Link asal :
https://www.facebook.com/PISS.KTB/posts/704016422985107
P E R T A N YA A N :
> Mita Aza
Selamat pagi ikhwan & akhwat
boleh bertanya dari dari sebuah kisah nyata : Saya seorang ibu rumah
tangga,уαηg sekarang sedang mengadu nasib di timur tengah (TKW). Dulu
uang hasil kerja saya selama 5tahun hampir di habisin suami saya (tanpa
saya tahu uang itu di pake buat apa). Karena bercita-cita ingin
mempunyai rumah saya pergi lagi dan kepergian saya уαηg ke 2x ini
(3tahun) uang nya juga habis sama suami saya ( krena saya di haruskan
kirim uang dengan alasan anak saya). Pertanyaan :
- Apakah seorang suami berhak atas uang hasil keringat istrinya ?
- Apa hukum nya kalau saya minta cerai ? ( Karena saya merasa didzolimi sama suami saya ).
Sekian & terimakasih. BARAKALLAHU LAKUM
> Danar Khalafi
Maaf .. Di atas Banyak nasehat untuk menjauhi perceraian ( saya juga
setuju ) .. Tapi sisi lain kita h0rmati apa yg disampaikan oleh Mbak
Mita, ttg kwajiban suami pd keluarganya . Kalau suami mengijinkan
istrinya jd TkW, dan hasil jrih payah istri dihabiskan tanpa
pertanggungjawaban yang jelas, menurut saya tindakan suami jug tidak
benar .
Saya mencermati komentar mbak Mita di atas, terbesit
suatu pertanyaan yg mungkin ini skligus menyederhanakan pertanyaan mbk
Mita " Apakah tindakan suami mbak mita seperti di atas, bisa menjadi
syarat mbak Mita minta Cerai sama suaminya ? " Barangkali itu yg menjdi
pokok poin dari post di atas, monggo mbak Mita dibantu sedulur ...
J A W A B A N :
> Sunde Pati
Wa'alaikumussalam.. Suami tidak punya hak atas harta istri, dalam kasus diatas istri boleh minta cerai..
أسنى المطالب في شرح روض الطالب - (ج 3 / ص 441) فَرْعٌ لو نَكَحَتْهُ
عَالِمَةً بِإِعْسَارِهِ أو رَضِيَتْ بِالْمُقَامِ معه ثُمَّ نَدِمَتْ
فَلَهَا الْفَسْخُ لِأَنَّ النَّفَقَةَ تَجِبُ يَوْمًا فَيَوْمًا
وَالضَّرَرُ يَتَجَدَّدُ وَلَا أَثَرَ لِقَوْلِهَا رَضِيت بِإِعْسَارِهِ
أَبَدًا لِأَنَّهُ وَعْدٌ لَا يَلْزَمُ الْوَفَاءُ بِهِ كما في نَظِيرِهِ
في الْإِيلَاءِ قال الزَّرْكَشِيُّ وَيُسْتَثْنَى يَوْمُ الرِّضَا فَلَا
خِيَارَ لها فيه كما أَفْتَى بِهِ الْبَغَوِيّ وَحَكَاهُ ابن الرِّفْعَةِ
عن الْبَنْدَنِيجِيِّ وَيُجَدِّدُ الْإِمْهَالَ إذَا طَلَبَتْ الْفَسْخَ
بَعْدَ الرِّضَا وَلَا يُعْتَدُّ بِالْمَاضِي لِتَعَلُّقِ الْإِمْهَالِ
بِطَلَبِهَا فَيَسْقُطُ أَثَرُهُ بِرِضَاهَا وَفَارَقَ نَظِيرَهُ في
الْإِيلَاءِ حَيْثُ لَا يُجَدِّدُ الْإِمْهَالَ بِطُولِ مُدَّتِهِ ثُمَّ
وَبِعَدَمِ تَوَقُّفِهَا على طَلَبِهَا لِلنَّصِّ عليها ثُمَّ بِخِلَافِهَا
هُنَا وَلَهَا في مُدَّةِ الْإِمْهَالِ مُدَّةُ الرِّضَا بِإِعْسَارِهِ
الْخُرُوجُ من الْمَنْزِلِ لِلِاكْتِسَابِ لِلنَّفَقَةِ نَهَارًا
بِتِجَارَةٍ أو غَيْرِهَا فَلَيْسَ له مَنْعُهَا من ذلك وَإِنْ قَدَرَتْ
على الْإِنْفَاقِ بِمَالِهَا أو الْكَسْبِ في بَيْتِهَا لِأَنَّهُ إذَا لم
يُوَفِّ ما عليه لَا يَمْلِكُ الْحَجْرَ عليها وَعَلَيْهَا الْعَوْدُ إلَى
الْمَنْزِلِ لَيْلًا لِأَنَّهُ وَقْتُ الْإِيوَاءِ دُونَ الِاكْتِسَابِ
وَلَوْ مَنَعَته الِاسْتِمْتَاعُ نَهَارًا جَازَ لَكِنْ تَسْقُطُ نَفَقَةُ
مُدَّةِ مَنْعِهَا إنْ مَنَعَتْهُ لَيْلًا عن ذِمَّةِ الزَّوْجِ بِخِلَافِ
ما إذَا لم تَمْنَعْهُ لَا يَسْقُطُ شَيْءٌ من نَفَقَتِهَا
> Ibnu Toha
Seorang suami tidak boleh menggunakan atau menyembunyikan harta milik
istri tanpa seizin istri. malahan seorang suami wajib menafkahi istri
sekalipun si istri tsb seorang yg kaya.
Hemmm.... jangan buru2
minta talak... seandainya kalau istri pulang berkumpul dengan suami
menjadikan suami baik (tidak lagi mengambil kiriman uang istri) maka
itulah yg harus dilakukan oleh istri demi kebaikan keluarga, ketaatan
dan adab kehidupan si istri bersama suami... demikian juga perlu
difikirkan nasib anak-anaknya kalau sampai terjadi talak.
Dari
awal saya sudah dapat menduga, si suami tidak bertanggung jawab atas
hak-haknya sebagai suami, karena biaya anaknya saja minta sama istri,
bagaimana kalau nanti bersama istri ?
Bahkan, andaikan ada
seorang istri tidak dinafkahi oleh suami, maka boleh istri keluar rumah
untuk mencari biaya hidup sekalipun TANPA IZIN SUAMI. Jadi Setuju dengan
kg Sunde Pati... BUNGKUS..! Ibarot dukungan dari (AL-MAJMU') Imam
Nawawi :
(فصل)
وان اختارت المقام بعد الاعسار لم يلزمها
التمكين من الاستمتاع ولها أن تخرج من منزله، لان التمكين في مقابلة
النفقة، فلا يجب مع عدمها.
وان اختارت المقام معه على الاعسار ثم عن لها أن تنفسخ فلها أن تنفسخ، لان النفقة يتجدد وجوبها في كل يوم فتجدد حق الفسخ.
وان تزوجت بفقير مع العلم بحاله ثم أعسر بالنفقة فلها أن تنفسخ، لان حق الفسخ يتجدد بالاعسار بتجدد النفقة.
Inti terjemahan diatas : Menjadi suami jangan sok kalau memang
keadaannya tidak memungkinkan untuk membiayai istri (apalagi orangnya
masih muda sehat)... mustinya suami dalam hal ini harus bersukur jika si
istri rela mencari nafkah sendiri...
> Ilman Nafi'an
1.
Suami gak brhak mentashorufkan harta istri tanpa seizinya dan jika istri
mgizinkan maka pentashorufkan hrtanya harus sesuai apa yg d kehendaki
istri. jika tidak maka suami wajib menggantinya.
2. Khulu' seperti ni boleh tanpa di makruhkan. Ibarot sepertinya sudah ada di kg sunde.
> Tubagus Abu Suja
Dalam kitab syarah al muhadzab bahwa seorang istri tidak wajib
menyiapkan sandang, papan dst. Juga tidak wajib memasak, mencuci,dst.
Kewajiban istri hanya di ranjang. Namun keharmonisn dan kesakinahan
keluarga itu tidak melulu memandang hak dan kewajiban saja, namun
bagaimana masing-masing saling mengerti dan saling membantu meski bukan
kewajibannya, dan tidak saling menuntut hak atas kewajiban
masing-masing.
> Ibnu Daarissalaam
Izinkan saya ikut nimbrung...
ذهب جمهور الفقهاء - الحنفيّة والشّافعيّة وهو الرّاجح عند الحنابلة - إلى
أنّ المرأة البالغة الرّشيدة لها حقّ التّصرّف في مالها ، بالتّبرّع ، أو
المعاوضة ، سواء أكانت متزوّجةً ، أم غير متزوّجة .
وعلى ذلك
فالزّوجة لا تحتاج إلى إذن زوجها في التّصدّق من مالها ولو كان بأكثر من
الثّلث والدّليل على ذلك ما ثبت عن النّبيّ صلى الله عليه وسلم أنّه قال
للنّساء : » تصدّقن ولو من حليّكنّ ، فتصدّقن من حليّهنّ « ولم يسأل ولم
يستفصل ، فلو كان لا ينفذ تصرّفهنّ بغير إذن أزواجهنّ لما أمرهنّ النّبيّ
صلى الله عليه وسلم بالصّدقة ، ولا محالة أنّه كان فيهنّ من لها زوج ومن لا
زوج لها ، كما حرّره السّبكيّ . ولأنّ المرأة من أهل التّصرّف ، ولا حقّ
لزوجها في مالها ، فلم يملك الحجر عليها في التّصرّف بجميعه ، كما علّله
ابن قدامة
Almausu’atul fiqhiyyah 2/9428. FOKUS :
ولأنّ المرأة من أهل التّصرّف ، ولا حقّ لزوجها في مالها ، فلم يملك الحجر عليها في التّصرّف بجميعه ، كما علّله ابن قدامة '
bahwa wanita pun termasuk ahli tashorruf (mendayagunakan harta). tidak
ada hak untk suami dari harta istrinya, maka suami todak memiliki hak
untuk MENGHALANGI istri dalam pentashoruafna harta miliknya.
BACA JUGA DOKUMEN NO. 0009. HUKUM TKW
LINK ASAL :
http://www.facebook.com/groups/piss.ktb/permalink/490153917674088/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar