Selasa, 29 April 2014

Abdullah bin Mas'ud

Seorang anak kecil siang itu tengah menggembalakan sekawanan kambing milik Uqbah bin Mu‘aith. Saat sedang menjalankan tugasnya, tiba-tiba ia melihat dari kejauhan dua orang lelaki datang menuju ke arahnya. Keduanya kelihatan sangat letih dan kehausan. Begitu tiba di dekatnya dan setelah memberi salam, salah seorang kemudian bertanya apakah ia mempunyai susu untuk menghilangkan dahaga mereka.
 “Maaf aku hanyalah seorang penggembala. Kambing-kambing ini bukan milikku sehingga aku tak bisa memberi kalian minum…,” dengan tegas remaja itu menjawab.
 “Apakah kamu punya kambing betina tua yang tidak lagi dikawini oleh salah seekor jantan?” tanya salah seorang lagi di antara mereka.
“Ada,” jawab remaja itu sambil bergegas mengambil kambing yang dimaksud dan bergegas memberikannya kepada lelaki yang bertanya tadi.
Ajaib. Seketika kantung susu kambing yang tadinya kempis itu mendadak penuh setelah orang itu mengusapnya. Temannya bergegas mengambil batu cembung untuk menampung susu yang dihasilkan kambing tua tersebut. Mereka bertiga kemudian meminum susu tersebut hingga kenyang. Setelah itu, lelaki itu kembali mengusap kantung susu kambing itu sehingga menjadi kempis seperti semula.
Itulah awal pertemuan Abdullah bin Mas‘ud, remaja pengembala dengan dua manusia mulia, Rasulullah Saw. dan Abu Bakar Ash-Shiddiq. Pertemuan yang sangat membekas di hati Abdullah bin Mas‘ud.
“Ajarkan aku keajaiban yang pernah engkau tunjukkan,” pinta Abdullah bin Mas‘ud kala menemui Rasulullah usai peristiwa yang sangat membekas di hatinya itu. Peristiwa menakjubkan yang kemudian membuatnya mencari tahu siapa dua orang tersebut. Setelah mengetahuinya, Abdullah memutuskan untuk ikut bersama manusia mulia tersebut.

Berkah Pengajaran Rasulullah
Sejak saat itu, Abdullah bin Mas‘ud senantiasa mengikuti Rasulullah Saw. Dari Rasulullah ia belajar banyak hal. Tak heran jika kemudian Abdullah bin Mas‘ud tumbuh menjadi pemuda yang cerdas sesuai dengan perkataan Rasulullah bahwasanya ia nanti akan menjadi pemuda yang terpelajar.

Tentang kecerdasannya maka Rasulullah berkata,
Pelajarilah  Al-Qur’an dari empat orang, Abdullah (maksudnya bin Mas’ud), Salim (budak Abu Hudzaifah), Muadz bin Jabal, dan Ubay bin Ka‘ab” (H.R Tirmidzi).

Abdullah sendiri meriwayatkan setidaknya mencapai  848 hadis.

Abdullah bin Mas‘ud masuk Islam sebelum masuknya Rasulullah ke Darul Arqam. Ia juga mengikuti semua peperangan yang diikuti Rasulullah. Ia juga ikut bersama rombongan kaum Muslim berhijrah ke Habasyah sebanyak dua kali. Bahkan, dalam Perang Badar, ia juga menjadi salah seorang yang berhasil membunuh sang durjana, Abu Jahal.

Suatu hari, Abdullah bin Mas‘ud bermaksud mengambil sebatang ranting pohon untuk dijadikan siwak. Ketika berada di atas, tiba-tiba angin berembus sangat kencang sehingga tersingkaplah bagian bawah pakaiannya. Saat itu, terlihat kedua telapak kaki dan betisnya yang kecil. Para sahabat yang melihatnya seketika tertawa melihatnya.
 “Apa yang sedang kalian tertawakan?” tanya Rasulullah yang melihat sahabatnya sedang menertawakan sesuatu.
 “Kedua betis Abdullah bin Mas‘ud yang kecil, wahai Nabiyullah,” jawab sahabat.
”Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, sungguh kedua betisnya itu di mizan nanti lebih berat timbangannya daripada Gunung Uhud.” ucap Rasulullah Saw. membungkam tawa mereka. (H.R. Ahmad)

Abdullah bin Mas‘ud yang berasal dari keluarga miskin memang berperawakan kurus lagi kecil.
Sebelumnya, ia sempat merasa rendah diri karenanya. Namun, perkataan Rasulullah itu membuatnya kembali percaya diri. Apalagi, Rasulullah senantiasa menekankan bahwasanya yang dilihat oleh Allah nantinya bukanlah fisik, kekayaan, maupun kedudukan. Namun, hanyalah ketakwaan yang dapat mengantar seseorang menuju jannah-Nya.

Keberaniannya
Ketika sedang bersama Rasulullah dan para sahabat, ada yang berkata bahwa seandainya ada di antara mereka yang berani untuk memperdengarkan bacaan Al-Qur’an di hadapan kaum Quraisy dengan suara yang lantang. Mendengar hal itu, Abdullah bin Mas‘ud segera menyatakan kesediaannya. Namun para sahabat mencegahnya. Mereka khawatir karena hal itu akan membuat marah kaum Quraisy. Akibatnya, Abdullah bin Mas‘ud akan dianiaya, apalagi tidak mempunyai kaum kerabat yang dapat membelanya sekiranya hal itu terjadi.
Abdullah bin Mas‘ud tetap bersikeras. Ia pun berangkat menuju balai pertemuan, tempat berkumpulnya kaum Quraisy Makkah waktu itu.
 “Bismillahirrahmaanirrahim,” Abdullah naik di tempat yang tinggi dan dengan suara yang keras dan lantang membaca Surah Ar Rohman.

(klik surah ar-rahman)

 الرَّحْمَنُ (١)عَلَّمَ الْقُرْآنَ (٢)خَلَقَ الإنْسَانَ (٣) عَلَّمَهُ الْبَيَانَ (٤)الشَّمْسُ وَالْقَمَرُ بِحُسْبَانٍ (٥) وَالنَّجْمُ وَالشَّجَرُ يَسْجُدَانِ (٦) وَالسَّمَاءَ رَفَعَهَا وَوَضَعَ الْمِيزَانَ (٧) أَلا تَطْغَوْا فِي الْمِيزَانِ (٨) وَأَقِيمُوا الْوَزْنَ بِالْقِسْطِ وَلا تُخْسِرُوا الْمِيزَانَ (٩) وَالأرْضَ وَضَعَهَا لِلأنَامِ (١٠) فِيهَا فَاكِهَةٌ وَالنَّخْلُ ذَاتُ الأكْمَامِ (١١)وَالْحَبُّ ذُو الْعَصْفِ وَالرَّيْحَانُ (١٢) فَبِأَيِّ آلاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ (١٣) خَلَقَ الإنْسَانَ مِنْ صَلْصَالٍ كَالْفَخَّارِ (١٤) وَخَلَقَ الْجَانَّ مِنْ مَارِجٍ مِنْ نَارٍ (١٥) فَبِأَيِّ آلاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ (١٦)

1. (Rabb) Yang Maha Pemurah, (QS. 55:1)
2. Yang telah mengajarkan Al-Qur’an. (QS. 55:2)
3. Dia menciptakan manusia, (QS. 55:3)
4. Mengajarnya pandai berbicara. (QS. 55:4)
5. Matahari dan bulan (beredar) menurut perhitungan. (QS. 55:5)
6. Dan tumbuh-tumbuhan dan pohon-pohonan kedua-duanya tunduk kepada-Nya. (QS. 55:6)
7. Dan Allah telah meninggikan langit dan Dia meletakkan neraca (keadilan). (QS. 55:7)
8. Supaya kamu jangan melampaui batas tentang neraca itu. (QS. 55:8)
9. Dan tegakkanlah timbangan dengan adil dan janganlah kamu mengurangi neraca itu. (QS. 55:9)
10. Dan Allah telah meratakan bumi untuk makhluk(Nya), (QS. 55:10)
11. di bumi itu ada buah-buahan dan pohon kurma yang mempunyai kelopak mayang. (QS. 55:11)
12. Dan biji-bijian yang berkulit dan bunga-bunga yang harum baunya. (QS. 55:12) 

Kaum kafir Quraisy yang sedang berkumpul merasa terkejut. Mulanya, mereka tak tahu apa yang dibaca oleh Abdullah bin Mas‘ud. Ketika menyadarinya bahwa apa yang dibaca itu sama dengan yang sering dibaca oleh Rasulullah, mereka pun menjadi marah. Seketika mereka bangkit dan memukuli Abdullah bin Mas‘ud yang masih meneruskan bacaannya. Dengan babak belur, Abdullah bin Mas‘ud kembali ke tempatnya semula.
“Inilah yang kami khawatirkan akan menimpamu,” ucap para sahabat menyayangkan keberanian Abdullah bin Mas‘ud.
“Sesungguhnya aku tidaklah takut. Kalau kalian mau, aku masih bersedia melakukan hal yang sama hari ini dan seterusnya,” tantangnya kembali.
Atas keberaniannya itu, Allah tidaklah menyia-nyiakan pengorbanannya. Abdullah bin Mas‘ud dikaruniai kemampuan membaca Al-Qur’an sebagaimana diturunkannya. Ia juga mampu memahami kandungan arti dan maksud dari suatu ayat. Oleh karena itu, Rasulullah memberikan pujiannya. “Barang siapa yang ingin membaca Al-Qur’an sebagaimana ketika Al-Qur’an itu diturunkan, maka bacalah sebagaimana cara membaca Ibnu Ummi Ibdin (Abdullah bin Mas‘ud)” (H.R. Ahmad).

Rasulullah juga sangat suka mendengarkan bacaan Abdullah bin Mas‘ud. Beliau pernah meminta Abdullah membacakan Al-Qur’an untuknya. Mulanya, Abdullah menolak karena sungkan. Bukankah Al-Qur’an diturunkan kepada Rasulullah? Namun, karena Rasulullah mengatakan ingin mendengarkan Al-Qur’an dari orang lain, maka Abdullah pun menyanggupinya.
Abdullah pun membacakan penggalan Surah An-Nisa ayat 41-42. Abdullah tak lagi meneruskan bacaannya ketika Rasulullah mengatakan cukup dan di wajahnya meleleh air matanya.
Bertemu Sekawanan Jin
Satu lagi kisah menarik dari Abdullah bin Mas‘ud. Suatu ketika, Rasulullah mengajak para sahabatnya untuk bersama-sama menemui sekelompok jin yang telah beriman kepada beliau. Sekelompok jin tersebut meminta Rasulullah membacakan Al-Qur’an kepada mereka.
Ternyata, hanya Abdullah bin Mas‘ud yang mengikuti ajakan beliau. Mereka berdua kemudian berangkat menuju tempat yang tinggi yang ada di daerah Makkah. Setelah tiba, Rasulullah segera membuat garis dan meminta Abdullah untuk tidak keluar dari batas garis tersebut.
Setelah itu, Rasulullah meninggalkan Abdullah yang kemudian membaca Al-Qur’an sembari menunggu kedatangan Rasulullah. Saat itulah ia merasa dikerumuni oleh makhluk yang berjumlah sangat banyak. Mereka menghalanginya sehingga tidak dapat melihat keberadaan Rasulullah dan mendengar suaranya.
Akhirnya, setelah beberapa lama, sebagian besar makhluk itu pun pergi secara berkelompok laksana awan. Sebagian yang lain tetap tinggal hingga fajar mulai terlihat. Rupanya mereka adalah sekelompok jin. Mereka mendatangi tempat itu untuk belajar langsung kepada Rasulullah. Ketika semua telah pergi, maka Rasulullah kembali mendatangi Abdullah dan menanyakan apakah ia sempat tertidur selama menunggu tadi.
 “Tidak,” jawab Ibnu Mas‘ud
 “Sesungguhnya berkali-kali saya ingin meminta bantuan kepada orang-orang, tapi saya mendengarmu memberikan isyarat dengan suara tongkat kepada jin-jin itu agar mereka duduk.”
 “Bila engkau keluar dari garis itu, aku tidak bisa menjamin engkau selamat dari sambaran sebagian mereka.” Nabi Muhammad Saw. memberi tahu Ibnu Mas‘ud.
Akhir Hayatnya
Di masa Khalifah Umar bin Khattab, Abdullah bin Mas‘ud diangkat menjadi hakim dan pengurus kas negara di Kufah. Abdullah bin Mas‘ud adalah simbol bagi ketakwaan, kehati-hatian, dan kesucian diri.
Suatu hari, Abdullah bin Mas‘ud berkunjung ke Madinah. Sesampainya di sana, Abdullah bin Mas‘ud jatuh sakit dan setelah beberapa lama meninggal dunia. Ia pun dimakamkan di Baqi pada tahun 32 H. Salah satu sahabat yang ikut mensalatkan jenazahnya ialah Utsman bin Affan r.a.
***
Demikian satu dari kisah dalam buku ini. Selain kisah Abdullah bin Mas‘ud tersebut, masih banyak kisah Abdullah-Abdullah lain yang sangat menginspirasi.
Abdullah merupakan nama yang paling dicintai Allah. Dalam nama tersebut sesungguhnya terdapat kalimat tauhid, yaitu mengesakan Allah. Hal ini menunjukkan bahwa pemilik nama ini hanya mengakui bahwa Allah-lah yang menjadi satu-satunya sembahannya. Karena keutamaan nama inilah, tidak heran jika di kalangan para sahabat Nabi Muhammad Saw. terdapat sekitar 300 orang yang bernama Abdullah. Bukan hanya nama mereka yang begitu mulia karena menggambarkan penghambaan kepada Sang Pencipta-nya, para Abdullah di sekitar Rasulullah juga memiliki beragam kisah yang begitu menginspirasi.
Ada Abdullah yang sangat kuat beribadah, ada Abdullah yang meski tunanetra tapi mati syahid, ada Abdullah yang dijuluki sebagai bapak para dermawan, ada Abdullah yang merupakan pemuka Yahudi yang kemudian masuk Islam, ada Abdullah yang pakaiannya diganti dengan pakaian surga, ada Abdullah yang merupakan saudara sesusuan Rasulullah, dan ada pula Abdullah yang disebut-sebut sebagai manusia terbaik setelah Rasulullah Saw. Siapa saja mereka? Simak kisah selengkapnya di buku ini dan mungkin Anda akan terinspirasi untuk menamai anak Anda Abdullah.
----------------------------------------------------------------------------------
Abdullah bin Mas'ud punya suara bagus dan Taddarud Qur'an pertama di Mekah.

Tak berapa lama setelah memeluk Islam, Abdullah bin Mas'ud mendatangi Rasulullah dan memohon kepada beliau agar diterima menjadi pelayan beliau. Rasulullah pun menyetujuinya.

Sejak hari itu, Abdullah bin Mas'ud tinggal di rumah Rasulullah. Dia beralih pekerjaan dari penggembala domba menjadi pelayan utusan Allah dan pemimpin umat. Abdullah bin Mas'ud senantiasa mendampingi Rasulullah bagaikan layang-layang dan benangnya. Dia selalu menyertai kemana pun beliau pergi.

Dia membangunkan Rasulullah untuk shalat bila beliau tertidur, menyediakan air untuk mandi, mengambilkan terompah apabila beliau hendak pergi dan membenahinya apabila beliau pulang. Dia membawakan tongkat dan siwak Rasulullah, menutupkan pintu kamar apabila beliau hendak tidur.

Bahkan Rasulullah mengizinkan Abdullah memasuki kamar beliau jika perlu. Beliau memercayakan kepadanya hal-hal yang rahasia, tanpa khawatir rahasia tersebut akan terbuka. Karenanya, Abdullah bin Mas'ud dijuluki orang dengan sebutan "Shahibus Sirri Rasulullah" (pemegang rahasia Rasulullah).

Abdullah bin Mas'ud dibesarkan dan dididik dengan sempurna dalam rumah tangga Rasulullah. Karena itu tidak kalau dia menjadi seorang yang terpelajar, berakhlak tinggi, sesuai dengan karakter dan sifat-sifat yang dicontohkan Rasulullah kepadanya. Sampai-sampai orang mengatakan, karakter dan akhlak Abdullah bin Mas'ud paling mirip dengan akhlak Rasulullah.

Abdullah bin Mas'ud pernah berkata tentang pengetahuannya mengenai Kitabullah (Al-Qur'an) sebagai berikut, "Demi Allah, yang tiada Tuhan selain Dia. Tidak ada satu ayat pun dalam Al-Qur'an, melainkan aku tahu di mana dan dalam situasi bagaimana diturunkan. Seandainya ada orang yang lebih tahu daripada aku, niscaya aku datang belajar kepadanya."

Abdullah bin Mas'ud tidak berlebihan dengan ucapannya itu. Kisah Umar bin Al-Khathab berikut memperkuat ucapannya. Pada suatu malam, Khalifah Umar sedang dalam perjalanan, ia bertemu dengan sebuah kabilah. Malam sangat gelap bagai tertutup tenda, menutupi pandangan setiap pengendara. Abdullah bin Mas'ud berada dalam kabilah tersebut. Khalifah Umar memerintahkan seorang pengawal agar menanyai kabilah.

"Hai kabilah, dari mana kalian?" teriak pengawal.
"Min fajjil 'amiq (dari lembah nan dalam)," jawab Abdullah.
"Hendak kemana kalian?"
"Ke Baitu Atiq (rumah tua, Ka'bah)," jawab Abdullah.
"Di antara mereka pasti ada orang alim," kata Umar.

Kemudian diperintahkannya pula menanyakan, "Ayat Al-Qur'an manakah yang paling ampuh?"

Abdullah menjawab, "Allah, tiada Tuhan selain Dia, Yang Maha Hidup kekal lagi terus-menerus mengurus (makhluk-Nya) tidak mengantuk dan tidak pula tidur..." (QS Al-Baqarah: 255).

"Tanyakan pula kepada mereka, ayat Al-Qur'an manakah yang lebih kuat hukumnya?" kata Umar memerintah.

Abdullah menjawab, "Sesungguhnya Allah memerintah kamu berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang kamu dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran." (QS An-Nahl: 9).

"Tanyakan kepada mereka, ayat Al-Qur'an manakah yang mencakup semuanya!" perintah Umar.

Abdullah menjawab, "Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan walaupun seberat dzarrah, niscaya dia akan melihat balasannya. Dan barangsiapa mengerjakan kejahatan walaupun sebesar dzarrah, niscaya dia akan melihat balasannya pula." (QS Al-Zalzalah: 8).

Demikian seterusnya, ketika Umar memerintahkan pengawal untuk bertanya tentang Al-Qur'an, Abdullah bin Mas'ud langsung menjawabnya dengan tegas dan tepat. Hingga pada akhirnya Khalifah Umar bertanya, "Adakah dalam kabilah kalian Abdullah bin Mas'ud?"

Jawab mereka, "Ya, ada!"

Abdullah bin Mas'ud bukan hanya sekedar qari' (ahli baca Al-Qur'an) terbaik, atau seorang yang sangat alim atau zuhud, namun ia juga seorang pemberani, kuat dan teliti. Bahkan dia seorang pejuang (mujahid) terkemuka. Dia tercatat sebagai Muslim pertama yang mengumandangkan Al-Qur'an dengan suara merdu dan lantang.

Pada suatu hari para sahabat Rasulullah berkumpul di Makkah. Mereka berkata, "Demi Allah, kaum Quraisy belum pernah mendengar ayat-ayat Al-Qur'an yang kita baca di hadapan mereka dengan suara keras. Siapa kira-kira yang dapat membacakannya kepada mereka?"

"Aku sanggup membacakannya kepada mereka dengan suara keras," kata Abdullah.

"Tidak, jangan kamu! Kami khawatir kalau kamu membacakannya. Hendaknya seseorang yang punya keluarga yang dapat membela dan melindunginya dari penganiayaan kaum Quraisy," jawab mereka.

"Biarlah, aku saja. Allah pasti melindungiku," kata Abdullah tak gentar.

Keesokan harinya, kira-kira waktu Dhuha, ketika kaum Quraisy sedang duduk-duduk di sekitar Ka'Baha Ad-Daulah. Abdullah bin Mas'ud berdiri di Maqam Ibrahim, lalu dengan suara lantang dan merdu dibacanya surah Ar-Rahman ayat 1-4.

Bacaan Abdullah yang merdu dan lantang itu kedengaran oleh kaum Quraisy di sekitar Ka'bah. Mereka terkesima saat mendengar dan merenungkan ayat-ayat Allah yang dibaca Abdullah. Kemudian mereka bertanya, "Apakah yang dibaca oleh Ibnu Ummi Abd (Abdullah bin Mas'ud)?"

"Sialan, dia membaca ayat-ayat yang dibawa Muhammad!" kata mereka begitu tersadar. Lalu mereka berdiri serentak dan memukuli Abdullah. Namun Abdullah bin Mas'ud meneruskan bacaannya hingga akhir surah. Ia lalu pulang menemui para sahabat dengan muka babak belur dan berdarah.

"Inilah yang kami khawatirkan terhadapmu," kata mereka.

"Demi Allah, kata Abdullah, "Bahkan sekarang musuh-musuh Allah itu semakin kecil di mataku. Jika kalian menghendaki, besok pagi aku akan baca lagi di hadapan mereka."

Abdullah bin Mas'ud hidup hingga masa Khalifah Utsman bin Affan memerintah. Ketika ia hampir meninggal dunia, Khalifah Utsman datang menjenguknya. "Sakit apakah yang kau rasakan, wahai Abdullah?" tanya khalifah.

"Dosa-dosaku," jawab Abdullah.

"Apa yang kau inginkan?"

"Rahmat Tuhanku."

"Tidakkah kau ingin supaya kusuruh orang membawa gaji-gajimu yang tidak pernah kau ambil selama beberapa tahun?" tanya Khalifah.

"Aku tidak membutuhkannya," kata Abdullah.

"Bukankah kau mempunyai anak-anak yang harus hidup layak sepeninggalmu?" tanya Utsman.

"Aku tidak khawatir, jawab Abdullah, "Aku menyuruh mereka membaca surah Al-Waqi'ah setiap malam. Karena aku mendengar Rasulullah bersabda, "Barangsiapa yang membaca surah Al-Waqi'ah setiap malam, dia tidak akan ditimpa kemiskinan selama-lamanya!"

Pada suatu malam yang hening, Abdullah bin Mas'ud pun berangkat menghadap Tuhannya dengan tenang. 
----------------------------------------------------------------------------------
Saat turun Surah Ar Rohman Rasululloh SAW menawarkan kepada para shahabatnya untuk membacakan :
“ Siapa yg berani membacakannya di hadapan para pemuka Quraisy ?”
 Lalu Ibnu Mas’ud maju dan berkata : “Saya Ya Rosululloh. Saya yg akan membacakannya di hadapan mereka.”
Sesudah Ibnu Mas’ud selesai membacakannya dihadapan mereka maka Abu Jahal memukuli dan melukainya sampai merobekkan telinganya.
Melihat keadaannya, Rasululloh SAW menjadi sedih . Tetapi kemudian Jibril turun dan Rasululloh melihatnya tertawa. Rasululloh pun bertanya : “ Mengapa engkau tertawa, Jibril?”
 
Jibril menjawab :” Suatu saat Engkau akan mengetahui alasannya..”
Selanjutnya, saat perang Badar terjadi dan kaum Quraisy telah dikalahkan, ibnu Mas’ud yg terhalang udhur sehingga tidak ikut berperang di dalamnya melapor kepada Rasululloh SAW : “ Wahai Rasululloh. Aku kehilangan fadhilah jihad…”
Rasululloh menjawab : “ Pergilah kesana, dan lihat apakah masih ada diantara mereka yg masih ada sisa-sisa kehidupannya , maka bunuhlah dia dan engkau pun akan mendapat pahala jihad juga.”
Ibnu Mas’ud segera menuju mayat-mayat orang Musyrik yg berserakan. Meneliti barangkali masih ada diantara mereka yg tersisa nyawanya. Dan ternyta dia dapati abu jahal dalam keadaan sakarat dan belum meninggal dunia. Abu Jahal dalam luka parahnya melihat Ibnu Mas’ud itupun berkata :
“  Katakan kepada Muhammad ..dia bagiku adalah musuh terbesarku dalam hidupku dan dalam kematianku.. Annahu abghodhul kholqi ilayya fil haya-ti wal mama-ti.”
Ibnu Mas’ud segera membunuh Abu Jahal . Dia kemudian ingin memikul mayatnya dan membawanya kehadapan Nabi, tetapi dia tidak kuat. Lalu dia memotong kepalanya dan mencoba mencangkingnya, tetapi ajaibnya dia tidak kuat juga. Lalu dia potong telinga Abu Jahal dan membawanya menuju Nabi dan dia..kuat membawanya
Ketika Nabi dan Jibril melihat ibnu mas’ud menenteng daun telinga Abu Jahal yg dia ikat dengan sebuah benang, mereka berdua tertawa. Kata Jibril : “ Ya Rosulalloh. Telinga dib alas telinga. Kalau kepala itu lelebihan… Al Udhunu bil Udhuni, war Ro’su Ziya-dah !”
Lantas Ibu mas’ud menuturkan kata-kata terahir Abu Jahal . Dan Nabi SAW begitu mendengarnya beliau berkata :
“ Fir’aunku lebih dahsyat di banding Fir’aun nya Musa. Karena Fir’aun Musa ketika mau celaka dia berkata …AMANTU ANNAHU LA-ILAHA ILLAL LADHI AMANAT BIHI BANU ISRO-ILA..Aku iman dengan Tuhan yg di sembah oleh Bani Isra’il…Adapun Fir’aunku ini ketika mau celaka dia malahan semakin besar kebencian dan keingkarannya..”
Kata Ulama, mengapa Ibnu Mas’ud tidak mampu membawa kepalanya abu Jahal? Itu karena abu Jahal adalah Anjing..dan Anjing itu tidaklah di tenteng membawanya, tetapi mesti di ikat dengan tali dan ditarik begitu saja talinya…
Selain itu, Abu Jahal mengapa lebih dahsyat kekafirannya dibanding Fir’aun adalah jika Fir’aun itu memusuhi Musa dengan lisannya saja, bahkan sempat pula Musa dipelihara di masa kecilnya oleh Fir’aun. Sedangkan Abu Jahal ini memusuhi dan menyakiti Rasululloh SAW dengan lisan dan perbuatannya juga dan memusuhi beliau mulai dari masa kecil beliau hingga masa tua beliau juga. Wallohu a’lam

Terkait :

Abu jahal Fir’aun-Nya Kanjeng Nabi Muhammad

Tidak ada komentar:

Posting Komentar