Selasa, 29 April 2014

Kisah-kisah orang yang mendengar Qur'an

Pada zaman Nabi Muhammad, orang-orang Arab sedang berada di puncak kemampuan berbahasa. Ada seorang penyair hebat pada zaman itu yang bernama Labeid bin Rabia. Dan puisi yang ditulis olehnya membuat orang-orang Arab bersujud di hadapannya karena merasa kagum. Tapi ketika Labeid mulai mendengar ayat-ayat Al’Quran, dia memeluk Islam dan berhenti berpuisi. Ketika diminta untuk membacakan puisinya, dia malah berkata: "Puisi mana yang bisa menandingi kehebatan ayat-ayat Al’Quran?"

Dan memang banyak orang-orang Arab yang masuk Islam hanya karena mendengar Al-Qur'an. Mereka sadar bahwa tidak ada orang yang bisa menandingi keindahan bahasa Al-Qur'an. Struktur Al-Qur'an berbeda dari sastra Arab manapun.

Dalam bahasa Arab, puisi dibagi menjadi 16 bihar. Kata bihar berarti "laut." Puisi disebut bihar karena setiap puisi bergerak dalam pola ritmis yang berbeda-beda. Di antara bentuk-bentuk bihar tersebut adalah sajak para peramal, prosa, prosa berirama, dan pidato.

Namun Al-Qur'an tidak dapat digolongkan ke dalam salah satu kategori puisi Arab. Al-Qur'an itu unik dan sampai pada puncak kefasihan tata bahasa. Inilah yang membuat Al-Qur'an tak dapat ditiru.

Ketika orang-orang Arab penyembah berhala mendengar seruan Nabi Muhammad, banyak dari mereka yang mau menyembah Allah S.W.T. Para orang kaya dan orang yang punya kuasa mulai memberontak, karena menurut mereka, itu bisa mengganggu kepentingan mereka.

Hal ini dikarenakan Ka'bah merupakan pusat ziarah bagi semua orang di Jazirah Arab. Dan suku suku Quraisy-lah yang bertanggung jawab atas tempat-tempat di sekitar masjid al-Haraam, Ka'bah, dan sekitarnya. Mereka adalah suku yang paling dihormati pada waktu itu. Sebenarnya, Nabi Muhammad S.A.W. sendiri berasal dari Bani Hashim yang merupakan salah satu percabangan suku Quraisy.

Namun kebanyakan orang-orang Quraisy berputus asa karena pesan Nabi Muhammad. Mereka membayangkan jika berhala-berhala di dalam Ka'bah dihancurkan, maka siapa lagi yang akan berziarah ke Ka'bah? Ziarah tahunan ke Ka'bah telah dilaksanakan selama ribuan tahun, bahkan sebelum masa Nabi Muhammad, orang-orang Arab sering berhaji ke Mekkah. Namun berhaji ke Mekkah menjadi rusak setelah orang-orang mulai menyembah berhala. Tapi orang-orang yang menyembah berhala masih sering datang dari seluruh Jazirah Arab untuk berhaji. Ini merupakan sumber kekayaan kaum Quraisy. Maka dari itu, mereka takut pesan Islam yang dibawa Nabi Muhammad akan menghancurkan kekayaan mereka. Jadi sebenarnya yang mereka pikirkan adalah kepentingan diri mereka sendiri, mereka sebenarnya tahu bahwa Nabi Muhammad memang utusan Allah.

Bahkan salah satu paman Nabi Muhammad berkata: "Wahai Muhammad, sukumu menginginkan peziarah dan suku kami juga menginginkannya. Sekarang kau mengaku bahwa kau adalah seorang utusan Tuhan, maka bagaimana mungkin kami bisa menyaingimu?” Jadi, dia mengaku tidak mau masuk Islam hanya karena ingin tetap setia pada sukunya.

Jadi, mereka memutuskan untuk mengadakan pertemuan yang membahas cara-cara untuk memusuhi Nabi Muhammad dan ajaran Islam. Dan, Alkamar Ibnu Abdul Manaf, berbicara dalam pertemuan para pemimpin Quraisy: 

"Wahai kaum Quraisy, sebuah bencana baru telah menimpa sukumu. Ketika Muhammad masih muda, dia adalah orang yang paling kalian sayangi, dia orang yang paling jujur dan dapat dipercaya, tapi sekarang ketika dia sudah mulai beruban, dia menyerukan sebuah pesan kepada kalian. Kalian mengatakan bahwa dia adalah seorang tukang sihir, tapi dia bukan penyihir. Karena para penyihir hanya memainkan trik-trik mereka. Kalian mengatakan dia adalah seorang peramal, tapi kita telah melihat para peramal dan Muhammad tidak seperti seorang peramal. Kemudian kalian mengatakan bahwa dia adalah seorang penyair, tapi dia bukan seorang penyair, karena dia tidak pandai berpuisi dan kita tahu setiap jenis puisi. Kalian mengatakan bahwa dia kerasukan roh jahat, tapi sebenarnya dia tidak kerasukan. Kita telah melihat orang-orang yang kerasukan dan dia tidak menunjukkan tanda-tanda seperti orang kerasukan. Wahai orang-orang Quraisy, lihatlah apa yang menimpa kalian, karena Demi Allah, hal yang serius telah menimpa kalian.”

Jadi, orang-orang Quraisy tidak tahu harus berbuat apa. Mereka mencoba menuduh Nabi sebagai seorang peramal, seorang penyihir, seorang penyair, atau orang kerasukan. Tapi tak satu pun dari tuduhan ini yang sesuai. Masyarakat luas tidak percaya, karena ketika mereka bertemu Nabi Muhammad, mereka tahu bahwa sifat Nabi tidak seperti tuduhan-tuduhan itu.

Jadi mereka memutuskan untuk mengatakan: “Keajaiban pidato Muhammad menjauhkan seorang manusia dari ayahnya, istrinya, saudaranya, keluarganya, dan sukunya."
Dan tentu saja hal itu benar dalam artian, pesan yang disampaikan oleh Nabi Muhammad, yaitu bahwa tidak ada yang patut disembah kecuali Tuhan Yang Maha Esa, adalah sesuatu yang sangat revolusioner (sangat berbeda). Pesan itu dapat membuat orang-orang yang tadinya menyembah berhala, menjadi tidak mau lagi menyembah berhala dan hanya menyembah Allah.

Kemudian Abu Lahab (salah satu paman Nabi Muhammad S.A.W.) biasanya memperingatkan orang-orang yang lewat di jalan menuju Mekkah di musim haji: "Hati-hati dengan Muhammad. Dia memang keponakan saya, tapi jangan dengarkan pidatonya. Jika kau mendengarkannya, maka kau akan terpikat oleh mantra pidatonya."

Tufayl ibn Amr

Kemudian ada seorang pria. Namanya adalah Tufayl ibn Amr. Tufayl adalah kepala suku Douse.
Dia adalah seorang penyair yang sangat mahir sehingga dia dihormati dalam masyarakat Arab. Tufayl ibn Amr sedang dalam perjalanan untuk berhaji & saat ia tiba di Mekkah, dia disapa oleh salah satu orang Mekkah. Orang Mekkah itu berkata: "Hati-hati dengan Muhammad, dia sangat berbahaya!" Dan karena dia adalah orang yang berkedudukan dalam masyarakat, maka Tufayl ibn Amr juga dijamu oleh para pemimpin Quraisy. Para pemimpin Quraisy juga berkata kepada Tufayl: "Jangan dengarkan Muhammad, pidato ajaibnya akan membuatmu gila & membuatmu menjauh dari segala hal yang kau cintai."

Jadi saya akan menuliskan kisah Tufayl ibn Amr dari sudut pandangnya. Tufayl ibn Amr meriwayatkan:

"Aku mendekati Mekkah dan ketika para pemimpin Quraisy melihatku, mereka segera medatangiku. Kemudian mereka memberiku sambutan yang sangat hangat dan mengajakku ke sebuah rumah yang besar, mereka memang pandai dalam menjamu orang yang berkedudukan. Di dalam rumah itu, para pemimpin dan tokoh-tokoh masyarakat kemudian berkata "Wahai Tufayl, terima kasih karena kau telah datang ke kota kami. Namun ada seseorang yang menyatakan bahwa dirinya adalah seorang nabi. Orang ini telah mengganggu kepentingan kami. Dia juga menghancurkan kaum kami. Kami takut ia juga akan mempengaruhimu, mengganggu kepentingan, dan menghancurkan kaummu seperti yang telah dilakukannya kepada kami. Maka, jangan berbicara dengan orang itu dan jangan dengarkan yang dia katakan. Pidatonya seperti sihir yang menjauhkan seorang ayah dari anaknya, seorang kakak dari adiknya, serta seorang suami dari istrinya.” Dan mereka terus menceritakan padaku cerita-cerita ini dan menakut-nakutiku tentang kelakuan Muhammad. Aku memutuskan untuk tidak mendekati orang ini, tidak berbicara kepadanya, dan tidak mendengarkan apa yang dikatakannya.

Keesokan harinya aku pergi ke tempat ibadah, aku pergi ke Ka'bah dan melakukan thawaf di sekitar Ka'bah sebagai bagian dari ibadah menyembah berhala yang kami muliakan. Aku menyumbat telingaku dengan kapas karena takut pidato Muhammad mempengaruhiku. Segera setelah aku memasuki tempat ibadah, aku melihatnya sedang berdiri di dekat Ka'bah. Ia beribadah dengan cara yang berbeda dengan ibadah kami. Keseluruhan caranya beribadah berbeda. Hal itu memikatku. Ibadahnya membuatku bergetar dan aku merasa tertarik padanya meskipun aku takut, sampai aku cukup dekat dengannya. Takdir Tuhan menghendaki sebagian kata-kata yang diucapkannya terdengar olehku & aku berkata pada diri sendiri: "Kenapa juga harus takut? Kau adalah penyair yang cerdik, dan kau dapat membedakan antara puisi yang baik & puisi yang buruk. Apa yang mencegahmu mendengarkan apa yang orang ini katakan? Jika apa yang dikatakannya baik, terima saja dan jika buruk, maka tolaklah.”

Aku tetap di sana sampai Nabi pulang ke rumahnya. Aku mengikutinya, kemudian ia memasuki rumahnya dan aku ikut masuk juga. Kemudian aku berkata: "Wahai Muhammad, kaummu menceritakan hal-hal aneh tentangmu kepadaku, Demi Tuhan mereka terus menakutiku dengan hal-hal itu dan menjauhkanku dari seruanmu sampai-sampai aku menutup telingaku agar tidak mendengarkan perkataanmu. Meskipun begitu, Tuhan membuatku mendengar sebagian kata-katamu & kurasa pesanmu adalah pesan yang baik. Jadi ceritakan kepadaku tentang tujuanmu.

Dan kemudian dia memberitahu tujuannya kepadaku dan membacakan kepadaku surat Al Falaq.
Aku bersumpah Demi Tuhan, aku belum pernah mendengar kata-kata yang seindah ini sebelumnya. Aku juga tidak pernah mendengar tujuan yang lebih mulia daripada tujuannya. Kemudian aku mengulurkan tanganku kepadanya dalam kesetiaan & bersaksi bahwa tidak ada yang patut disembah kecuali Tuhan Yang Maha Esa & bahwa Muhammad benar-benar utusan Tuhan. Dan itulah kisahku masuk agama Islam." (Tufayl ibn Amr)

Bahkan seorang penyair hebat seperti Tufayl terpesona ketika mendengarkan Al-Qur'an. Dia hanya mendengarkannya dan langsung menjadi seorang Muslim.

Para pemimpin Quraisy mendengarkan Al Qur'an

Tapi sebenarnya bahkan para pemimpin Quraisy juga kagum dengan ayat-ayat Al-Qur'an. Menurut Sirah Ibn Isya, ada satu kejadian ketika Abu Sufyan, Abu Jahal, dan Abu Annas yang merupakan pemimpin Quraisy, mereka menyelinap keluar dari rumah mereka di malam hari untuk mendengarkan Nabi yang sedang membaca Al-Qur'an. Jadi mereka mendengarkan Al’Quran dari tempat persembunyian sampai fajar tiba. Dan dalam perjalanan pulang, mereka saling bertemu satu sama lain sambil berkata: "Jangan pernah melakukannya lagi sebab jika salah satu rakyat jelata melihatmu, maka itu akan menimbulkan kecurigaan dalam pikiran mereka.” Jadi mereka semua berjanji untuk tidak mengulangi perbuatan itu lagi.

Tapi hal ini terjadi selama tiga malam berturut-turut. Lagi-lagi mereka menyelinap keluar rumah hanya untuk mendengarkan Nabi membaca Al-Qur'an dan mereka saling bertemu satu sama lain. Sampai pada akhirnya mereka bersumpah tidak akan pernah melakukannya lagi.

Inilah pertanyaannya: Bagaimana mungkin manusia yang buta huruf & tidak terpelajar, tidak pernah menulis puisi, dapat menghasilkan sebuah karya yang tak tertandingi dalam kefasihan bahasa yang begitu sempurna, sehingga bahkan para ahli dalam semua jenis puisi Arab tidak dapat menciptakan puisi yang dapat menandingi surat terpendek dari Al’Quran? Bagaimana mungkin mereka lebih memilih melawan Nabi daripada hanya menciptakan sesuatu yang menandingi ayat-ayat Al’Quran?

Umar masuk Islam sebab mendengar Al Qur'an

Mari kita lihat kisah lainnya. Ini adalah kisah Umar ibn Al Khatab. Dia adalah salah satu sahabat Nabi Muhammad, tapi sebelumnya ia adalah salah satu musuh kaum muslimin yang paling kejam. Ia sering menyerang kaum muslimin dan melecehkannya. Dan keadaan ini telah begitu buruk sehingga umat Islam terpaksa melarikan diri ke Abyssinia.

Ketika ini terjadi, Umar benar-benar tidak senang akan Islam. Hingga suatu hari ia memutuskan: “Aku akan membunuh  Muhammad .” Dia mengambil pedangnya dan ia berjalan untuk membunuh Nabi Muhammad.

Namun dalam perjalanan ia bertemu dengan seorang lelaki dari golongan bani Zahrah yang telah menjadi muslim secara diam-diam. Dan dia berkata: "Umar, kau mau pergi kemana dengan menenteng pedang seperti itu?" Umar berkata: "Aku sedang dalam perjalanan.
Kata orang itu : " Untuk apa ? ".
Umar menjawab : "membunuh Muhammad bin Abdillah."

Mendengar jawaban Umar, lelaki tersebut memperingatkan Umar, bahwa bani Hasyim dan bani Zahrah akan memberikan pembalasan yang lebih kejam bila ia sampai membunuh Muhammad.
Lalu lelaki itu mengalihkan pembicaraan, kepada masalah yang sangat luar biasa menakjubkan yang perlu dipikirkan oleh Umar.
Lalu Umar menjadi penasaran tentang masalah luar biasa menakjubkan yang membuat dia berpikir, akhirnya karena saking penasarannya, Umar pun mendesak lelaki dari bani Zahrah yang ditemuinya tersebut untuk bercerita. Lantas lelaki bani Zahrah tersebut Jadi  berpikir. Dan kemudian dia ingat bahwa sebenarnya adik Umar juga sudah menjadi muslim. Dia berkata: "Sebelum kau berurusan dengan Muhammad, mungkin kau harus berurusan dengan keluargamu sendiri lebih dulu." Kata Umar: “Apa maksudmu?" Kata orang itu:

"Wahai Umar! Sebaiknya anda pergi saja menemui saudara perempuanmu dan suaminya. Karena sesungguhnya mereka berdua telah meninggalkan Agama nenek moyangnya, dan beriman kepada ajaran yang dibawa Muhammad, yaitu orang yang hendak kau temui dan kau bunuh itu...!"
"Adikmu telah menjadi Muslim." 
Sungguh!  mendengar berita mengejutkan tersebut, Umar Bin Khattab segera mengubah tujuan, ia pergi  berangkat ke rumah Fatimah , dengan dada yang bergemuruh penuh kemarahan, dengan menenteng pedangnya, .

Sementara Umanr ke rumah adiknya, Orang itu pergi ke tempat Nabi Muhammad SAW, untuk memberi tahu akan kedatangan Umar.

Dan begitu Umar telah sampai ke rumah Fatimah (saudara perempuan yang sangat disayanginya tersebut),
di depan pintu, dia mendengar suara adiknya membaca Al-Qur'an. Dia menggedor dan mendobrak pintu.

Ternyata disana ada Khabab bin AlArat (guru mengaji Fatimah adik Umar). Dan mengetahui Umar bin Khattab datang, maka Khabab langsung bersembunyi. Lalu Umar menanyakan suara yang tadi sempat di dengarnya dari luar pintu. Melihat kakaknya yang sedang kalap maka Fatimah binti Khattab segera mengambil lembaran yang berisi ayat-ayat Al-Qur'an, dan segera menyembunyikan ke dalam sakunya. Lalu Fatimah dan Sa'ad bin Zaid (Suaminya) bertanya kepada Umar Bin Khattab,
"Ya Umar, adakah engkau mendengar sesuatu?"
Jawab Umar, "Demi Tuhan aku telah mendengar khabar, bahwa kamu berdua telah mengikuti ajaran Agama Muhammad...!!!"
Lantas Umar bin Khattab memukul Sa'ad bin Zaid, adik iparnya. Melihat itu Fatimah segera berdiri menghalangi, tetapi ia malah di pukul juga oleh Umar, hingga terluka dan berdarah mukanya. Dan secara spontan Fatimah dan Sa'ad menyampaikan pernyataan di hadapan Umar, bahwa mereka berdua telah masuk Islam dan beriman kepada Allah SWT dan Rasul-Nya. Dan dengan pasrah mereka mempersilahkan Umar bin Khattab untuk berbuat apa saja terhadap diri mereka...Subhanallah...
Fatimah adalah adik kesayangan Umar bin Khattab...Dan begitu melihat darah mengalir di wajah adik yang sangat dikasihinya tersebut, Umar menjadi sangat menyesal, karena dia telah membuat adik perempuan yang sangat dikasihinya dan dijaganya selama ini justru terluka di tangannya sendiri, lalu Umar bin Khattab berkata kepada mereka,
"Berikan kepadaku lembaran yang kalian baca tadi...! agar aku dapat melihat apa yang dibawa Muhammad hingga adikku ini mengikutinya..."
Jawab Fatimah binti Khattab, "Kami takut engkau akan bersikap kasar terhadapnya (Muhammad SAW)..."
Lalu Umar bin Khattab berkata, "Sungguh!... Janganlah kau takut dan khawatir adikku...aku tidak akan berbuat sesuatu tarhadapnya (Muhammad SAW)..." Dan Umar pun kemudian bersumpah dengan menyebut nama-nama berhalanya, bahwa ia juga akan mengembalikan tulisan tersebut setelah dibaca...
Setelah Umar bin Khattab mengucapkan sumpah atas nama berhala, timbullah keinginan dalam hati Fatimah bin Khattab, agar kakaknya masuk Islam. Lalu ia berkata,
"Wahai saudaraku...sesungguhnya engkau najis karena kesyirikanmu, sedang lembaran ini tidak boleh di sentuh kecuali oleh orang-orang yang suci. Karena itu mandilah terlebih dahulu sebelum engkau menyentuh lembaran ini...!"
Kemudian Umar bin Khattab memenuhi apa yang menjadi perintah adiknya. Ia langsung mandi. Dan setelah selesai mandi, lalu Fatimah memberikan "Shahifah" (lembaran) itu kepada Umar bin Khattab. Dan ternyata dalam lembaran itu terdapat tulisan Al-Qur'an : QS. Thaha : 1-8
 طه (١) مَا أَنْزَلْنَا عَلَيْكَ الْقُرْآنَ لِتَشْقَى (٢) إِلا تَذْكِرَةً لِمَنْ يَخْشَى  (٣) تَنْزِيلا مِمَّنْ خَلَقَ الأرْضَ وَالسَّمَاوَاتِ الْعُلا (٤)الرَّحْمَنُ عَلَى الْعَرْشِ اسْتَوَى (٥) لَهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الأرْضِ وَمَا بَيْنَهُمَا وَمَا تَحْتَ الثَّرَى (٦) وَإِنْ تَجْهَرْ بِالْقَوْلِ فَإِنَّهُ يَعْلَمُ السِّرَّ وَأَخْفَى (٧) اللَّهُ لا إِلَهَ إِلا هُوَ لَهُ الأسْمَاءُ الْحُسْنَى       (٨)

1.Thaahaa[1].
2. Kami tidak menurunkan Al Quran ini kepadamu (Muhammad) agar engkau menjadi susah[2];
3. Melainkan sebagai peringatan[3] bagi orang yang takut (kepada Allah),
4. [4]diturunkan dari Allah yang menciptakan bumi dan langit yang tinggi,
5. (yaitu) Yang Maha Pengasih, yang bersemayam di atas 'Arsy[5].
6. Milik-Nya-lah apa yang ada di langit, apa yang di bumi, apa yang ada di antara keduanya[6] dan apa yang ada di bawah tanah[7].
7. Dan jika engkau mengeraskan ucapanmu, sungguh, Dia mengetahui rahasia dan yang lebih tersembunyi[8].
8.(Dialah) Allah, tidak ada tuhan yang berhak disembah selain Dia, yang mempunyai nama-nama yang terbaik

"Thaha...Kami tidak menurunkan Al-Qur'an ini kepadamu agar kamu menjadi susah, tetapi sebagai peringatan bagi orang yang takut kepada Allah, Yakni diturunkan dari Allah yang menciptakan bumi dan langit yang tinggi. Yakni Tuhan Yang Maha Pemurah, Yang bersemayam di atas Arsy. Kepunyaan-Nyalah semua yang ada di langit, semua yang ada di bumi, semua yang ada di antara keduanya, dan semua yang ada di bawah tanah. Dan jika kamu mengeraskan ucapanmu, maka sesungguhnya Dia mengetahui rahasia dan yang lebih tersembunyi. Dia-lah Allah, tidak ada Tuhan melainkan Dia. Dia mempunyai A-Asma'ul Husna (nama-nama yang baik)." (QS. Thaha : 1-8).

Dan setelah selesai membaca teks ayat-ayat Al-Qur'an yang berada dalam lembaran yang diberikan Fatimah adiknya, lalu Umar bin Khattab berkata,
"Alangkah indah dan mulianya Kalam ini...!"
Mendengar pernyataan Umar bin Khattab bahwa lembaran yang dibaca berisikan sesuatu yang indah lagi mulia, maka Khabab bin Al-Arat yang sedang bersembunyi tadi segera keluar dari persembunyiannya. Ia tadi bersembunyi karena takut di hajar oleh Umar bin Khattab yang terkenal kebengisannya itu. Lalu Khabab berkata,
"Ya Umar...! Demi Allah, sungguh...! Aku sangat mengharapkan engkau menjadi orang yang diistimewakan Allah SWT lantaran do'a Rasulullah SAW...Sebab kemarin aku telah mendengar beliau berdo'a : "Allahumma ayyidil islama bi-abil hakam ibni Hisyam au bi'Umar ibnil Khattab = Ya Allah, perkuatlah Islam dengan Abil Hakam bin Hisyam (Abu Jahal), atau dengan Umar bin Khattab."
Karena itu...bertaqwalah kamu kepada Allah, wahai Umar...!"
Setelah mendengar penuturan Khabab, lalu Umar berkata, "Wahai Khabab...! tunjukkanlah kepadaku dimana Muhammad berada. Aku akan masuk Islam."
Jawab Khabab, "Beliau sedang berada di sebuah rumah di dekat Shafa' bersama beberapa orang sahabat."
Umar lalu menyarungkan pedangnya, pergi menemui Rasulullah. Setelah sampai ke tempat yang dituju, Umar bin Khattab segera mengetuk pintu, berdirilah seorang sahabat, mengintip dari celah-celah pintu...Dan...ternyata yang berdiri diluar adalah Umar bin Khattab yang menyandang pedang. Melihat hal ini sahabat langsung kembali menghadap Rasulullah SAW dengan perasaan takut, seraya berkata,
"Ya Rasulullah...yang ada di luar adalah Umar bin Khattab. Ia menyandang pedang..."
Mendengar hal itu, maka Hamzah bin Abdul Muthalib berkata,
"Persilahkan ia masuk...! Bila ia bermaksud baik, maka kita sambut dia dengan baik. Dan bila ia bermaksud jahat, maka kita bunuh ia dengan pedangnya sendiri."
Lantas Rasulullah SAW bersabda, "Izinkan Umar masuk...!"
Setelah Rasulullah SAW memberikan izin, Umar bin Khattab segera dipersilahkan masuk, dan beliau menemui Umar di beranda. Lalu Rasul memegang tali celana atau selendang , kemudian mengikat erat-erat, seraya bersabda,
"Wahai putera Al-Khattab, apakah yang mengantarkan dirimu datang kemari...?
Jawab Umar bin Khattab, " Ya Rasulullah...! Aku datang untuk beriman kepada Allah dan rasul-Nya, serta semua ajaran yang datang dari sisi-Nya (Allah SWT)."
Dan manakala mendengar jawaban Umar bin Khattab ini, Rasulullah SAW langsung bertakbir, hingga seluruh penghuni rumah itu (para sahabat) mengetahui, bahwa Umar bin Khattab akhirnya telah masuk Islam. Kemudian lah berpencarlah para sahabat untuk berdakwah secara terang-terangan dan mereka merasa bangga setelah Hamzah dan Umar masuk Islam...
Meraka tahu, bahwa kedua orang ini akan menjadi pembela serta pelindung Rasulullah SAW dari gangguan dan serangan musuh...Subhanallah...
Dan...itulah kisah masuk Islamnya sang singa padang pasir "Umar bin Khattab". Ia tergugah hatinya lantaran membaca Kalam Ilahi, berkat bimbingan dan kecerdasan adik kandungnya Fatimah binti Khattab. Maka kekerasan hati dan ketegaran jiwanya dalam mempertahankan kekufuran, akhirnya luluh...Dan sang singa padang pasir itu tidak malu-malu berlutut di hadapan Rasulullah SAW, menyatakan keislamannya....Subhanallah...
Dan kalau dulu pedangnya selalu terhunus untuk menghampiri leher pendukung-pendukung Muhammad bin Abdillah, maka kini pedang itu terhunus untuk memenggal kepala setiap orang yang berani menghalangi dakwah Islam. Dan oleh karena itu Umar bin Khattab mendapat gelar "Al-Faruq". Pemisah yang haq dan yang batil...Subhanallah...
Fatimah binti Khattab adik perempuan kesayangan Umar bin Khattab, termasuk wanita yang di karuniai usia panjang. Ia masih berkesempatan menyaksikan kakak kandungnya menjadi khalifah, menggantikan Abu Bakar Ash-Shiddiq. Dan menurut Ibnul Jauzi, Fatimah binti Khattab ini termasuk wanita yang mulia, yang ambil bagian dalam meriwayatkan hadits Nabi SAW.
Demikianlah sekilas kisah perjuangan Fatimah binti Khattab dalam ikut serta mengembangkan dakwah Islam. Ia telah berhasil meluluhkan hati sang singa padang pasir (kakak kandungnya) yang keras bagai batu karang, yang atas bimbingannya kemudian menyatakan masuk Islam. Fatimah sebagai "Wanita Mulia", pernah berkata,
"Sungguh dibalik setiap yang mulia, ada wanita mulia." (demikian keterangan dalam kitab : Sirah Ibnu Hisayam, Al-Mujtana karya Ibnul Jauzi, Thabaqat Ibnu Sa'ad, As-Shawaiqul Muharriqah karya Ibnu Hajar, Al-Ishabah karya Ibnul Hajar, Al-Isti'ab karya Ibnu Abdil-Bar, dan Al-Mustadrak karya Al-Hakim).

 ----------------

Tidak ada komentar:

Posting Komentar