
Begitu lamanya ia menetap di penjara dalam benteng tersebut hingga ia wafat dalam penjara pada malam hari tanggal 22, Dzulqo’dah tahun 728 H.
Sejarah ini telah ditulis oleh para ulama di dalam banyak literaul kitab yang mu’tabar di antaranya kitab Ad-Duraru Al-Kaminah karya Ibnu Hajar, kitab Nihayah Al-Arab Fi Funun Al-Adab karya As-Syeikh Syihabuddin An-Nuwairy wafat 733H cetakan Dar Al-Kutub Al-Misriyyah dan yang lainnya.
Demikianlah sejarah singkat Ibnu Taymiyah seorag figur inspirator munculnya ajaran wahhabi dan seorang ulama andalan yang dijadikan rujukan oleh para ulama wahhabi.
Semoga hal ini menjadi renungan bagi para pengikut wahhabi… sebab ini semua adalah fakta sejarah.
--------------------------------------------
http://ummatipress.com/kisah-nyata-taubatnya-ibnu-taymiyah-di-hadapan-ulama-aswaja.html

Jika Bukan Ahlinya Yang Mengurus, Tunggulah Kehancuran..!

إِذَا ضُيِّعَتْ الْأَمَانَةُ فَانْتَظِرْ السَّاعَةَ
قَالَ كَيْفَ إِضَاعَتُهَا يَا رَسُولَ اللَّهِ
قَالَ إِذَا أُسْنِدَ الْأَمْرُ إِلَى غَيْرِ أَهْلِهِ
فَانْتَظِرْ السَّاعَةَ
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: "Jika amanat telah disia-siakan, tunggu saja kehancuran terjadi." Ada seorang sahabat bertanya; ‘bagaimana maksud amanat disia-siakan? ‘ Nabi menjawab; "Jika urusan diserahkan bukan kepada ahlinya, maka tunggulah kehancuran itu." (BUKHARI – 6015)
Sungguh benarlah ucapan Rasulullah sholallahu’alaihi wa sallam di atas. "Jika amanat telah disia-siakan, tunggu saja kehancuran terjadi." Amanah yang paling pertama dan utama bagi manusia ialah amanah ketaatan kepada Allah, Pencipta, Pemilik, Pemelihara dan Penguasa alam semesta dengan segenap isinya. Manusia hadir ke muka bumi ini telah diserahkan amanah untuk berperan sebagai khalifah yang diwajibkan membangun dan memelihara kehidupan di dunia berdasarkan aturan dan hukum Yang Memberi Amanah, yaitu Allah subhaanahu wa ta’aala.
إِنَّا عَرَضْنَا الأمَانَةَ عَلَى السَّمَاوَاتِ
وَالأرْضِ وَالْجِبَالِ فَأَبَيْنَ أَنْ يَحْمِلْنَهَا
وَأَشْفَقْنَ مِنْهَا وَحَمَلَهَا الإنْسَانُ
إِنَّهُ كَانَ ظَلُومًا جَهُولا
“Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh.”(QS Al-Ahzab 72)
Amanat ketaatan ini sedemikian beratnya sehingga makhluk-makhluk besar seperti langit, bumi dan gunung saja enggan memikulnya karena khawatir akan mengkhianatinya. Kemudian ketika ditawarkan kepada manusia, amanat itu diterima. Sehingga dengan pedas Allah ta’aala berfirman: “Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh.” Sungguh benarlah Allah ta’aala…! Manusia pada umumnya amat zalim dan amat bodoh. Sebab tidak sedikit manusia yang dengan terang-terangan mengkhianati amanat ketaatan tersebut. Tidak sedikit manusia yang mengaku beriman tetapi tatkala memiliki wewenang kepemimpinan mengabaikan aturan dan hukum Allah ta’aala. Mereka lebih yakin akan hukum buatan manusia –yang amat zalim dan amat bodoh itu- daripada hukum Allah ta’aala. Oleh karenanya Allah hanya menawarkan dua pilihan dalam masalah hukum. Taat kepada hukum Allah atau hukum jahiliah? Tidak ada pilihan ketiga. Misalnya kombinasi antara hukum Allah dengan hukum jahiliah.
أَفَحُكْمَ الْجَاهِلِيَّةِ يَبْغُونَ
وَمَنْ أَحْسَنُ مِنَ اللَّهِ
حُكْمًا لِقَوْمٍ يُوقِنُونَ
“Apakah hukum Jahiliah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin?” (QS Al-Maidah 50)
Dewasa ini kita sungguh prihatin menyaksikan bagaimana musibah beruntun terjadi di negeri kita yang berpenduduk muslim terbanyak di dunia. Belum selesai mengurus dua kecelakaan kereta api sekaligus, tiba-tiba muncul banjir bandang di Wasior, Irian. Kemudian gempa berkekuatan 7,2 skala richter di kepulauan Mentawai, Sumatera Barat. Lalu tiba-tiba kita dikejutkan dengan erupsi gunung Merapi di Jawa Tengah. Belum lagi ibukota Jakarta dilanda banjir massif yang mengakibatkan kemacetan dahsyat di setiap sudut kota, bahkan sampai ke Tangerang dan Bekasi. Siapa sangka banjir di Jakarta bisa terjadi di bulan Oktober, padahal jadwal rutinnya biasanya di bulan Januari atau Februari..?
Lalu bagaimana hubungan antara berbagai musibah dengan pengabaian hukum Allah? Simaklah firman Allah ta’aala berikut:
فَإِنْ تَوَلَّوْا فَاعْلَمْ أَنَّمَا
يُرِيدُ اللَّهُ أَنْ يُصِيبَهُمْ بِبَعْضِ ذُنُوبِهِمْ
وَإِنَّ كَثِيرًا مِنَ النَّاسِ لَفَاسِقُونَ
“Jika mereka berpaling (dari hukum yang telah diturunkan Allah), maka ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah menghendaki akan menimpakan musibah kepada mereka disebabkan sebahagian dosa-dosa mereka. Dan sesungguhnya kebanyakan manusia adalah orang-orang yang fasik.” (QS Al-Maidah 49)
Berdasarkan ayat di atas, jelas bahwa Allah mengancam bakal terjadinya musibah bila suatu kaum berpaling dari hukum Allah. Dan tampaknya sudah terlalu banyak dosa yang dilakukan ummat yang mengaku beriman di negeri ini sehingga musibah yang terjadi harus berlangsung beruntun. Dan dari sekian banyak dosa ialah tentunya dosa berkhianat dari amanah ketaatan kepada Allah ta’aala. Tidak saja sembarang muslim di negeri ini yang mengabaikan aturan dan hukum Allah, tetapi bahkan mereka yang dikenal sebagai Ulama, Ustadz, aktifis da’wah dan para muballigh-pun turut membiarkan berlakunya hukum selain hukum Allah. Hanya sedikit dari kalangan ini yang memperingatkan ummat akan bahaya mengabaikan hukum Allah.

Fitnah Kubur dan siksa Kubur


‎1910. FITNAH KUBUR DAN SIKSA KUBUR

PERTANYAAN :

> Rachmat Affan D 
Assalamu 'alaikum. nanya : samakah antara fitnah qubur n siksa kubur ? mohon dijlaskan..mtur nuwun

JAWABAN :

> Timur Lenk 

يجب الإيمان بعذاب القبر ، فالكافر المكلف الذي مات من غير توبة من كفره يعذب في قبره ، فمن ذلك عرض النار عليه كل يوم مرتين مرة أول النهار ومرة آخره ، وتضييق القبر عليه حتى تختلف أضلاعه ، وضرب الملكين منكر ونكير له بمطرقة من حديد بين أذنيه ، وغير ذلك من العذاب ، وكذلك بعض عصاة المسلمين الذين ماتوا من غير توبة يعذبون في قبورهم عذاباً أقل من عذاب الكفار ، فيصيبهم مثلاً ضغطة القبر والإنزعاج من ظلمته ووحشته .

ومن أنكر عذاب القبر كفر . قال تعالى : { النار ُ يُعرَضون عليها غدوّاً وعشياً ويوم تقوم الساعة أَدخلوا آل فرعون أشد العذاب } سورة غافر / 46 . وقال صلى الله عليه وسلم : " إن العبد إذا وضع في قبره وتولى عنه أصحابه إنه ليسمع قرع نعالهم إذا انصرفوا أتاه ملكان فيقعدانه فيقولان : ما كنت تقول في هذا الرجل محمد ؟ فأما المؤمن فيقول : أشهد أنه عبد الله ورسوله ، فيقال له : أنظر إلى مقعدك من النار أبدلك الله به مقعداً من الجنة ، فيراهما جميعاً ، وأما الكافر أو المنافق فيقول : لاأدري كنت أقول ما يقول الناس فيه ، فيقال لا دريت ولا تليت ، ثم يضرب بمطرقة من حديد بين أذنيه فيصيح صيحة يسمعها من يليه إلا الثقلين " . رواه البخاري ومسلم عن أنس عن النبي صلى الله عليه وسلم .

=============

يجب الإيمان بنعيم القبر فإن النبي صلى الله عليه وسلم أخبر بذلك ومنه توسيع القبر سبعين ذراعاً في سبعين ذراعاً للمؤمن التقي ومن شاء الله له من غير الأتقياء كبعض الشهداء ممن نالوا الشهادة ولم يكونوا أتقياء ، وتنويره بنور يشبه نور القمر ليلة البدر ، وغير ذلك كشم رائحة الجنة ، قال صلى الله عليه وسلم : " إذا قبر الميت أو الإنسان أتاه ملكان أسودان أزرقان يقال لأحدهما منكر ، وللآخر نكير فيقولان له : ما كنت تقول في هذا الرجل محمد ، فهو قائل ما كان يقول ، فإن كان مؤمناً قال : هو عبد الله ورسوله أشهد أن لا إله إلا الله وأشهد أن محمداً عبده ورسوله ، فيقولان له إن كنا لنعلم أنك لتقول ذلك ، ثم يفسح له في قبره سبعون ذراعاً في سبعين ذراعاً ، وينور له فيه ، فيقال له : نم فينام كنوم العروس الذي لا يوقظه إلا أحب أهله ، حتى يبعثه الله من مضجعه ذلك " . رواه ابن حبان .

=============

يجب الإيمان بسؤال الملكين منكر ونكير وهو يحصل للمؤمن والكافر من أمة الدعوة ، ثم المؤمن الكامل لا يلحقه فزع ولا انزعاج من سؤالهما لأن الله يثبت قلبه فلا يرتاع من منظرهما المخيف ، لأنهما كما جاء في الحديث أسودان أزرقان ، ويستثنى من السؤال الطفل والشهيد وكذلك الأنبياء ، والمراد بالطفل : من مات دون البلوغ ، وبالشهيد شهيد المعركة .

Intinya: kita wajib iman adanya siksa kubur, nikmat kubur, dan fitnah atau pertanyaan kubur.

> Masaji Antoro 

Wa'alaikumsalam Wr Wb. Yang dimaksud FITNAH KUBUR adalah cobaan, ujian dan kebingungan akan pertanyaan dua malaikat dalam kubur, sedang yang dimaksud SIKSA KUBUR adalah penghimpitan tanah, kesengsaraan dan kegelapan dalam kubur. Siksa kubur terkadang bermula dari fitnah kubur seperti saat seseorang kebingungan menjawab pertanyaan-pertanyaan dua malaikat kemudian ia disiksa tapi terkadang tidak bermula dari fitnah kubur, seperti saat ia dapat menjawab dengan benar namun kemudian ia disiksa sebab sembrono dalam menjalankan perintah Allah dan menjauhi laranganNya.

من مات مرابطا في سبيل الله آمنه الله من فتنة القبر ) التحير في سؤال الملكين

“Barangsiapa meninggal dalam keadaan berkaitan dijalan Allah, maka ia terselamatkan dari fitnah kubur” artinya selamat dari kebingungan dalam pertanyaaan dua Malaikat. [ At-Taysiir Bi Syarh al-Jaami’ as-Shaghiir II/589 ].

وفي حديث الكسوف [ وإنَّكم تُفْتَنُون في القبور ] يُريد مَسْألة مُنكَر ونَكِير من الفِتْنة : الامْتِحانِ والاخْتِبار . وقد كَثُرت اسْتِعاذتُه من فِتْنَة القَبْر وفِتْنَة الدَّجّال وفِتْنَة المَحْيا والممَات وغير ذلك

Dan tersebutkan dalam hadits al-Kusuuf “Dan sesungguhnya kalian mendapatkan ‘fitnah’ didalam kubur” yang dikehendaki adalah pertanyaan munkar dan nakiir bagian dari fitnah, cobaan dan hjian. [ An-Nihaayah Fii Ghoriib al-Atsaar III/777 ].

من فتنة القبر وعذاب النار أي امتحان السؤال فيه أو من أنواع عذابه من الضغطة والظلمة وغيرهما

“Dari fitnah kubur dan siksa kubur” artinya fitnah kubur dari ujian pertanyaan dalam kubur atau dari siksa kubur artinya dari penghimpitan tanah, kesengsaraan dan kegelapan dalam kubur. [ ‘Umdah al-Mafaatih Syarh al-Miskaah V/425 ].

( ومن فتنة القبر ) الحيرة في جواب الملكين ( وعذاب القبر ) عطف عامّ على خاص فعذابه قد ينشأ عن فتنته بأن يتحير فيعذب وقد يكون لغيرها بأن يجيب بالحق ثم يعذب على تفريطه في مأمور أو منهي

(Dan dari fitnah kubur) artinya kebingungan dalam menjawab pertanyaan dua malaikat. (Dan dari siksa kubur) terdapat athaf ‘Aam pada khash sebab siksa kubur terkadang timbul dari fitnah kubur seperti saat seseorang kebingungan menjawab pertanyaan kemudian ia disiksa dan terkadang ia dapat menjawab dengan benar namun kemudian ia disiksa sebab sembrono dalam menjalankan perintah Allah dan menjauhi laranganNya. [ At-Taysiir Bi Syarh al-Jaami’ as-Shaghiir I/431 ].

( ما من مسلم يموت يوم الجمعة أو ليلة الجمعة الا وقاه الله فتنة القبر ) بأن لا يسئل في قبره لما يفاض في يومها وليلتها من عظائم الرحمة

“Tidak mati seorang muslim dihari jumat atau malamnya kecuali Allah menyelamatkannya dari fitnah kubur” artinya dengan tidak mendapatkan pertanyaan dalam kubur karena dihari dan malam jumah tercurahkan rahmat Allah yang terbesar. [ At-Taysiir Bi Syarh al-Jaami’ as-Shaghiir II/712 ]. Wallaahu A'lamu Bis Shpwaab.

Link Asal > http://www.facebook.com/groups/piss.ktb/permalink/476741835681963/‎

PERTANYAAN :
Assalamu 'alaikum. nanya : samakah antara fitnah qubur n siksa kubur ? mohon dijlaskan..mtur nuwun

JAWABAN :
يجب الإيمان بعذاب القبر ، فالكافر المكلف الذي مات من غير توبة من كفره يعذب في قبره ، فمن ذلك عرض النار عليه كل يوم مرتين مرة أول النهار ومرة آخره ، وتضييق القبر عليه حتى تختلف أضلاعه ، وضرب الملكين منكر ونكير له بمطرقة من حديد بين أذنيه ، وغير ذلك من العذاب ، وكذلك بعض عصاة المسلمين الذين ماتوا من غير توبة يعذبون في قبورهم عذاباً أقل من عذاب الكفار ، فيصيبهم مثلاً ضغطة القبر والإنزعاج من ظلمته ووحشته .
ومن أنكر عذاب القبر كفر . قال تعالى : { النار ُ يُعرَضون عليها غدوّاً وعشياً ويوم تقوم الساعة أَدخلوا آل فرعون أشد العذاب } سورة غافر / 46 . وقال صلى الله عليه وسلم : " إن العبد إذا وضع في قبره وتولى عنه أصحابه إنه ليسمع قرع نعالهم إذا انصرفوا أتاه ملكان فيقعدانه فيقولان : ما كنت تقول في هذا الرجل محمد ؟ فأما المؤمن فيقول : أشهد أنه عبد الله ورسوله ، فيقال له : أنظر إلى مقعدك من النار أبدلك الله به مقعداً من الجنة ، فيراهما جميعاً ، وأما الكافر أو المنافق فيقول : لاأدري كنت أقول ما يقول الناس فيه ، فيقال لا دريت ولا تليت ، ثم يضرب بمطرقة من حديد بين أذنيه فيصيح صيحة يسمعها من يليه إلا الثقلين " . رواه البخاري ومسلم عن أنس عن النبي صلى الله عليه وسلم .
=============

يجب الإيمان بنعيم القبر فإن النبي صلى الله عليه وسلم أخبر بذلك ومنه توسيع القبر سبعين ذراعاً في سبعين ذراعاً للمؤمن التقي ومن شاء الله له من غير الأتقياء كبعض الشهداء ممن نالوا الشهادة ولم يكونوا أتقياء ، وتنويره بنور يشبه نور القمر ليلة البدر ، وغير ذلك كشم رائحة الجنة ، قال صلى الله عليه وسلم : " إذا قبر الميت أو الإنسان أتاه ملكان أسودان أزرقان يقال لأحدهما منكر ، وللآخر نكير فيقولان له : ما كنت تقول في هذا الرجل محمد ، فهو قائل ما كان يقول ، فإن كان مؤمناً قال : هو عبد الله ورسوله أشهد أن لا إله إلا الله وأشهد أن محمداً عبده ورسوله ، فيقولان له إن كنا لنعلم أنك لتقول ذلك ، ثم يفسح له في قبره سبعون ذراعاً في سبعين ذراعاً ، وينور له فيه ، فيقال له : نم فينام كنوم العروس الذي لا يوقظه إلا أحب أهله ، حتى يبعثه الله من مضجعه ذلك " . رواه ابن حبان .
=============
يجب الإيمان بسؤال الملكين منكر ونكير وهو يحصل للمؤمن والكافر من أمة الدعوة ، ثم المؤمن الكامل لا يلحقه فزع ولا انزعاج من سؤالهما لأن الله يثبت قلبه فلا يرتاع من منظرهما المخيف ، لأنهما كما جاء في الحديث أسودان أزرقان ، ويستثنى من السؤال الطفل والشهيد وكذلك الأنبياء ، والمراد بالطفل : من مات دون البلوغ ، وبالشهيد شهيد المعركة .

Intinya: kita wajib iman adanya siksa kubur, nikmat kubur, dan fitnah atau pertanyaan kubur.


Wa'alaikumsalam Wr Wb.
Yang dimaksud FITNAH KUBUR adalah cobaan, ujian dan kebingungan akan pertanyaan dua malaikat dalam kubur, sedang yang dimaksud SIKSA KUBUR adalah penghimpitan tanah, kesengsaraan dan kegelapan dalam kubur. Siksa kubur terkadang bermula dari fitnah kubur seperti saat seseorang kebingungan menjawab pertanyaan-pertanyaan dua malaikat kemudian ia disiksa tapi terkadang tidak bermula dari fitnah kubur, seperti saat ia dapat menjawab dengan benar namun kemudian ia disiksa sebab sembrono dalam menjalankan perintah Allah dan menjauhi laranganNya.

من مات مرابطا في سبيل الله آمنه الله من فتنة القبر ) التحير في سؤال الملكين
“Barangsiapa meninggal dalam keadaan berkaitan dijalan Allah, maka ia terselamatkan dari fitnah kubur” artinya selamat dari kebingungan dalam pertanyaaan dua Malaikat. [ At-Taysiir Bi Syarh al-Jaami’ as-Shaghiir II/589 ].

وفي حديث الكسوف [ وإنَّكم تُفْتَنُون في القبور ] يُريد مَسْألة مُنكَر ونَكِير من الفِتْنة : الامْتِحانِ والاخْتِبار . وقد كَثُرت اسْتِعاذتُه من فِتْنَة القَبْر وفِتْنَة الدَّجّال وفِتْنَة المَحْيا والممَات وغير ذلك
Dan tersebutkan dalam hadits al-Kusuuf “Dan sesungguhnya kalian mendapatkan ‘fitnah’ didalam kubur” yang dikehendaki adalah pertanyaan munkar dan nakiir bagian dari fitnah, cobaan dan hjian. [ An-Nihaayah Fii Ghoriib al-Atsaar III/777 ].

من فتنة القبر وعذاب النار أي امتحان السؤال فيه أو من أنواع عذابه من الضغطة والظلمة وغيرهما
“Dari fitnah kubur dan siksa kubur” artinya fitnah kubur dari ujian pertanyaan dalam kubur atau dari siksa kubur artinya dari penghimpitan tanah, kesengsaraan dan kegelapan dalam kubur. [ ‘Umdah al-Mafaatih Syarh al-Miskaah V/425 ].

( ومن فتنة القبر ) الحيرة في جواب الملكين ( وعذاب القبر ) عطف عامّ على خاص فعذابه قد ينشأ عن فتنته بأن يتحير فيعذب وقد يكون لغيرها بأن يجيب بالحق ثم يعذب على تفريطه في مأمور أو منهي
(Dan dari fitnah kubur) artinya kebingungan dalam menjawab pertanyaan dua malaikat. (Dan dari siksa kubur) terdapat athaf ‘Aam pada khash sebab siksa kubur terkadang timbul dari fitnah kubur seperti saat seseorang kebingungan menjawab pertanyaan kemudian ia disiksa dan terkadang ia dapat menjawab dengan benar namun kemudian ia disiksa sebab sembrono dalam menjalankan perintah Allah dan menjauhi laranganNya. [ At-Taysiir Bi Syarh al-Jaami’ as-Shaghiir I/431 ].

( ما من مسلم يموت يوم الجمعة أو ليلة الجمعة الا وقاه الله فتنة القبر ) بأن لا يسئل في قبره لما يفاض في يومها وليلتها من عظائم الرحمة
“Tidak mati seorang muslim dihari jumat atau malamnya kecuali Allah menyelamatkannya dari fitnah kubur” artinya dengan tidak mendapatkan pertanyaan dalam kubur karena dihari dan malam jumah tercurahkan rahmat Allah yang terbesar. [ At-Taysiir Bi Syarh al-Jaami’ as-Shaghiir II/712 ].

Wallaahu A'lamu BisShowaab.

Link Asal > http://www.facebook.com/groups/piss.ktb/permalink/476741835681

Selasa, 29 April 2014

Abdullah bin Mas'ud

Seorang anak kecil siang itu tengah menggembalakan sekawanan kambing milik Uqbah bin Mu‘aith. Saat sedang menjalankan tugasnya, tiba-tiba ia melihat dari kejauhan dua orang lelaki datang menuju ke arahnya. Keduanya kelihatan sangat letih dan kehausan. Begitu tiba di dekatnya dan setelah memberi salam, salah seorang kemudian bertanya apakah ia mempunyai susu untuk menghilangkan dahaga mereka.
 “Maaf aku hanyalah seorang penggembala. Kambing-kambing ini bukan milikku sehingga aku tak bisa memberi kalian minum…,” dengan tegas remaja itu menjawab.
 “Apakah kamu punya kambing betina tua yang tidak lagi dikawini oleh salah seekor jantan?” tanya salah seorang lagi di antara mereka.
“Ada,” jawab remaja itu sambil bergegas mengambil kambing yang dimaksud dan bergegas memberikannya kepada lelaki yang bertanya tadi.
Ajaib. Seketika kantung susu kambing yang tadinya kempis itu mendadak penuh setelah orang itu mengusapnya. Temannya bergegas mengambil batu cembung untuk menampung susu yang dihasilkan kambing tua tersebut. Mereka bertiga kemudian meminum susu tersebut hingga kenyang. Setelah itu, lelaki itu kembali mengusap kantung susu kambing itu sehingga menjadi kempis seperti semula.
Itulah awal pertemuan Abdullah bin Mas‘ud, remaja pengembala dengan dua manusia mulia, Rasulullah Saw. dan Abu Bakar Ash-Shiddiq. Pertemuan yang sangat membekas di hati Abdullah bin Mas‘ud.
“Ajarkan aku keajaiban yang pernah engkau tunjukkan,” pinta Abdullah bin Mas‘ud kala menemui Rasulullah usai peristiwa yang sangat membekas di hatinya itu. Peristiwa menakjubkan yang kemudian membuatnya mencari tahu siapa dua orang tersebut. Setelah mengetahuinya, Abdullah memutuskan untuk ikut bersama manusia mulia tersebut.

Berkah Pengajaran Rasulullah
Sejak saat itu, Abdullah bin Mas‘ud senantiasa mengikuti Rasulullah Saw. Dari Rasulullah ia belajar banyak hal. Tak heran jika kemudian Abdullah bin Mas‘ud tumbuh menjadi pemuda yang cerdas sesuai dengan perkataan Rasulullah bahwasanya ia nanti akan menjadi pemuda yang terpelajar.

Tentang kecerdasannya maka Rasulullah berkata,
Pelajarilah  Al-Qur’an dari empat orang, Abdullah (maksudnya bin Mas’ud), Salim (budak Abu Hudzaifah), Muadz bin Jabal, dan Ubay bin Ka‘ab” (H.R Tirmidzi).

Abdullah sendiri meriwayatkan setidaknya mencapai  848 hadis.

Abdullah bin Mas‘ud masuk Islam sebelum masuknya Rasulullah ke Darul Arqam. Ia juga mengikuti semua peperangan yang diikuti Rasulullah. Ia juga ikut bersama rombongan kaum Muslim berhijrah ke Habasyah sebanyak dua kali. Bahkan, dalam Perang Badar, ia juga menjadi salah seorang yang berhasil membunuh sang durjana, Abu Jahal.

Suatu hari, Abdullah bin Mas‘ud bermaksud mengambil sebatang ranting pohon untuk dijadikan siwak. Ketika berada di atas, tiba-tiba angin berembus sangat kencang sehingga tersingkaplah bagian bawah pakaiannya. Saat itu, terlihat kedua telapak kaki dan betisnya yang kecil. Para sahabat yang melihatnya seketika tertawa melihatnya.
 “Apa yang sedang kalian tertawakan?” tanya Rasulullah yang melihat sahabatnya sedang menertawakan sesuatu.
 “Kedua betis Abdullah bin Mas‘ud yang kecil, wahai Nabiyullah,” jawab sahabat.
”Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, sungguh kedua betisnya itu di mizan nanti lebih berat timbangannya daripada Gunung Uhud.” ucap Rasulullah Saw. membungkam tawa mereka. (H.R. Ahmad)

Abdullah bin Mas‘ud yang berasal dari keluarga miskin memang berperawakan kurus lagi kecil.
Sebelumnya, ia sempat merasa rendah diri karenanya. Namun, perkataan Rasulullah itu membuatnya kembali percaya diri. Apalagi, Rasulullah senantiasa menekankan bahwasanya yang dilihat oleh Allah nantinya bukanlah fisik, kekayaan, maupun kedudukan. Namun, hanyalah ketakwaan yang dapat mengantar seseorang menuju jannah-Nya.

Keberaniannya
Ketika sedang bersama Rasulullah dan para sahabat, ada yang berkata bahwa seandainya ada di antara mereka yang berani untuk memperdengarkan bacaan Al-Qur’an di hadapan kaum Quraisy dengan suara yang lantang. Mendengar hal itu, Abdullah bin Mas‘ud segera menyatakan kesediaannya. Namun para sahabat mencegahnya. Mereka khawatir karena hal itu akan membuat marah kaum Quraisy. Akibatnya, Abdullah bin Mas‘ud akan dianiaya, apalagi tidak mempunyai kaum kerabat yang dapat membelanya sekiranya hal itu terjadi.
Abdullah bin Mas‘ud tetap bersikeras. Ia pun berangkat menuju balai pertemuan, tempat berkumpulnya kaum Quraisy Makkah waktu itu.
 “Bismillahirrahmaanirrahim,” Abdullah naik di tempat yang tinggi dan dengan suara yang keras dan lantang membaca Surah Ar Rohman.

(klik surah ar-rahman)

 الرَّحْمَنُ (١)عَلَّمَ الْقُرْآنَ (٢)خَلَقَ الإنْسَانَ (٣) عَلَّمَهُ الْبَيَانَ (٤)الشَّمْسُ وَالْقَمَرُ بِحُسْبَانٍ (٥) وَالنَّجْمُ وَالشَّجَرُ يَسْجُدَانِ (٦) وَالسَّمَاءَ رَفَعَهَا وَوَضَعَ الْمِيزَانَ (٧) أَلا تَطْغَوْا فِي الْمِيزَانِ (٨) وَأَقِيمُوا الْوَزْنَ بِالْقِسْطِ وَلا تُخْسِرُوا الْمِيزَانَ (٩) وَالأرْضَ وَضَعَهَا لِلأنَامِ (١٠) فِيهَا فَاكِهَةٌ وَالنَّخْلُ ذَاتُ الأكْمَامِ (١١)وَالْحَبُّ ذُو الْعَصْفِ وَالرَّيْحَانُ (١٢) فَبِأَيِّ آلاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ (١٣) خَلَقَ الإنْسَانَ مِنْ صَلْصَالٍ كَالْفَخَّارِ (١٤) وَخَلَقَ الْجَانَّ مِنْ مَارِجٍ مِنْ نَارٍ (١٥) فَبِأَيِّ آلاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ (١٦)

1. (Rabb) Yang Maha Pemurah, (QS. 55:1)
2. Yang telah mengajarkan Al-Qur’an. (QS. 55:2)
3. Dia menciptakan manusia, (QS. 55:3)
4. Mengajarnya pandai berbicara. (QS. 55:4)
5. Matahari dan bulan (beredar) menurut perhitungan. (QS. 55:5)
6. Dan tumbuh-tumbuhan dan pohon-pohonan kedua-duanya tunduk kepada-Nya. (QS. 55:6)
7. Dan Allah telah meninggikan langit dan Dia meletakkan neraca (keadilan). (QS. 55:7)
8. Supaya kamu jangan melampaui batas tentang neraca itu. (QS. 55:8)
9. Dan tegakkanlah timbangan dengan adil dan janganlah kamu mengurangi neraca itu. (QS. 55:9)
10. Dan Allah telah meratakan bumi untuk makhluk(Nya), (QS. 55:10)
11. di bumi itu ada buah-buahan dan pohon kurma yang mempunyai kelopak mayang. (QS. 55:11)
12. Dan biji-bijian yang berkulit dan bunga-bunga yang harum baunya. (QS. 55:12) 

Kaum kafir Quraisy yang sedang berkumpul merasa terkejut. Mulanya, mereka tak tahu apa yang dibaca oleh Abdullah bin Mas‘ud. Ketika menyadarinya bahwa apa yang dibaca itu sama dengan yang sering dibaca oleh Rasulullah, mereka pun menjadi marah. Seketika mereka bangkit dan memukuli Abdullah bin Mas‘ud yang masih meneruskan bacaannya. Dengan babak belur, Abdullah bin Mas‘ud kembali ke tempatnya semula.
“Inilah yang kami khawatirkan akan menimpamu,” ucap para sahabat menyayangkan keberanian Abdullah bin Mas‘ud.
“Sesungguhnya aku tidaklah takut. Kalau kalian mau, aku masih bersedia melakukan hal yang sama hari ini dan seterusnya,” tantangnya kembali.
Atas keberaniannya itu, Allah tidaklah menyia-nyiakan pengorbanannya. Abdullah bin Mas‘ud dikaruniai kemampuan membaca Al-Qur’an sebagaimana diturunkannya. Ia juga mampu memahami kandungan arti dan maksud dari suatu ayat. Oleh karena itu, Rasulullah memberikan pujiannya. “Barang siapa yang ingin membaca Al-Qur’an sebagaimana ketika Al-Qur’an itu diturunkan, maka bacalah sebagaimana cara membaca Ibnu Ummi Ibdin (Abdullah bin Mas‘ud)” (H.R. Ahmad).

Rasulullah juga sangat suka mendengarkan bacaan Abdullah bin Mas‘ud. Beliau pernah meminta Abdullah membacakan Al-Qur’an untuknya. Mulanya, Abdullah menolak karena sungkan. Bukankah Al-Qur’an diturunkan kepada Rasulullah? Namun, karena Rasulullah mengatakan ingin mendengarkan Al-Qur’an dari orang lain, maka Abdullah pun menyanggupinya.
Abdullah pun membacakan penggalan Surah An-Nisa ayat 41-42. Abdullah tak lagi meneruskan bacaannya ketika Rasulullah mengatakan cukup dan di wajahnya meleleh air matanya.
Bertemu Sekawanan Jin
Satu lagi kisah menarik dari Abdullah bin Mas‘ud. Suatu ketika, Rasulullah mengajak para sahabatnya untuk bersama-sama menemui sekelompok jin yang telah beriman kepada beliau. Sekelompok jin tersebut meminta Rasulullah membacakan Al-Qur’an kepada mereka.
Ternyata, hanya Abdullah bin Mas‘ud yang mengikuti ajakan beliau. Mereka berdua kemudian berangkat menuju tempat yang tinggi yang ada di daerah Makkah. Setelah tiba, Rasulullah segera membuat garis dan meminta Abdullah untuk tidak keluar dari batas garis tersebut.
Setelah itu, Rasulullah meninggalkan Abdullah yang kemudian membaca Al-Qur’an sembari menunggu kedatangan Rasulullah. Saat itulah ia merasa dikerumuni oleh makhluk yang berjumlah sangat banyak. Mereka menghalanginya sehingga tidak dapat melihat keberadaan Rasulullah dan mendengar suaranya.
Akhirnya, setelah beberapa lama, sebagian besar makhluk itu pun pergi secara berkelompok laksana awan. Sebagian yang lain tetap tinggal hingga fajar mulai terlihat. Rupanya mereka adalah sekelompok jin. Mereka mendatangi tempat itu untuk belajar langsung kepada Rasulullah. Ketika semua telah pergi, maka Rasulullah kembali mendatangi Abdullah dan menanyakan apakah ia sempat tertidur selama menunggu tadi.
 “Tidak,” jawab Ibnu Mas‘ud
 “Sesungguhnya berkali-kali saya ingin meminta bantuan kepada orang-orang, tapi saya mendengarmu memberikan isyarat dengan suara tongkat kepada jin-jin itu agar mereka duduk.”
 “Bila engkau keluar dari garis itu, aku tidak bisa menjamin engkau selamat dari sambaran sebagian mereka.” Nabi Muhammad Saw. memberi tahu Ibnu Mas‘ud.
Akhir Hayatnya
Di masa Khalifah Umar bin Khattab, Abdullah bin Mas‘ud diangkat menjadi hakim dan pengurus kas negara di Kufah. Abdullah bin Mas‘ud adalah simbol bagi ketakwaan, kehati-hatian, dan kesucian diri.
Suatu hari, Abdullah bin Mas‘ud berkunjung ke Madinah. Sesampainya di sana, Abdullah bin Mas‘ud jatuh sakit dan setelah beberapa lama meninggal dunia. Ia pun dimakamkan di Baqi pada tahun 32 H. Salah satu sahabat yang ikut mensalatkan jenazahnya ialah Utsman bin Affan r.a.
***
Demikian satu dari kisah dalam buku ini. Selain kisah Abdullah bin Mas‘ud tersebut, masih banyak kisah Abdullah-Abdullah lain yang sangat menginspirasi.
Abdullah merupakan nama yang paling dicintai Allah. Dalam nama tersebut sesungguhnya terdapat kalimat tauhid, yaitu mengesakan Allah. Hal ini menunjukkan bahwa pemilik nama ini hanya mengakui bahwa Allah-lah yang menjadi satu-satunya sembahannya. Karena keutamaan nama inilah, tidak heran jika di kalangan para sahabat Nabi Muhammad Saw. terdapat sekitar 300 orang yang bernama Abdullah. Bukan hanya nama mereka yang begitu mulia karena menggambarkan penghambaan kepada Sang Pencipta-nya, para Abdullah di sekitar Rasulullah juga memiliki beragam kisah yang begitu menginspirasi.
Ada Abdullah yang sangat kuat beribadah, ada Abdullah yang meski tunanetra tapi mati syahid, ada Abdullah yang dijuluki sebagai bapak para dermawan, ada Abdullah yang merupakan pemuka Yahudi yang kemudian masuk Islam, ada Abdullah yang pakaiannya diganti dengan pakaian surga, ada Abdullah yang merupakan saudara sesusuan Rasulullah, dan ada pula Abdullah yang disebut-sebut sebagai manusia terbaik setelah Rasulullah Saw. Siapa saja mereka? Simak kisah selengkapnya di buku ini dan mungkin Anda akan terinspirasi untuk menamai anak Anda Abdullah.
----------------------------------------------------------------------------------
Abdullah bin Mas'ud punya suara bagus dan Taddarud Qur'an pertama di Mekah.

Tak berapa lama setelah memeluk Islam, Abdullah bin Mas'ud mendatangi Rasulullah dan memohon kepada beliau agar diterima menjadi pelayan beliau. Rasulullah pun menyetujuinya.

Sejak hari itu, Abdullah bin Mas'ud tinggal di rumah Rasulullah. Dia beralih pekerjaan dari penggembala domba menjadi pelayan utusan Allah dan pemimpin umat. Abdullah bin Mas'ud senantiasa mendampingi Rasulullah bagaikan layang-layang dan benangnya. Dia selalu menyertai kemana pun beliau pergi.

Dia membangunkan Rasulullah untuk shalat bila beliau tertidur, menyediakan air untuk mandi, mengambilkan terompah apabila beliau hendak pergi dan membenahinya apabila beliau pulang. Dia membawakan tongkat dan siwak Rasulullah, menutupkan pintu kamar apabila beliau hendak tidur.

Bahkan Rasulullah mengizinkan Abdullah memasuki kamar beliau jika perlu. Beliau memercayakan kepadanya hal-hal yang rahasia, tanpa khawatir rahasia tersebut akan terbuka. Karenanya, Abdullah bin Mas'ud dijuluki orang dengan sebutan "Shahibus Sirri Rasulullah" (pemegang rahasia Rasulullah).

Abdullah bin Mas'ud dibesarkan dan dididik dengan sempurna dalam rumah tangga Rasulullah. Karena itu tidak kalau dia menjadi seorang yang terpelajar, berakhlak tinggi, sesuai dengan karakter dan sifat-sifat yang dicontohkan Rasulullah kepadanya. Sampai-sampai orang mengatakan, karakter dan akhlak Abdullah bin Mas'ud paling mirip dengan akhlak Rasulullah.

Abdullah bin Mas'ud pernah berkata tentang pengetahuannya mengenai Kitabullah (Al-Qur'an) sebagai berikut, "Demi Allah, yang tiada Tuhan selain Dia. Tidak ada satu ayat pun dalam Al-Qur'an, melainkan aku tahu di mana dan dalam situasi bagaimana diturunkan. Seandainya ada orang yang lebih tahu daripada aku, niscaya aku datang belajar kepadanya."

Abdullah bin Mas'ud tidak berlebihan dengan ucapannya itu. Kisah Umar bin Al-Khathab berikut memperkuat ucapannya. Pada suatu malam, Khalifah Umar sedang dalam perjalanan, ia bertemu dengan sebuah kabilah. Malam sangat gelap bagai tertutup tenda, menutupi pandangan setiap pengendara. Abdullah bin Mas'ud berada dalam kabilah tersebut. Khalifah Umar memerintahkan seorang pengawal agar menanyai kabilah.

"Hai kabilah, dari mana kalian?" teriak pengawal.
"Min fajjil 'amiq (dari lembah nan dalam)," jawab Abdullah.
"Hendak kemana kalian?"
"Ke Baitu Atiq (rumah tua, Ka'bah)," jawab Abdullah.
"Di antara mereka pasti ada orang alim," kata Umar.

Kemudian diperintahkannya pula menanyakan, "Ayat Al-Qur'an manakah yang paling ampuh?"

Abdullah menjawab, "Allah, tiada Tuhan selain Dia, Yang Maha Hidup kekal lagi terus-menerus mengurus (makhluk-Nya) tidak mengantuk dan tidak pula tidur..." (QS Al-Baqarah: 255).

"Tanyakan pula kepada mereka, ayat Al-Qur'an manakah yang lebih kuat hukumnya?" kata Umar memerintah.

Abdullah menjawab, "Sesungguhnya Allah memerintah kamu berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang kamu dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran." (QS An-Nahl: 9).

"Tanyakan kepada mereka, ayat Al-Qur'an manakah yang mencakup semuanya!" perintah Umar.

Abdullah menjawab, "Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan walaupun seberat dzarrah, niscaya dia akan melihat balasannya. Dan barangsiapa mengerjakan kejahatan walaupun sebesar dzarrah, niscaya dia akan melihat balasannya pula." (QS Al-Zalzalah: 8).

Demikian seterusnya, ketika Umar memerintahkan pengawal untuk bertanya tentang Al-Qur'an, Abdullah bin Mas'ud langsung menjawabnya dengan tegas dan tepat. Hingga pada akhirnya Khalifah Umar bertanya, "Adakah dalam kabilah kalian Abdullah bin Mas'ud?"

Jawab mereka, "Ya, ada!"

Abdullah bin Mas'ud bukan hanya sekedar qari' (ahli baca Al-Qur'an) terbaik, atau seorang yang sangat alim atau zuhud, namun ia juga seorang pemberani, kuat dan teliti. Bahkan dia seorang pejuang (mujahid) terkemuka. Dia tercatat sebagai Muslim pertama yang mengumandangkan Al-Qur'an dengan suara merdu dan lantang.

Pada suatu hari para sahabat Rasulullah berkumpul di Makkah. Mereka berkata, "Demi Allah, kaum Quraisy belum pernah mendengar ayat-ayat Al-Qur'an yang kita baca di hadapan mereka dengan suara keras. Siapa kira-kira yang dapat membacakannya kepada mereka?"

"Aku sanggup membacakannya kepada mereka dengan suara keras," kata Abdullah.

"Tidak, jangan kamu! Kami khawatir kalau kamu membacakannya. Hendaknya seseorang yang punya keluarga yang dapat membela dan melindunginya dari penganiayaan kaum Quraisy," jawab mereka.

"Biarlah, aku saja. Allah pasti melindungiku," kata Abdullah tak gentar.

Keesokan harinya, kira-kira waktu Dhuha, ketika kaum Quraisy sedang duduk-duduk di sekitar Ka'Baha Ad-Daulah. Abdullah bin Mas'ud berdiri di Maqam Ibrahim, lalu dengan suara lantang dan merdu dibacanya surah Ar-Rahman ayat 1-4.

Bacaan Abdullah yang merdu dan lantang itu kedengaran oleh kaum Quraisy di sekitar Ka'bah. Mereka terkesima saat mendengar dan merenungkan ayat-ayat Allah yang dibaca Abdullah. Kemudian mereka bertanya, "Apakah yang dibaca oleh Ibnu Ummi Abd (Abdullah bin Mas'ud)?"

"Sialan, dia membaca ayat-ayat yang dibawa Muhammad!" kata mereka begitu tersadar. Lalu mereka berdiri serentak dan memukuli Abdullah. Namun Abdullah bin Mas'ud meneruskan bacaannya hingga akhir surah. Ia lalu pulang menemui para sahabat dengan muka babak belur dan berdarah.

"Inilah yang kami khawatirkan terhadapmu," kata mereka.

"Demi Allah, kata Abdullah, "Bahkan sekarang musuh-musuh Allah itu semakin kecil di mataku. Jika kalian menghendaki, besok pagi aku akan baca lagi di hadapan mereka."

Abdullah bin Mas'ud hidup hingga masa Khalifah Utsman bin Affan memerintah. Ketika ia hampir meninggal dunia, Khalifah Utsman datang menjenguknya. "Sakit apakah yang kau rasakan, wahai Abdullah?" tanya khalifah.

"Dosa-dosaku," jawab Abdullah.

"Apa yang kau inginkan?"

"Rahmat Tuhanku."

"Tidakkah kau ingin supaya kusuruh orang membawa gaji-gajimu yang tidak pernah kau ambil selama beberapa tahun?" tanya Khalifah.

"Aku tidak membutuhkannya," kata Abdullah.

"Bukankah kau mempunyai anak-anak yang harus hidup layak sepeninggalmu?" tanya Utsman.

"Aku tidak khawatir, jawab Abdullah, "Aku menyuruh mereka membaca surah Al-Waqi'ah setiap malam. Karena aku mendengar Rasulullah bersabda, "Barangsiapa yang membaca surah Al-Waqi'ah setiap malam, dia tidak akan ditimpa kemiskinan selama-lamanya!"

Pada suatu malam yang hening, Abdullah bin Mas'ud pun berangkat menghadap Tuhannya dengan tenang. 
----------------------------------------------------------------------------------
Saat turun Surah Ar Rohman Rasululloh SAW menawarkan kepada para shahabatnya untuk membacakan :
“ Siapa yg berani membacakannya di hadapan para pemuka Quraisy ?”
 Lalu Ibnu Mas’ud maju dan berkata : “Saya Ya Rosululloh. Saya yg akan membacakannya di hadapan mereka.”
Sesudah Ibnu Mas’ud selesai membacakannya dihadapan mereka maka Abu Jahal memukuli dan melukainya sampai merobekkan telinganya.
Melihat keadaannya, Rasululloh SAW menjadi sedih . Tetapi kemudian Jibril turun dan Rasululloh melihatnya tertawa. Rasululloh pun bertanya : “ Mengapa engkau tertawa, Jibril?”
 
Jibril menjawab :” Suatu saat Engkau akan mengetahui alasannya..”
Selanjutnya, saat perang Badar terjadi dan kaum Quraisy telah dikalahkan, ibnu Mas’ud yg terhalang udhur sehingga tidak ikut berperang di dalamnya melapor kepada Rasululloh SAW : “ Wahai Rasululloh. Aku kehilangan fadhilah jihad…”
Rasululloh menjawab : “ Pergilah kesana, dan lihat apakah masih ada diantara mereka yg masih ada sisa-sisa kehidupannya , maka bunuhlah dia dan engkau pun akan mendapat pahala jihad juga.”
Ibnu Mas’ud segera menuju mayat-mayat orang Musyrik yg berserakan. Meneliti barangkali masih ada diantara mereka yg tersisa nyawanya. Dan ternyta dia dapati abu jahal dalam keadaan sakarat dan belum meninggal dunia. Abu Jahal dalam luka parahnya melihat Ibnu Mas’ud itupun berkata :
“  Katakan kepada Muhammad ..dia bagiku adalah musuh terbesarku dalam hidupku dan dalam kematianku.. Annahu abghodhul kholqi ilayya fil haya-ti wal mama-ti.”
Ibnu Mas’ud segera membunuh Abu Jahal . Dia kemudian ingin memikul mayatnya dan membawanya kehadapan Nabi, tetapi dia tidak kuat. Lalu dia memotong kepalanya dan mencoba mencangkingnya, tetapi ajaibnya dia tidak kuat juga. Lalu dia potong telinga Abu Jahal dan membawanya menuju Nabi dan dia..kuat membawanya
Ketika Nabi dan Jibril melihat ibnu mas’ud menenteng daun telinga Abu Jahal yg dia ikat dengan sebuah benang, mereka berdua tertawa. Kata Jibril : “ Ya Rosulalloh. Telinga dib alas telinga. Kalau kepala itu lelebihan… Al Udhunu bil Udhuni, war Ro’su Ziya-dah !”
Lantas Ibu mas’ud menuturkan kata-kata terahir Abu Jahal . Dan Nabi SAW begitu mendengarnya beliau berkata :
“ Fir’aunku lebih dahsyat di banding Fir’aun nya Musa. Karena Fir’aun Musa ketika mau celaka dia berkata …AMANTU ANNAHU LA-ILAHA ILLAL LADHI AMANAT BIHI BANU ISRO-ILA..Aku iman dengan Tuhan yg di sembah oleh Bani Isra’il…Adapun Fir’aunku ini ketika mau celaka dia malahan semakin besar kebencian dan keingkarannya..”
Kata Ulama, mengapa Ibnu Mas’ud tidak mampu membawa kepalanya abu Jahal? Itu karena abu Jahal adalah Anjing..dan Anjing itu tidaklah di tenteng membawanya, tetapi mesti di ikat dengan tali dan ditarik begitu saja talinya…
Selain itu, Abu Jahal mengapa lebih dahsyat kekafirannya dibanding Fir’aun adalah jika Fir’aun itu memusuhi Musa dengan lisannya saja, bahkan sempat pula Musa dipelihara di masa kecilnya oleh Fir’aun. Sedangkan Abu Jahal ini memusuhi dan menyakiti Rasululloh SAW dengan lisan dan perbuatannya juga dan memusuhi beliau mulai dari masa kecil beliau hingga masa tua beliau juga. Wallohu a’lam

Terkait :

Abu jahal Fir’aun-Nya Kanjeng Nabi Muhammad

Bukti Kebenaran Al-Quran



Adakah Mushaf Al-Quran di setiap rumah keluarga Muslim? Diduga jawabannya adalah "tidak"! Apakah anggota keluarga Muslim yang memiliki mushaf telah mampu membaca Kitab suci itu? Diduga keras jawabannya adalah "belum"! Apakah setiap Muslim yang mampu membaca Al-Quran mengetahui garis besar kandungannya serta fungsi kehadirannya di tengah-tengah umat? Sekali lagi jawaban yang diduga serupa dengan yang sebelumnya.

Kitab suci yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW, antara lain dinamai Al-Kitab dan Al-Qu’ran (bacaan yang sempurna), walaupun penerima dan masyarakat pertama yang ditemuinya tidak mengenal baca-tulis. Ini semua dimaksudkan agar mereka dan generasi berikutnya membacanya. Fungsi utama Al-Kitab adalah memberikan petunjuk. Hal ini tidak dapat terlaksana tanpa membaca dan memahaminya.

Dari celah-celah redaksinya ditemukan tiga bukti kebenarannya. Pertama, keindahan, keserasian dan keseimbangan kata-katanya. Kata yaum yang berarti "hari", dalam bentuk tunggalnya terulang sebanyak 365 kali ( ini sama dengan satu tahun), dalam bentuk jamak diulangi sebanyak 30 kali (ini sama dengan satu bulan). Sementara itu , kata yaum yang berarti “bulan” hanya terdapat 12 kali. Kata panas dan dingin masing-masing diulangi sebanyak empat kali, sementara dunia dan akhirat, hidup dan mati, setan dan malaikat, dan masih banyak lainnya, semuanya seimbang dalam jumlah yang serasi dengan tujuannya dan indah kedengarannya.

Kedua, pemberitaan gaib yang diungkapkannya. Awal surah Al-Rum menegaskan kekalahan Romawi oleh Parsi pada tahun 614; setelah kekalahan mereka dalam masa sembilan tahun di saat mana kaum mukminin akan bergembira. Dan itu benar adanya, tepat pada saat kegembiraan kaum Muslim memenangkan Perang Badar pada 622, bangsa Romawi memperoleh kemenangan melawan Parsi. Pemberitaannya tentang keselamatan badan Fir’aun yang tenggelam di Laut Merah 3.200 tahun yang lalu, baru terbukti setelah muminya (badannya yang diawetkan) ditemukan oleh Loret di Wadi Al- Muluk Thaba, Mesir pada 1896 dan dibuka pembalutnya oleh Eliot Smith 8 Julai 1907. Mahabenar Allah yang menyatakan kepada Fir’aun pada saat kematiannya: Hari ini Kuselamatkan badanmu supaya kamu menjadi pelajaran bagi generasi sesudahmu (QS 10: 92).

Ketiga, isyarat-isyarat ilmiahnya sungguh mengagumkan ilmuwan masa kini, apalagi yang menyampaikannya adalah seorang ummi yang tidak pandai membaca dan menulis serta hidup di lingkungan masyarakat terbelakang. Bukti kebenaran (mukzijat) rasul-rasul Allah bersifat suprarasional. Hanya Muhammad yang datang membawa bukti selainnya, Tuhan berpesan agar mereka mempelajari Al-Qur'an (lihat QS 29:50). Sungguh disayangkan bahwa tidak sedikit umat Islam dewasa ini bukan hanya tak pandai membaca Kitab Sucinya, tetapi juga tidak memfungsikannya, kecuali sebagai penangkal bahaya dan pembawa manfaat dengan cara-cara yang irasional.

Rupanya, umat generasi inilah antara lain yang termasuk diadukan oleh Nabi Muhammad  : Wahai Tuhan, sesungguhnya umatku telah menjadikan Al-Qur'an sesuatu yang tidak dipedulikan (QS 25:30).

وَقَالَ الرَّسُولُ يَا رَبِّ إِنَّ قَوْمِي اتَّخَذُوا هَذَا الْقُرْآنَ مَهْجُورً
 Wahai Tuhan, sesungguhnya umatku telah menjadikan Al-Qur'an sesuatu yang tidak dipedulikan 
(QS 25:30).
  
Tahap pertama untuk mengatasi kekurangan dan kesalahan di atas adalah meningkatkan kemampuan baca Al-Qur’an . Janganlah anak-anak kita disalahkan kelak di kemudian hari mereka pun mengadu kepada Allah, sebagaimana ditemukan dalam sebuah riwayat: "Wahai Tuhanku, aku menuntut keadilan-Mu terhadap perlakuan orangtuaku yang aniaya ini".

Kisah-kisah orang yang mendengar Qur'an

Pada zaman Nabi Muhammad, orang-orang Arab sedang berada di puncak kemampuan berbahasa. Ada seorang penyair hebat pada zaman itu yang bernama Labeid bin Rabia. Dan puisi yang ditulis olehnya membuat orang-orang Arab bersujud di hadapannya karena merasa kagum. Tapi ketika Labeid mulai mendengar ayat-ayat Al’Quran, dia memeluk Islam dan berhenti berpuisi. Ketika diminta untuk membacakan puisinya, dia malah berkata: "Puisi mana yang bisa menandingi kehebatan ayat-ayat Al’Quran?"

Dan memang banyak orang-orang Arab yang masuk Islam hanya karena mendengar Al-Qur'an. Mereka sadar bahwa tidak ada orang yang bisa menandingi keindahan bahasa Al-Qur'an. Struktur Al-Qur'an berbeda dari sastra Arab manapun.

Dalam bahasa Arab, puisi dibagi menjadi 16 bihar. Kata bihar berarti "laut." Puisi disebut bihar karena setiap puisi bergerak dalam pola ritmis yang berbeda-beda. Di antara bentuk-bentuk bihar tersebut adalah sajak para peramal, prosa, prosa berirama, dan pidato.

Namun Al-Qur'an tidak dapat digolongkan ke dalam salah satu kategori puisi Arab. Al-Qur'an itu unik dan sampai pada puncak kefasihan tata bahasa. Inilah yang membuat Al-Qur'an tak dapat ditiru.

Ketika orang-orang Arab penyembah berhala mendengar seruan Nabi Muhammad, banyak dari mereka yang mau menyembah Allah S.W.T. Para orang kaya dan orang yang punya kuasa mulai memberontak, karena menurut mereka, itu bisa mengganggu kepentingan mereka.

Hal ini dikarenakan Ka'bah merupakan pusat ziarah bagi semua orang di Jazirah Arab. Dan suku suku Quraisy-lah yang bertanggung jawab atas tempat-tempat di sekitar masjid al-Haraam, Ka'bah, dan sekitarnya. Mereka adalah suku yang paling dihormati pada waktu itu. Sebenarnya, Nabi Muhammad S.A.W. sendiri berasal dari Bani Hashim yang merupakan salah satu percabangan suku Quraisy.

Namun kebanyakan orang-orang Quraisy berputus asa karena pesan Nabi Muhammad. Mereka membayangkan jika berhala-berhala di dalam Ka'bah dihancurkan, maka siapa lagi yang akan berziarah ke Ka'bah? Ziarah tahunan ke Ka'bah telah dilaksanakan selama ribuan tahun, bahkan sebelum masa Nabi Muhammad, orang-orang Arab sering berhaji ke Mekkah. Namun berhaji ke Mekkah menjadi rusak setelah orang-orang mulai menyembah berhala. Tapi orang-orang yang menyembah berhala masih sering datang dari seluruh Jazirah Arab untuk berhaji. Ini merupakan sumber kekayaan kaum Quraisy. Maka dari itu, mereka takut pesan Islam yang dibawa Nabi Muhammad akan menghancurkan kekayaan mereka. Jadi sebenarnya yang mereka pikirkan adalah kepentingan diri mereka sendiri, mereka sebenarnya tahu bahwa Nabi Muhammad memang utusan Allah.

Bahkan salah satu paman Nabi Muhammad berkata: "Wahai Muhammad, sukumu menginginkan peziarah dan suku kami juga menginginkannya. Sekarang kau mengaku bahwa kau adalah seorang utusan Tuhan, maka bagaimana mungkin kami bisa menyaingimu?” Jadi, dia mengaku tidak mau masuk Islam hanya karena ingin tetap setia pada sukunya.

Jadi, mereka memutuskan untuk mengadakan pertemuan yang membahas cara-cara untuk memusuhi Nabi Muhammad dan ajaran Islam. Dan, Alkamar Ibnu Abdul Manaf, berbicara dalam pertemuan para pemimpin Quraisy: 

"Wahai kaum Quraisy, sebuah bencana baru telah menimpa sukumu. Ketika Muhammad masih muda, dia adalah orang yang paling kalian sayangi, dia orang yang paling jujur dan dapat dipercaya, tapi sekarang ketika dia sudah mulai beruban, dia menyerukan sebuah pesan kepada kalian. Kalian mengatakan bahwa dia adalah seorang tukang sihir, tapi dia bukan penyihir. Karena para penyihir hanya memainkan trik-trik mereka. Kalian mengatakan dia adalah seorang peramal, tapi kita telah melihat para peramal dan Muhammad tidak seperti seorang peramal. Kemudian kalian mengatakan bahwa dia adalah seorang penyair, tapi dia bukan seorang penyair, karena dia tidak pandai berpuisi dan kita tahu setiap jenis puisi. Kalian mengatakan bahwa dia kerasukan roh jahat, tapi sebenarnya dia tidak kerasukan. Kita telah melihat orang-orang yang kerasukan dan dia tidak menunjukkan tanda-tanda seperti orang kerasukan. Wahai orang-orang Quraisy, lihatlah apa yang menimpa kalian, karena Demi Allah, hal yang serius telah menimpa kalian.”

Jadi, orang-orang Quraisy tidak tahu harus berbuat apa. Mereka mencoba menuduh Nabi sebagai seorang peramal, seorang penyihir, seorang penyair, atau orang kerasukan. Tapi tak satu pun dari tuduhan ini yang sesuai. Masyarakat luas tidak percaya, karena ketika mereka bertemu Nabi Muhammad, mereka tahu bahwa sifat Nabi tidak seperti tuduhan-tuduhan itu.

Jadi mereka memutuskan untuk mengatakan: “Keajaiban pidato Muhammad menjauhkan seorang manusia dari ayahnya, istrinya, saudaranya, keluarganya, dan sukunya."
Dan tentu saja hal itu benar dalam artian, pesan yang disampaikan oleh Nabi Muhammad, yaitu bahwa tidak ada yang patut disembah kecuali Tuhan Yang Maha Esa, adalah sesuatu yang sangat revolusioner (sangat berbeda). Pesan itu dapat membuat orang-orang yang tadinya menyembah berhala, menjadi tidak mau lagi menyembah berhala dan hanya menyembah Allah.

Kemudian Abu Lahab (salah satu paman Nabi Muhammad S.A.W.) biasanya memperingatkan orang-orang yang lewat di jalan menuju Mekkah di musim haji: "Hati-hati dengan Muhammad. Dia memang keponakan saya, tapi jangan dengarkan pidatonya. Jika kau mendengarkannya, maka kau akan terpikat oleh mantra pidatonya."

Tufayl ibn Amr

Kemudian ada seorang pria. Namanya adalah Tufayl ibn Amr. Tufayl adalah kepala suku Douse.
Dia adalah seorang penyair yang sangat mahir sehingga dia dihormati dalam masyarakat Arab. Tufayl ibn Amr sedang dalam perjalanan untuk berhaji & saat ia tiba di Mekkah, dia disapa oleh salah satu orang Mekkah. Orang Mekkah itu berkata: "Hati-hati dengan Muhammad, dia sangat berbahaya!" Dan karena dia adalah orang yang berkedudukan dalam masyarakat, maka Tufayl ibn Amr juga dijamu oleh para pemimpin Quraisy. Para pemimpin Quraisy juga berkata kepada Tufayl: "Jangan dengarkan Muhammad, pidato ajaibnya akan membuatmu gila & membuatmu menjauh dari segala hal yang kau cintai."

Jadi saya akan menuliskan kisah Tufayl ibn Amr dari sudut pandangnya. Tufayl ibn Amr meriwayatkan:

"Aku mendekati Mekkah dan ketika para pemimpin Quraisy melihatku, mereka segera medatangiku. Kemudian mereka memberiku sambutan yang sangat hangat dan mengajakku ke sebuah rumah yang besar, mereka memang pandai dalam menjamu orang yang berkedudukan. Di dalam rumah itu, para pemimpin dan tokoh-tokoh masyarakat kemudian berkata "Wahai Tufayl, terima kasih karena kau telah datang ke kota kami. Namun ada seseorang yang menyatakan bahwa dirinya adalah seorang nabi. Orang ini telah mengganggu kepentingan kami. Dia juga menghancurkan kaum kami. Kami takut ia juga akan mempengaruhimu, mengganggu kepentingan, dan menghancurkan kaummu seperti yang telah dilakukannya kepada kami. Maka, jangan berbicara dengan orang itu dan jangan dengarkan yang dia katakan. Pidatonya seperti sihir yang menjauhkan seorang ayah dari anaknya, seorang kakak dari adiknya, serta seorang suami dari istrinya.” Dan mereka terus menceritakan padaku cerita-cerita ini dan menakut-nakutiku tentang kelakuan Muhammad. Aku memutuskan untuk tidak mendekati orang ini, tidak berbicara kepadanya, dan tidak mendengarkan apa yang dikatakannya.

Keesokan harinya aku pergi ke tempat ibadah, aku pergi ke Ka'bah dan melakukan thawaf di sekitar Ka'bah sebagai bagian dari ibadah menyembah berhala yang kami muliakan. Aku menyumbat telingaku dengan kapas karena takut pidato Muhammad mempengaruhiku. Segera setelah aku memasuki tempat ibadah, aku melihatnya sedang berdiri di dekat Ka'bah. Ia beribadah dengan cara yang berbeda dengan ibadah kami. Keseluruhan caranya beribadah berbeda. Hal itu memikatku. Ibadahnya membuatku bergetar dan aku merasa tertarik padanya meskipun aku takut, sampai aku cukup dekat dengannya. Takdir Tuhan menghendaki sebagian kata-kata yang diucapkannya terdengar olehku & aku berkata pada diri sendiri: "Kenapa juga harus takut? Kau adalah penyair yang cerdik, dan kau dapat membedakan antara puisi yang baik & puisi yang buruk. Apa yang mencegahmu mendengarkan apa yang orang ini katakan? Jika apa yang dikatakannya baik, terima saja dan jika buruk, maka tolaklah.”

Aku tetap di sana sampai Nabi pulang ke rumahnya. Aku mengikutinya, kemudian ia memasuki rumahnya dan aku ikut masuk juga. Kemudian aku berkata: "Wahai Muhammad, kaummu menceritakan hal-hal aneh tentangmu kepadaku, Demi Tuhan mereka terus menakutiku dengan hal-hal itu dan menjauhkanku dari seruanmu sampai-sampai aku menutup telingaku agar tidak mendengarkan perkataanmu. Meskipun begitu, Tuhan membuatku mendengar sebagian kata-katamu & kurasa pesanmu adalah pesan yang baik. Jadi ceritakan kepadaku tentang tujuanmu.

Dan kemudian dia memberitahu tujuannya kepadaku dan membacakan kepadaku surat Al Falaq.
Aku bersumpah Demi Tuhan, aku belum pernah mendengar kata-kata yang seindah ini sebelumnya. Aku juga tidak pernah mendengar tujuan yang lebih mulia daripada tujuannya. Kemudian aku mengulurkan tanganku kepadanya dalam kesetiaan & bersaksi bahwa tidak ada yang patut disembah kecuali Tuhan Yang Maha Esa & bahwa Muhammad benar-benar utusan Tuhan. Dan itulah kisahku masuk agama Islam." (Tufayl ibn Amr)

Bahkan seorang penyair hebat seperti Tufayl terpesona ketika mendengarkan Al-Qur'an. Dia hanya mendengarkannya dan langsung menjadi seorang Muslim.

Para pemimpin Quraisy mendengarkan Al Qur'an

Tapi sebenarnya bahkan para pemimpin Quraisy juga kagum dengan ayat-ayat Al-Qur'an. Menurut Sirah Ibn Isya, ada satu kejadian ketika Abu Sufyan, Abu Jahal, dan Abu Annas yang merupakan pemimpin Quraisy, mereka menyelinap keluar dari rumah mereka di malam hari untuk mendengarkan Nabi yang sedang membaca Al-Qur'an. Jadi mereka mendengarkan Al’Quran dari tempat persembunyian sampai fajar tiba. Dan dalam perjalanan pulang, mereka saling bertemu satu sama lain sambil berkata: "Jangan pernah melakukannya lagi sebab jika salah satu rakyat jelata melihatmu, maka itu akan menimbulkan kecurigaan dalam pikiran mereka.” Jadi mereka semua berjanji untuk tidak mengulangi perbuatan itu lagi.

Tapi hal ini terjadi selama tiga malam berturut-turut. Lagi-lagi mereka menyelinap keluar rumah hanya untuk mendengarkan Nabi membaca Al-Qur'an dan mereka saling bertemu satu sama lain. Sampai pada akhirnya mereka bersumpah tidak akan pernah melakukannya lagi.

Inilah pertanyaannya: Bagaimana mungkin manusia yang buta huruf & tidak terpelajar, tidak pernah menulis puisi, dapat menghasilkan sebuah karya yang tak tertandingi dalam kefasihan bahasa yang begitu sempurna, sehingga bahkan para ahli dalam semua jenis puisi Arab tidak dapat menciptakan puisi yang dapat menandingi surat terpendek dari Al’Quran? Bagaimana mungkin mereka lebih memilih melawan Nabi daripada hanya menciptakan sesuatu yang menandingi ayat-ayat Al’Quran?

Umar masuk Islam sebab mendengar Al Qur'an

Mari kita lihat kisah lainnya. Ini adalah kisah Umar ibn Al Khatab. Dia adalah salah satu sahabat Nabi Muhammad, tapi sebelumnya ia adalah salah satu musuh kaum muslimin yang paling kejam. Ia sering menyerang kaum muslimin dan melecehkannya. Dan keadaan ini telah begitu buruk sehingga umat Islam terpaksa melarikan diri ke Abyssinia.

Ketika ini terjadi, Umar benar-benar tidak senang akan Islam. Hingga suatu hari ia memutuskan: “Aku akan membunuh  Muhammad .” Dia mengambil pedangnya dan ia berjalan untuk membunuh Nabi Muhammad.

Namun dalam perjalanan ia bertemu dengan seorang lelaki dari golongan bani Zahrah yang telah menjadi muslim secara diam-diam. Dan dia berkata: "Umar, kau mau pergi kemana dengan menenteng pedang seperti itu?" Umar berkata: "Aku sedang dalam perjalanan.
Kata orang itu : " Untuk apa ? ".
Umar menjawab : "membunuh Muhammad bin Abdillah."

Mendengar jawaban Umar, lelaki tersebut memperingatkan Umar, bahwa bani Hasyim dan bani Zahrah akan memberikan pembalasan yang lebih kejam bila ia sampai membunuh Muhammad.
Lalu lelaki itu mengalihkan pembicaraan, kepada masalah yang sangat luar biasa menakjubkan yang perlu dipikirkan oleh Umar.
Lalu Umar menjadi penasaran tentang masalah luar biasa menakjubkan yang membuat dia berpikir, akhirnya karena saking penasarannya, Umar pun mendesak lelaki dari bani Zahrah yang ditemuinya tersebut untuk bercerita. Lantas lelaki bani Zahrah tersebut Jadi  berpikir. Dan kemudian dia ingat bahwa sebenarnya adik Umar juga sudah menjadi muslim. Dia berkata: "Sebelum kau berurusan dengan Muhammad, mungkin kau harus berurusan dengan keluargamu sendiri lebih dulu." Kata Umar: “Apa maksudmu?" Kata orang itu:

"Wahai Umar! Sebaiknya anda pergi saja menemui saudara perempuanmu dan suaminya. Karena sesungguhnya mereka berdua telah meninggalkan Agama nenek moyangnya, dan beriman kepada ajaran yang dibawa Muhammad, yaitu orang yang hendak kau temui dan kau bunuh itu...!"
"Adikmu telah menjadi Muslim." 
Sungguh!  mendengar berita mengejutkan tersebut, Umar Bin Khattab segera mengubah tujuan, ia pergi  berangkat ke rumah Fatimah , dengan dada yang bergemuruh penuh kemarahan, dengan menenteng pedangnya, .

Sementara Umanr ke rumah adiknya, Orang itu pergi ke tempat Nabi Muhammad SAW, untuk memberi tahu akan kedatangan Umar.

Dan begitu Umar telah sampai ke rumah Fatimah (saudara perempuan yang sangat disayanginya tersebut),
di depan pintu, dia mendengar suara adiknya membaca Al-Qur'an. Dia menggedor dan mendobrak pintu.

Ternyata disana ada Khabab bin AlArat (guru mengaji Fatimah adik Umar). Dan mengetahui Umar bin Khattab datang, maka Khabab langsung bersembunyi. Lalu Umar menanyakan suara yang tadi sempat di dengarnya dari luar pintu. Melihat kakaknya yang sedang kalap maka Fatimah binti Khattab segera mengambil lembaran yang berisi ayat-ayat Al-Qur'an, dan segera menyembunyikan ke dalam sakunya. Lalu Fatimah dan Sa'ad bin Zaid (Suaminya) bertanya kepada Umar Bin Khattab,
"Ya Umar, adakah engkau mendengar sesuatu?"
Jawab Umar, "Demi Tuhan aku telah mendengar khabar, bahwa kamu berdua telah mengikuti ajaran Agama Muhammad...!!!"
Lantas Umar bin Khattab memukul Sa'ad bin Zaid, adik iparnya. Melihat itu Fatimah segera berdiri menghalangi, tetapi ia malah di pukul juga oleh Umar, hingga terluka dan berdarah mukanya. Dan secara spontan Fatimah dan Sa'ad menyampaikan pernyataan di hadapan Umar, bahwa mereka berdua telah masuk Islam dan beriman kepada Allah SWT dan Rasul-Nya. Dan dengan pasrah mereka mempersilahkan Umar bin Khattab untuk berbuat apa saja terhadap diri mereka...Subhanallah...
Fatimah adalah adik kesayangan Umar bin Khattab...Dan begitu melihat darah mengalir di wajah adik yang sangat dikasihinya tersebut, Umar menjadi sangat menyesal, karena dia telah membuat adik perempuan yang sangat dikasihinya dan dijaganya selama ini justru terluka di tangannya sendiri, lalu Umar bin Khattab berkata kepada mereka,
"Berikan kepadaku lembaran yang kalian baca tadi...! agar aku dapat melihat apa yang dibawa Muhammad hingga adikku ini mengikutinya..."
Jawab Fatimah binti Khattab, "Kami takut engkau akan bersikap kasar terhadapnya (Muhammad SAW)..."
Lalu Umar bin Khattab berkata, "Sungguh!... Janganlah kau takut dan khawatir adikku...aku tidak akan berbuat sesuatu tarhadapnya (Muhammad SAW)..." Dan Umar pun kemudian bersumpah dengan menyebut nama-nama berhalanya, bahwa ia juga akan mengembalikan tulisan tersebut setelah dibaca...
Setelah Umar bin Khattab mengucapkan sumpah atas nama berhala, timbullah keinginan dalam hati Fatimah bin Khattab, agar kakaknya masuk Islam. Lalu ia berkata,
"Wahai saudaraku...sesungguhnya engkau najis karena kesyirikanmu, sedang lembaran ini tidak boleh di sentuh kecuali oleh orang-orang yang suci. Karena itu mandilah terlebih dahulu sebelum engkau menyentuh lembaran ini...!"
Kemudian Umar bin Khattab memenuhi apa yang menjadi perintah adiknya. Ia langsung mandi. Dan setelah selesai mandi, lalu Fatimah memberikan "Shahifah" (lembaran) itu kepada Umar bin Khattab. Dan ternyata dalam lembaran itu terdapat tulisan Al-Qur'an : QS. Thaha : 1-8
 طه (١) مَا أَنْزَلْنَا عَلَيْكَ الْقُرْآنَ لِتَشْقَى (٢) إِلا تَذْكِرَةً لِمَنْ يَخْشَى  (٣) تَنْزِيلا مِمَّنْ خَلَقَ الأرْضَ وَالسَّمَاوَاتِ الْعُلا (٤)الرَّحْمَنُ عَلَى الْعَرْشِ اسْتَوَى (٥) لَهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الأرْضِ وَمَا بَيْنَهُمَا وَمَا تَحْتَ الثَّرَى (٦) وَإِنْ تَجْهَرْ بِالْقَوْلِ فَإِنَّهُ يَعْلَمُ السِّرَّ وَأَخْفَى (٧) اللَّهُ لا إِلَهَ إِلا هُوَ لَهُ الأسْمَاءُ الْحُسْنَى       (٨)

1.Thaahaa[1].
2. Kami tidak menurunkan Al Quran ini kepadamu (Muhammad) agar engkau menjadi susah[2];
3. Melainkan sebagai peringatan[3] bagi orang yang takut (kepada Allah),
4. [4]diturunkan dari Allah yang menciptakan bumi dan langit yang tinggi,
5. (yaitu) Yang Maha Pengasih, yang bersemayam di atas 'Arsy[5].
6. Milik-Nya-lah apa yang ada di langit, apa yang di bumi, apa yang ada di antara keduanya[6] dan apa yang ada di bawah tanah[7].
7. Dan jika engkau mengeraskan ucapanmu, sungguh, Dia mengetahui rahasia dan yang lebih tersembunyi[8].
8.(Dialah) Allah, tidak ada tuhan yang berhak disembah selain Dia, yang mempunyai nama-nama yang terbaik

"Thaha...Kami tidak menurunkan Al-Qur'an ini kepadamu agar kamu menjadi susah, tetapi sebagai peringatan bagi orang yang takut kepada Allah, Yakni diturunkan dari Allah yang menciptakan bumi dan langit yang tinggi. Yakni Tuhan Yang Maha Pemurah, Yang bersemayam di atas Arsy. Kepunyaan-Nyalah semua yang ada di langit, semua yang ada di bumi, semua yang ada di antara keduanya, dan semua yang ada di bawah tanah. Dan jika kamu mengeraskan ucapanmu, maka sesungguhnya Dia mengetahui rahasia dan yang lebih tersembunyi. Dia-lah Allah, tidak ada Tuhan melainkan Dia. Dia mempunyai A-Asma'ul Husna (nama-nama yang baik)." (QS. Thaha : 1-8).

Dan setelah selesai membaca teks ayat-ayat Al-Qur'an yang berada dalam lembaran yang diberikan Fatimah adiknya, lalu Umar bin Khattab berkata,
"Alangkah indah dan mulianya Kalam ini...!"
Mendengar pernyataan Umar bin Khattab bahwa lembaran yang dibaca berisikan sesuatu yang indah lagi mulia, maka Khabab bin Al-Arat yang sedang bersembunyi tadi segera keluar dari persembunyiannya. Ia tadi bersembunyi karena takut di hajar oleh Umar bin Khattab yang terkenal kebengisannya itu. Lalu Khabab berkata,
"Ya Umar...! Demi Allah, sungguh...! Aku sangat mengharapkan engkau menjadi orang yang diistimewakan Allah SWT lantaran do'a Rasulullah SAW...Sebab kemarin aku telah mendengar beliau berdo'a : "Allahumma ayyidil islama bi-abil hakam ibni Hisyam au bi'Umar ibnil Khattab = Ya Allah, perkuatlah Islam dengan Abil Hakam bin Hisyam (Abu Jahal), atau dengan Umar bin Khattab."
Karena itu...bertaqwalah kamu kepada Allah, wahai Umar...!"
Setelah mendengar penuturan Khabab, lalu Umar berkata, "Wahai Khabab...! tunjukkanlah kepadaku dimana Muhammad berada. Aku akan masuk Islam."
Jawab Khabab, "Beliau sedang berada di sebuah rumah di dekat Shafa' bersama beberapa orang sahabat."
Umar lalu menyarungkan pedangnya, pergi menemui Rasulullah. Setelah sampai ke tempat yang dituju, Umar bin Khattab segera mengetuk pintu, berdirilah seorang sahabat, mengintip dari celah-celah pintu...Dan...ternyata yang berdiri diluar adalah Umar bin Khattab yang menyandang pedang. Melihat hal ini sahabat langsung kembali menghadap Rasulullah SAW dengan perasaan takut, seraya berkata,
"Ya Rasulullah...yang ada di luar adalah Umar bin Khattab. Ia menyandang pedang..."
Mendengar hal itu, maka Hamzah bin Abdul Muthalib berkata,
"Persilahkan ia masuk...! Bila ia bermaksud baik, maka kita sambut dia dengan baik. Dan bila ia bermaksud jahat, maka kita bunuh ia dengan pedangnya sendiri."
Lantas Rasulullah SAW bersabda, "Izinkan Umar masuk...!"
Setelah Rasulullah SAW memberikan izin, Umar bin Khattab segera dipersilahkan masuk, dan beliau menemui Umar di beranda. Lalu Rasul memegang tali celana atau selendang , kemudian mengikat erat-erat, seraya bersabda,
"Wahai putera Al-Khattab, apakah yang mengantarkan dirimu datang kemari...?
Jawab Umar bin Khattab, " Ya Rasulullah...! Aku datang untuk beriman kepada Allah dan rasul-Nya, serta semua ajaran yang datang dari sisi-Nya (Allah SWT)."
Dan manakala mendengar jawaban Umar bin Khattab ini, Rasulullah SAW langsung bertakbir, hingga seluruh penghuni rumah itu (para sahabat) mengetahui, bahwa Umar bin Khattab akhirnya telah masuk Islam. Kemudian lah berpencarlah para sahabat untuk berdakwah secara terang-terangan dan mereka merasa bangga setelah Hamzah dan Umar masuk Islam...
Meraka tahu, bahwa kedua orang ini akan menjadi pembela serta pelindung Rasulullah SAW dari gangguan dan serangan musuh...Subhanallah...
Dan...itulah kisah masuk Islamnya sang singa padang pasir "Umar bin Khattab". Ia tergugah hatinya lantaran membaca Kalam Ilahi, berkat bimbingan dan kecerdasan adik kandungnya Fatimah binti Khattab. Maka kekerasan hati dan ketegaran jiwanya dalam mempertahankan kekufuran, akhirnya luluh...Dan sang singa padang pasir itu tidak malu-malu berlutut di hadapan Rasulullah SAW, menyatakan keislamannya....Subhanallah...
Dan kalau dulu pedangnya selalu terhunus untuk menghampiri leher pendukung-pendukung Muhammad bin Abdillah, maka kini pedang itu terhunus untuk memenggal kepala setiap orang yang berani menghalangi dakwah Islam. Dan oleh karena itu Umar bin Khattab mendapat gelar "Al-Faruq". Pemisah yang haq dan yang batil...Subhanallah...
Fatimah binti Khattab adik perempuan kesayangan Umar bin Khattab, termasuk wanita yang di karuniai usia panjang. Ia masih berkesempatan menyaksikan kakak kandungnya menjadi khalifah, menggantikan Abu Bakar Ash-Shiddiq. Dan menurut Ibnul Jauzi, Fatimah binti Khattab ini termasuk wanita yang mulia, yang ambil bagian dalam meriwayatkan hadits Nabi SAW.
Demikianlah sekilas kisah perjuangan Fatimah binti Khattab dalam ikut serta mengembangkan dakwah Islam. Ia telah berhasil meluluhkan hati sang singa padang pasir (kakak kandungnya) yang keras bagai batu karang, yang atas bimbingannya kemudian menyatakan masuk Islam. Fatimah sebagai "Wanita Mulia", pernah berkata,
"Sungguh dibalik setiap yang mulia, ada wanita mulia." (demikian keterangan dalam kitab : Sirah Ibnu Hisayam, Al-Mujtana karya Ibnul Jauzi, Thabaqat Ibnu Sa'ad, As-Shawaiqul Muharriqah karya Ibnu Hajar, Al-Ishabah karya Ibnul Hajar, Al-Isti'ab karya Ibnu Abdil-Bar, dan Al-Mustadrak karya Al-Hakim).

 ----------------

Senang mendengarkan Qur'an

Mendengarkan Al Qur'an
 
Allah subhanahu berfirman:
( وَإِذَا قُرِئَ الْقُرْآنُ فَاسْتَمِعُوا لَهُ وَأَنْصِتُوا لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ ) الأعراف/204
“Dan apabila dibacakan Al Quran, maka dengarkanlah baik-baik, dan perhatikanlah dengan tenang agar kamu mendapat rahmat.” SQ. Al-A’raf: 204.

Imam Bukhari dan Imam Muslim meriwayatkan dari Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu’anhu, beliau berkata:

قَالَ لِي رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «اقْرَأْ عَلَيَّ الْقُرْآنَ» قَالَ: فَقُلْتُ: يَا رَسُولَ اللهِ ‍ أَقْرَأُ عَلَيْكَ؟ وَعَلَيْكَ أُنْزِلَ؟ قَالَ: «إِنِّي أَشْتَهِي أَنْ أَسْمَعَهُ مِنْ غَيْرِي» ، فَقَرَأْتُ النِّسَاءَ حَتَّى إِذَا بَلَغْتُ: {فَكَيْفَ إِذَا جِئْنَا مِنْ كُلِّ أُمَّةٍ بِشَهِيدٍ وَجِئْنَا بِكَ عَلَى هَؤُلَاءِ شَهِيدًا} [سورة: النساء، آية رقم: 41] رَفَعْتُ رَأْسِي، أَوْ غَمَزَنِي رَجُلٌ إِلَى جَنْبِي، فَرَفَعْتُ رَأْسِي فَرَأَيْتُ دُمُوعَهُ تَسِيلُ

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata kepadaku, “Bacakanlah kepadaku al-Qur’an.” Ibnu Mas’ud berkata: Aku katakan, “Wahai Rasulullah! Apakah saya akan membacakannya kepadamu sementara ia diturunkan kepadamu?”. Beliau menjawab, “Aku senang mendengarnya dari orang selain diriku.” Maka aku pun membacakan surat an-Nisaa’, ketika sampai pada ayat [yang artinya], “Bagaimanakah jika [pada hari kiamat nanti] Kami datangkan dari setiap umat seorang saksi, dan Kami datangkan engkau sebagai saksi atas mereka.” (QS. an-Nisaa’: 41). Aku angkat kepalaku, atau ada seseorang dari samping yang memegangku sehingga aku pun mengangkat kepalaku, ternyata aku melihat air mata beliau mengalir
(HR. Bukhari [4582] dan Muslim [800])

Hadits yang agung ini memberikan pelajaran kepada kita untuk memiliki rasa senang dan menikmati bacaan al-Qur’an yang dibacakan oleh orang lain. Oleh sebab itu Imam Bukhari juga mencantumkan hadits ini di bawah judul bab ‘Orang yang senang mendengarkan al-Qur’an dari selain dirinya’ (lihat Fath al-Bari [9/107]). an-Nawawi rahimahullah berkata,“Ada beberapa pelajaran dari hadits Ibnu Mas’ud ini, di antaranya; anjuran untuk mendengarkan bacaan [al-Qur'an] serta memperhatikannya dengan seksama, menangis ketika mendengarkannya, merenungi kandungannya. Selain itu, hadits ini juga menunjukkan dianjurkannya meminta orang lain untuk membacanya untuk didengarkan, dalam keadaan seperti ini akan lebih memungkinkan baginya dalam mendalami dan merenungkan isinya daripada apabila dia membacanya sendiri. Hadits ini juga menunjukkan sifat rendah hati seorang ulama dan pemilik kemuliaan meskipun bersama dengan para pengikutnya.” (al-Minhaj [4/117])

Hadits ini juga menunjukkan bahwa salah satu ciri orang soleh adalah bisa menangis ketika mendengar bacaan al-Qur’an. Imam Bukhari mencantumkan hadits ini di bawah judul bab ‘Menangis tatkala membaca al-Qur’an’ (lihat Fath al-Bari [9/112]). Lantas, apakah yang mendorong Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam menangis ketika mendengar ayat di atas? Ibnu Hajar rahimahullah berkata, “Yang tampak bagi saya, bahwasanya beliau [Nabi] menangis karena sayangnya kepada umatnya. Sebab beliau mengetahui bahwa kelak beliau pasti menjadi saksi atas amal mereka semua, sedangkan amal-amal mereka bisa jadi tidak lurus (amalan yang tidak baik) sehingga membuat mereka berhak untuk mendapatkan siksaan, Allahu a’lam.” (Fath al-Bari [9/114])

Namun, ada satu hal yang tidak boleh dilupakan bahwa menangis tatkala membaca al-Qur’an harus dilandasi dengan keikhlasan. Bukan karena ingin mendapatkan pujian dan sanjungan. Oleh sebab itu, Imam Bukhari mengiringi bab tadi [menangis tatkala membaca al-Qur'an] dengan bab ‘Dosa orang yang membaca al-Qur’an untuk mencari pujian (riya’), mencari makan, atau menyalah gunakannya untuk berbuat jahat/dosa’ (lihat Fath al-Bari[9/114]).

Dan yang lebih utama lagi adalah menangis tatkala sendirian. Sebagaimana disebutkan dalam hadits yang menceritakan 7 golongan yang mendapatkan naungan Allah pada hari kiamat, yang salah satunya adalah, “Seorang lelaki yang mengingat Allah dalam keadaan sendirian lantas berlinanglah air matanya.”
(HR. Bukhari [660] dan Muslim [1031]). an-Nawawi rahimahullah berkata, “Hadits ini menunjukkan keutamaan menangis karena takut kepada Allah ta’ala dan keutamaan amal ketaatan yang rahasia/tersembunyi karena kesempurnaan ikhlas padanya, Allahu a’lam.” (al-Minhaj [4/354])

Satu pelajaran lagi yang mungkin bisa ditambahkan di sini, adalah keutamaan belajar bahasa arab. Karena dengan memahami bahasa arab akan lebih memudahkan dalam menghayati kandungan al-Qur’an. Oleh sebab itu hendaknya kita lebih bersemangat lagi dalam mempelajari bahasa arab dan mengkaji tafsir al-Qur’an. Allahu a’lam.

Al Quran bagi manusia

Keutamaan membaca Al Qur'an

1. Sebagai wahyu/petunjuk
firman Allah SWT:

إنا أوحينا إليك كما أوحينا إلى نوح والنبين من بعده
Artinya:
Sesungguhnya Kami telah memberikan wahyu kepadamu sebagaimana Kami telah memberikan wahyu

2. Sebagi Obat
kepada Nuh dan Nabi-nabi yang kemudian. (Q.S. An Nisa: 163)

firman Allah SWT:

وننزل من القرآن ما هو شفاء ورحمة للمؤمنين ولا يزيد الظالمين إلا خسارا
Artinya:
Dan Kami turunkan dari Alquran suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Alquran itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian. (Q.S. Al Isra: 82)

Sebagian orang malas membaca Al Quran padahal di dalam terdapat petunjuk untuk hidup di dunia.
Sebagian orang merasa tidak punya waktu untuk membaca Al Quran padahal di dalamnya terdapat pahala yang besar.
Sebagian orang merasa tidak sanggup belajar Al Quran karena sulit katanya, padahal membacanya sangat mudah dan sangat mendatangkan kebaikan. Mari perhatikan hal-hal berikut:

Membaca Al Quran adalah perdagangan yang tidak pernah merugi

{الَّذِينَ يَتْلُونَ كِتَابَ اللَّهِ وَأَقَامُوا الصَّلَاةَ وَأَنْفَقُوا مِمَّا رَزَقْنَاهُمْ سِرًّا وَعَلَانِيَةً يَرْجُونَ تِجَارَةً لَنْ تَبُورَ (29) لِيُوَفِّيَهُمْ أُجُورَهُمْ وَيَزِيدَهُمْ مِنْ فَضْلِهِ إِنَّهُ غَفُورٌ شَكُورٌ (30)}
Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan mendirikan salat dan menafkahkan sebahagian dari rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi”. “Agar Allah menyempurnakan kepada mereka pahala mereka dan menambah kepada mereka dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri.” (QS. Fathir: 29-30).
Ibnu Katsir rahimahullah berkata,

قال قتادة  رحمه الله: كان مُطَرف، رحمه الله، إذا قرأ هذه الآية يقول: هذه آية القراء.
“Qatadah (wafat: 118 H) rahimahullah berkata, “Mutharrif bin Abdullah (Tabi’in, wafat 95H) jika membaca ayat ini beliau berkata: “Ini adalah ayat orang-orang yang suka membaca Al Quran” (Lihat kitab Tafsir Al Quran Al Azhim).

Asy Syaukani (w: 1281H) rahimahullah berkata,
أي: يستمرّون على تلاوته ، ويداومونها .
“Maksudnya adalah terus menerus membacanya dan menjadi kebiasaannya”(Lihat kitab Tafsir Fath Al Qadir).
Dari manakah sisi tidak meruginya perdagangan dengan membaca Al Quran?
  1. Satu hurufnya diganjar dengan 1 kebaikan dan dilipatkan menjadi 10 kebaikan. 

  2. عَنْ عَبْد اللَّهِ بْنَ مَسْعُودٍ رضى الله عنه يَقُولُ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « مَنْ قَرَأَ حَرْفًا مِنْ كِتَابِ اللَّهِ فَلَهُ بِهِ حَسَنَةٌ وَالْحَسَنَةُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا لاَ أَقُولُ الم حرْفٌ وَلَكِنْ أَلِفٌ حَرْفٌ وَلاَمٌ حَرْفٌ وَمِيمٌ حَرْفٌ ».
    “Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Siapa yang membaca satu huruf dari Al Quran maka baginya satu kebaikan dengan bacaan tersebut, satu kebaikan dilipatkan menjadi 10 kebaikan semisalnya dan aku tidak mengatakan الم satu huruf akan tetapi Alif satu huruf, Laam satu huruf dan Miim satu huruf.” (HR. Tirmidzi dan dishahihkan di dalam kitab Shahih Al Jami’, no. 6469)

     عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بن مسعود رضى الله عنه قَالَ : تَعَلَّمُوا هَذَا الْقُرْآنَ ، فَإِنَّكُمْ تُؤْجَرُونَ بِتِلاَوَتِهِ بِكُلِّ حَرْفٍ عَشْرَ حَسَنَاتٍ ، أَمَا إِنِّى لاَ أَقُولُ بِ الم وَلَكِنْ بِأَلِفٍ وَلاَمٍ وَمِيمٍ بِكُلِّ حَرْفٍ عَشْرُ حَسَنَاتٍ.
    “Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berkata: “Pelajarilah Al Quran ini, karena sesungguhnya kalian diganjar dengan membacanya setiap hurufnya 10 kebaikan, aku tidak mengatakan itu untuk الم  , akan tetapi untuk untuk Alif, Laam, Miim, setiap hurufnya sepuluh kebaikan.” (Atsar riwayat Ad Darimy dan disebutkan di dalam kitab Silsilat Al Ahadits Ash Shahihah, no. 660).
    Dan hadits ini sangat menunjukan dengan jelas, bahwa muslim siapapun yang membaca Al Quran baik paham atau tidak paham, maka dia akan mendapatkan ganjaran pahala sebagaimana yang dijanjikan. Dan sesungguhnya kemuliaan Allah Ta’ala itu Maha Luas, meliputi seluruh makhluk, baik orang Arab atau ‘Ajam (yang bukan Arab), baik yang bisa bahasa Arab atau tidak.
  3. Kebaikan akan menghapuskan kesalahan. {إِنَّ الْحَسَنَاتِ يُذْهِبْنَ السَّيِّئَاتِ} [هود: 114]
    Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk.” (QS. Hud: 114)
  4. Setiap kali bertambah kuantitas bacaan, bertambah pula ganjaran pahala dari Allah.
  5.   عنْ تَمِيمٍ الدَّارِىِّ رضى الله عنه قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « مَنْ قَرَأَ بِمِائَةِ آيَةٍ فِى لَيْلَةٍ كُتِبَ لَهُ قُنُوتُ لَيْلَةٍ»
    “Tamim Ad Dary radhiyalahu ‘anhu berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Siapa yang membaca 100 ayat pada suatu malam dituliskan baginya pahala shalat sepanjang malam.” (HR. Ahmad dan dishahihkan di dalam kitab Shahih Al Jami’, no. 6468).
  6. Bacaan Al Quran akan bertambah agung dan mulia jika terjadi di dalam shalat. 
  7. عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ رضى الله عنه قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ إِذَا رَجَعَ إِلَى أَهْلِهِ أَنْ يَجِدَ فِيهِ ثَلاَثَ خَلِفَاتٍ عِظَامٍ سِمَانٍ قُلْنَا نَعَمْ. قَالَ « فَثَلاَثُ آيَاتٍ يَقْرَأُ بِهِنَّ أَحَدُكُمْ فِى صَلاَتِهِ خَيْرٌ لَهُ مِنْ ثَلاَثِ خَلِفَاتٍ عِظَامٍ سِمَانٍ
    “Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu meriwayatkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Maukah salah seorang dari kalian jika dia kembali ke rumahnya mendapati di dalamnya 3 onta yang hamil, gemuk serta besar?” Kami (para shahabat) menjawab: “Iya”, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Salah seorang dari kalian membaca tiga ayat di dalam shalat lebih baik baginya daripada mendapatkan tiga onta yang hamil, gemuk dan besar.” (HR. Muslim).

Membaca Al Quran bagaimanapun akan mendatangkan kebaikan

 عَنْ عَائِشَةَ رضى الله عنها قَالَتْ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « الْمَاهِرُ بِالْقُرْآنِ مَعَ السَّفَرَةِ الْكِرَامِ الْبَرَرَةِ وَالَّذِى يَقْرَأُ الْقُرْآنَ وَيَتَتَعْتَعُ فِيهِ وَهُوَ عَلَيْهِ شَاقٌّ لَهُ أَجْرَانِ ».
“Aisyah radhiyallahu ‘anha meriwayatkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Seorang yang lancar membaca Al Quran akan bersama para malaikat yang mulia dan senantiasa selalu taat kepada Allah, adapun yang membaca Al Quran dan terbata-bata di dalamnya dan sulit atasnya bacaan tersebut maka baginya dua pahala” (HR. Muslim).

Membaca Al Quran akan mendatangkan syafa’at

عَنْ أَبي أُمَامَةَ الْبَاهِلِىُّ رضى الله عنه قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَقُولُ « اقْرَءُوا الْقُرْآنَ فَإِنَّهُ يَأْتِى يَوْمَ الْقِيَامَةِ شَفِيعًا لأَصْحَابِهِ…
“Abu Umamah Al Bahily radhiyallahu ‘anhu berkata: “Aku telah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Bacalah Al Quran karena sesungguhnya dia akan datang pada hari kiamat sebagai pemberi syafa’at kepada orang yang membacanya” (HR. Muslim).

Masih banyak lagi keutamaan-keutamaan yang memotivasi seseorang untuk memperbanyak bacaan Al Quran terutama di bulan membaca Al Quran.
Dan pada tulisan kali ini hanya menyebutkan sebagian kecil keutamaan dari membaca Al Quran bukan untuk menyebutkan seluruh keutamaannya.
Dan ternyata generasi yang diridhai Allah itu, adalah mereka orang-orang yang giat dan semangat membaca Al Quran bahkan mereka mempunyai jadwal tersendiri untuk baca Al Quran.
عَنْ أَبِى مُوسَى رضى الله عنه قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « إِنِّى لأَعْرِفُ أَصْوَاتَ رُفْقَةِ الأَشْعَرِيِّينَ بِالْقُرْآنِ حِينَ يَدْخُلُونَ بِاللَّيْلِ وَأَعْرِفُ مَنَازِلَهُمْ مِنْ أَصْوَاتِهِمْ بِالْقُرْآنِ بِاللَّيْلِ وَإِنْ كُنْتُ لَمْ أَرَ مَنَازِلَهُمْ حِينَ نَزَلُوا بِالنَّهَارِ…».
“Abu Musa Al Asy’ary radhiyallahu ‘anhu berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya aku benar-benar mengetahui suara kelompok orang-orang keturunan Asy’ary dengan bacaan Al Quran, jika mereka memasuki waktu malam dan aku mengenal rumah-rumah mereka dari suara-suara mereka membaca Al Quran pada waktu malam, meskipun sebenarnya aku belum melihat rumah-rumah mereka ketika mereka berdiam (disana) pada siang hari…
(HR. Muslim).

MasyaAllah, coba kita bandingkan dengan diri kita apakah yang kita pegang ketika malam hari, sebagian ada yang memegang remote televisi menonton program-program yang terkadang bukan hanya tidak bermanfaat tetapi mengandung dosa dan maksiat, apalagi di dalam bulan Ramadhan.
Dan jikalau riwayat di bawah ini shahih tentunya juga akan menjadi dalil penguat, bahwa kebiasan generasi yang diridhai Allah yaitu para shahabat radhiyallahu ‘anhum ketika malam hari senantiasa mereka membaca Al Quran. Tetapi riwayat di bawah ini sebagian ulama hadits ada yang melemahkannya.
عَنْ أَبِى صَالِحٍ رحمه الله قَالَ قَالَ كَعْبٌ رضى الله عنه: نَجِدُ مَكْتُوباً : مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- لاَ فَظٌّ وَلاَ غَلِيظٌ ، وَلاَ صَخَّابٌ بِالأَسْوَاقِ ، وَلاَ يَجْزِى بِالسَّيِّئَةِ السَّيِّئَةَ ، وَلَكِنْ يَعْفُو وَيَغْفِرُ ، وَأُمَّتُهُ الْحَمَّادُونَ ، يُكَبِّرُونَ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ عَلَى كُلِّ نَجْدٍ ، وَيَحْمَدُونَهُ فِى كُلِّ مَنْزِلَةٍ ، يَتَأَزَّرُونَ عَلَى أَنْصَافِهِمْ ، وَيَتَوَضَّئُونَ عَلَى أَطْرَافِهِمْ ، مُنَادِيهِمْ يُنَادِى فِى جَوِّ السَّمَاءِ ، صَفُّهُمْ فِى الْقِتَالِ وَصَفُّهُمْ فِى الصَّلاَةِ سَوَاءٌ ، لَهُمْ بِاللَّيْلِ دَوِىٌّ كَدَوِىِّ النَّحْلِ ، مَوْلِدُهُ بِمَكَّةَ ، وَمُهَاجِرُهُ بِطَيْبَةَ ، وَمُلْكُهُ بِالشَّامِ.
“Abu Shalih berkata: “Ka’ab radhiyallahu ‘anhu berkata: “Kami dapati tertulis (di dalam kitab suci lain): “Muhammad adalah Rasulullah shallallahu ‘alahi wasallam, tidak kasar, tidak pemarah, tidak berteriak di pasar, tidak membalas keburukan dengan keburukan akan tetapi memaafkan dan mengampuni, dan umat (para shahabat)nya adalah orang-orang yang selalu memuji Allah, membesarkan Allah ‘Azza wa Jalla atas setiap perkara, memuji-Nya pada setiap kedudukan, batas pakaian mereka pada setengah betis mereka, berwudhu sampai ujung-ujung anggota tubuh mereka, yang mengumandangkan adzan mengumandangkan di tempat atas, shaf mereka di dalam pertempuran dan di dalam shalat sama (ratanya), mereka memiliki suara dengungan seperti dengungannya lebah pada waktu malam, tempat kelahiran beliau adalah Mekkah, tempat hijranya adalah Thayyibah (Madinah) dan kerajaannya di Syam.”
Maksud dari “mereka memiliki suara dengungan seperti dengungannya lebah pada waktu malam” adalah:
أي صوت خفي بالتسبيح والتهليل وقراءة القرآن كدوي النحل
“Suara yang lirih berupa ucapan tasbih (Subhanallah), tahlil (Laa Ilaaha Illallah), dan bacaan Al Quran seperti dengungannya lebah”. (Lihat kitab Mirqat Al Mafatih Syarh Misykat Al Mashabih).

Salah satu ibadah paling agung adalah membaca Al Quran

عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رضى الله عنهما : ضَمِنَ اللَّهُ لِمَنَ اتَّبَعَ الْقُرْآنَ أَنْ لاَ يَضِلَّ فِي الدُّنْيَا ، وَلاَ يَشْقَى فِي الآخِرَةِ ، ثُمَّ تَلاَ {فَمَنَ اتَّبَعَ هُدَايَ فَلاَ يَضِلُّ وَلاَ يَشْقَى}.
“Abdullah bin Abbas radhiyallahu ‘anhu berkata: “Allah telah menjamin bagi siapa yang mengikuti Al Quran, tidak akan sesat di dunia dan tidak akan merugi di akhirat”, kemudian beliau membaca ayat:
{فَمَنَ اتَّبَعَ هُدَايَ فَلاَ يَضِلُّ وَلاَ يَشْقَى}
“Lalu barang siapa yang mengikut petunjuk-Ku, ia tidak akan sesat dan tidak akan celaka”. (QS. Thaha: 123) (Atsar shahih diriwayatkan di dalam kitab Mushannaf Ibnu Abi Syaibah).
عَنْ خَبَّابِ بْنِ الْأَرَتِّ رضى الله عنه أَنَّهُ قَالَ: ” تَقَرَّبْ مَا اسْتَطَعْتَ، وَاعْلَمْ أَنَّكَ لَنْ تَتَقَرَّبَ إِلَى اللهِ بِشَيْءٍ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ كَلَامِهِ “.
“Khabbab bin Al Arat radhiyallahu ‘anhu berkata: “Beribadah kepada Allah semampumu dan ketahuilah bahwa sesungguhnya kamu tidak akan pernah beribadah kepada Allah dengan sesuatu yang lebih dicintai-Nya dibandingkan (membaca) firman-Nya.” (Atsar shahih diriwayatkan di dalam kitab Syu’ab Al Iman, karya Al Baihaqi).

عَنْ عَبْدِ اللهِ بن مسعود رضى الله عنه ، أنه قَالَ: ” مَنْ أَحَبَّ أَنْ يَعْلَمَ أَنَّهُ يُحِبُّ اللهَ وَرَسُولَهُ فَلْيَنْظُرْ، فَإِنْ كَانَ يُحِبُّ الْقُرْآنَ فَإِنَّهُ يُحِبُّ اللهَ وَرَسُولَهُ “.
“Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berkata: “Siapa yang ingin mengetahui bahwa dia mencintai Allah dan Rasul-Nya, maka perhatikanlah jika dia mencintai Al Quran, maka sesungguhnya dia mencintai Allah dan rasul-Nya.” (Atsar shahih diriwayatkan di dalam kitab Syu’ab Al Iman, karya Al Baihaqi).

وقال وهيب رحمه الله: “نظرنا في هذه الأحاديث والمواعظ فلم نجد شيئًا أرق للقلوب ولا أشد استجلابًا للحزن من قراءة القرآن وتفهمه وتدبره”.
“Berkata Wuhaib rahimahullah: “Kami telah memperhatikan di dalam hadits-hadits dan nasehat ini, maka kami tidak mendapati ada sesuatu yang paling melembutkan hati dan mendatangkan kesedihan dibandingkan bacaan Al Quran, memahami dan mentadabburinya”.

وَمَآ أَرْسَلْنَٰكَ إِلَّا كَآفَّةً لِّلنَّاسِ بَشِيرًا وَنَذِيرًا وَلَٰكِنَّ أَكْثَرَ ٱلنَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ
Kementrian AgamaDan Kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat manusia seluruhnya sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahui.
(QS. Saba' [34] : 28)

menyampaikan kabar gembira

QS. Al-'Isra' [17] : 105 ` Ibn Katsir
وَبِٱلْحَقِّ أَنزَلْنَٰهُ وَبِٱلْحَقِّ نَزَلَ ۗ وَمَآ أَرْسَلْنَٰكَ إِلَّا مُبَشِّرًا وَنَذِيرًا
Kementrian AgamaDan Kami turunkan (Al Quran) itu dengan sebenar-benarnya dan Al Quran itu telah turun dengan (membawa) kebenaran. Dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan sebagai pembawa berita gembira dan pemberi peringatan.
QS. Al-Furqan [25] : 56 ` Ibn Katsir
وَمَآ أَرْسَلْنَٰكَ إِلَّا مُبَشِّرًا وَنَذِيرًا
Kementrian AgamaDan tidaklah Kami mengutus kamu melainkan hanya sebagai pembawa kabar gembira dan pemberi peringatan.
QS. Saba' [34] : 28 ` Ibn Katsir
وَمَآ أَرْسَلْنَٰكَ إِلَّا كَآفَّةً لِّلنَّاسِ بَشِيرًا وَنَذِيرًا وَلَٰكِنَّ أَكْثَرَ ٱلنَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ
Kementrian AgamaDan Kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat manusia seluruhnya sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahui.
QS. Al-Fath [48] : 8 ` Ibn Katsir
إِنَّآ أَرْسَلْنَٰكَ شَٰهِدًا وَمُبَشِّرًا وَنَذِيرًا
Kementrian AgamaSesungguhnya Kami mengutus kamu sebagai saksi, pembawa berita gembira dan pemberi peringatan,

Mendengarkan Al Qur'an
Allah subhanahu berfirman:
( وَإِذَا قُرِئَ الْقُرْآنُ فَاسْتَمِعُوا لَهُ وَأَنْصِتُوا لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ ) الأعراف/204
“Dan apabila dibacakan Al Quran, maka dengarkanlah baik-baik, dan perhatikanlah dengan tenang agar kamu mendapat rahmat.” SQ. Al-A’raf: 204.

 Syekh As-Sa’dy rahimahullah berkata: “Perintah ini umum bagi semua orang yang mendengarkan Kitabullah ketika dibaca. Maka dia diperintahkan untuk mendengarkan dan memperhatikan dengan tenang. Perbedaan antara mendengarkan dan memperhatikan dengan tenang. ‘Al-Inshot’ adalah sisi penampilan dengan tidak berbicara atau meninggalkan kesibukan yang dapat mengganggu dari mendengarkan.

Sementara ‘Al-Istima’ adalah memasang telinga dan menghadirkan hati untuk mentadaburi dari apa yang didengarkan. Karena  kelaziman dari dua hal ini, ketika Kitabullah dibaca, maka dia akan mendapatkan banyak kebaikan dan ilmu nan luas, terus memperbaharui keimanan, petunjuk yang terus bertambah, pengetahuan agamanya. Oleh karena itu Allah menyambungkan agar mendapatkan rahmat darinya. Dari situ menunjukkan,bahwa ketika dibacakan Kitabullah kepada seseorang sementara tidak mendengarkan dan memperhatikan dengan tenang, maka dia tidak mendapatkan bagian rahmat, maka dia terlepas banyak kebaikan.

Diantara perintah yang ditekankan untuk mendengarkan AL-Qur’an, agar dia mendengarkan dan memperhatikan dengan tenang ketika dalam shalat yang dibaca keras ketika imam membacanya. Maka dia diperintahkan untuk memperhatikan dengan tenang. Bahwakan kebanyakan ulama’ mengatakan, ‘Bahwa sibuk memperhatikan dengan tenang itu lebih baik daripada membaca Al-Fatihah dan lainnya.” Selesai dari kitab ‘Tafsir As-Sa’dy, 314.

Maksud terbesar dari mendengarkan dan memperhatikan dengan tenang adalah agar pendengarnya mentadaburi, memahami maknanya dan mengamalkan apa yang ada di dalamnya. Al-Imam At-Tobari rahimahullah berkata: “Allah Ta’ala berfirman disebutkan untuk orang-orang mukmin, yang membenarkan kitabNya, yang menjadikan Al-Qur’an sebagai petunjuk dan rahmat ‘iza quria’ kepada anda semua wahai orang-orang mukmin ‘Al-Qur’an fastami’u lahu’ berfirman pasang telinga anda semua, untuk memahami ayatNya, dan mengambil ibrah dari nasehatNya, ‘Wa ansyitu’ kepadanya agar memikirkan dan mentadaburiNya, jangan lalai dan jangan terlena ‘La allakum Turhamun’ berfirman, agar Tuhan kamu semua memberikan rahmat dari kesadaran anda dengan nasehat-Nya, mengambil ibroh dari ibrohNya. Dan anda lakukan terhadap apa yang dijelaskan Tuhan anda kepada anda dari kewajibanNya di ayatNya.’ Tafsir At-Tobari, 13/244.

Ketika merealisasikan pada posisi seperti ini, mendengarkan dan memperhatikan dengan tenang bagi seorang hamba, mentadaburinya terhadap apa yang dibacakan kepadanya, memahami maknanya. Maka dia akan mendapatkan kebaikan dunia dan akhirat.
 Apakah seseorang yang membaca Al-Qur’an akan mendapatkan pahala meskipun dia tidak faham artinya?’

Beliau menjawab: “Al-Qur’an Al-Karim itu barokah, sebagaimana firman Allah ta’ala:

( كِتَابٌ أَنْزَلْنَاهُ إِلَيْكَ مُبَارَكٌ لِيَدَّبَّرُوا آيَاتِهِ وَلِيَتَذَكَّرَ أُولُو الأَلْبَابِ )

“Kitab yang Kami turunkan kepada engkau (wahai Muhammad) bernilai barokah agar kamu bentadaburi ayat-ayatNya dan agar menjadi pengingat bagi orang-orang yang berfikir.”

 Bertanya pada ahli Ilmu

Allah Ta’ala berfirman:
فَاسْأَلُوا أَهْلَ الذِّكْرِ إِنْ كُنتُمْ لَا تَعْلَمُونَ
Bertanyalah kepada ahli ilmu jika engkau tidak tahu” [QS. an-Nahl : 43]

Sebagaimana perkataan para ulama:
ينبغي للمستفتي أنْ يسأل من يثق بعلمه ودينه
Hendaknya penanya itu bertanya kepada orang yang ia percayai keilmuannya dan kebagusan agamanya

وَمَآ أَرْسَلْنَا مِن قَبْلِكَ إِلَّا رِجَالًا نُّوحِىٓ إِلَيْهِمْ ۚ فَسْـَٔلُوٓا۟ أَهْلَ ٱلذِّكْرِ إِن كُنتُمْ لَا تَعْلَمُونَ
Kementrian AgamaDan Kami tidak mengutus sebelum kamu, kecuali orang-orang lelaki yang Kami beri wahyu kepada mereka; maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui, QS. An-Nahl [16] : 43

وَمَآ أَرْسَلْنَا قَبْلَكَ إِلَّا رِجَالًا نُّوحِىٓ إِلَيْهِمْ ۖ فَسْـَٔلُوٓا۟ أَهْلَ ٱلذِّكْرِ إِن كُنتُمْ لَا تَعْلَمُونَ
Kementrian AgamaKami tiada mengutus rasul rasul sebelum kamu (Muhammad), melainkan beberapa orang-laki-laki yang Kami beri wahyu kepada mereka, maka tanyakanlah olehmu kepada orang-orang yang berilmu, jika kamu tiada mengetahui. QS. Al-'Anbya' [21] : 7

إِذَا ضُيِّعَتْ الْأَمَانَةُ فَانْتَظِرْ السَّاعَةَ

قَالَ كَيْفَ إِضَاعَتُهَا يَا رَسُولَ اللَّهِ

قَالَ إِذَا أُسْنِدَ الْأَمْرُ إِلَى غَيْرِ أَهْلِهِ

فَانْتَظِرْ السَّاعَةَ

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: "Jika amanat telah disia-siakan, tunggu saja kehancuran terjadi." Ada seorang sahabat bertanya; ‘bagaimana maksud amanat disia-siakan? ‘ Nabi menjawab; "Jika urusan diserahkan bukan kepada ahlinya, maka tunggulah kehancuran itu." (BUKHARI – 6015) 


Perlakuan Terhadap al-Qur'an 
وَقَالَ الرَّسُولُ يَا رَبِّ إِنَّ قَوْمِي اتَّخَذُوا هَذَا الْقُرْآنَ مَهْجُورًا
"Berkatalah Rasul: "Ya Tuhanku, sesungguhnya kaumku menjadikan al-Qur'an itu sesuatu yang tidak diacuhkan."
(Q.S. al-Furqan 25:30)

Terkait :