Bulan
Rajab, bulan ke tujuh dari kalender Hijrah, termasuk bulan yang haram
seperti Dzul Qa’dah, Dzul Hijjah dan Muharram. Rajab dalam tafsir Ibn
Katsir diartikan dengan kemulyaan, keagungan atau kebesaran. Orang–orang
jahiliyah menamakan bulan ini dengan bulan keagungan karena itu
dilarang dan haram berperang. Setelah di utusnya Nabi Shallallahu
’Alaihi Wa sallam, beliau mengekalkan bulan ini dengan sebutan bulan haram, seperti yang difirmankan Allah:
إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِنْدَ اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِي
كِتَابِ اللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ مِنْهَا
أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ۚ ذَٰلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ ۚ فَلَا تَظْلِمُوا
فِيهِنَّ أَنْفُسَكُمْ ۚ وَقَاتِلُوا الْمُشْرِكِينَ كَافَّةً كَمَا
يُقَاتِلُونَكُمْ كَافَّةً ۚ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ مَعَ الْمُتَّقِينَ
Artinya: “Sesungguhnya bilangan bulan di sisi Allah ialah dua belas
bulan (telah ditetapkan) dalam Kitab Allah sewaktu dia menciptakan
landi dan bumi, dan di antaranya, ada empat bulan yang dihormati..”.
(QS. al-Taubah:36)
Adalah penting buat kita semua untuk mengingatkan sejarah yang terjadi pada bulan Rajab ini, di antaranya :
1. Hijrah Ke Habasyah.
Ketika umat Islam berada pada periode Mekah, maka banyak sekali
tekanan, hinaan, ejekan, bahkan hingga kepada siksaan badan yang
hampir-hampir tidak terkendali.
Khabbab bin ‘Art, Ammar bin
Yasir dan istrinya, serta Bilal bin Rabah, telah mendapat siksaan badan
oleh orang kafir Quraisy. Keadaan yang hampir tidak terkendali, demi
menyelamatkan iman dan demi untuk mengembangkan da’wah, maka Nabi
mengarahkan untuk berhijrah, seraya bersabda yang artinya :
‘’Sesungguhnya di Negeri Habasyah terdapat seorang raja yang tak
seorang pun yang dizalimi di sisinya, pergilah ke negerinya, hingga
Allah membukakan jalan keluar bagi kalian dan penyelesaian atas
peristiwa yang menimpa kalian. (Fathul Bari 7;189)
Nabi juga pada waktu yang sama mengirim surat untuk disampaikan kepada sang raja (Najasyi).
Habasyah, merupakan satu tempat yang berada di wilayah Ethophia
yang berbangsa sudan, dimana kulitnya ke hitam-hitaman, yang berada jauh
dari kota Mekah. Perjalanan yang tidak bisa digambarkan seperti
sekarang mereka telah merintasi padang pasir menuju pelabuhan Jeddah
untuk menaiki kapal kecil dan membayar dengan mata uang setengah dinar.
Para sahabat yang jumlahnya dalam sebagian riwayat 15 orang, sebelas
muslimin dan empat muslimat. Di antara mereka adalah Ustman bin Affan
dan Rukoyah binti Muhammad Shallallahu ’Alaihi Wa sallam.
Mereka telah diterima oleh Raja Najasyi dengan hati terbuka untuk melindungi keberadaannya selama di Habasyah.
Peristiwa itu terjadi pada bulan Rajab tahun ke lima daripada
diutusnya kerasulan, merupakan catatan sejarah umat Islam dalam
memperjuangakan agama Allah, ada kalanya ketika mendapat tantangan
dahsyat yang hampir tidak terkendali, adalah dianjurkan untuk berhijrah.
Banyak sejarah umat sebelumnya berbuat demikian. Ashabul Kahfi
umpamanya, telah diceritakan oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala dalam surat
al-Kahfi, merupakan golongan pemuda yang menghadapi pemerintah dzalim
dan suasana membahayakan terhadap keimana mereka. Maka, mereka telah
berhijrah ke satu gua sehingga tertidur di dalamnya hingga sekitar tiga
ratus tahun lamanya.
2. Peristiwa Isra dan Mi’raj
Pada bulan Rajab juga telah terjadi peristiwa penting bagi sirah atau
perjalanan Rasulullah Shallallahu ’Alaihi Wa sallam. Di mana tatkala
Rasulullah dilanda duka dengan kematian istri tercinta Khadijah binti
Khuwailid yang seluruh harta dan jiwanya dicurahkan sepenuhnya untuk
mendukung kegiatan dakwah Rasul dan sang paman Abu Thalib yang selama
hidupnya telah menjaga dan memelihara baginda Nabi.
Walaupun
terdapat perselisihan pendapat tentang terjadinya peristiwa Isra dan
Mi’raj, tapi para ahli sejarah mencatat bahwa bulan Rajab adalah tanggal
yang mendekati kepada kebenaran akan terjadinya peristiwa yang amat
menghibur Rasulullah itu.
Terkait dengan peristiwa tersebut Allah berfirman:
سُبْحَانَ الَّذِي أَسْرَىٰ بِعَبْدِهِ لَيْلًا مِنَ الْمَسْجِدِ
الْحَرَامِ إِلَى الْمَسْجِدِ الْأَقْصَى الَّذِي بَارَكْنَا حَوْلَهُ
لِنُرِيَهُ مِنْ آيَاتِنَا ۚ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ
Artinya: “Maha suci Allah yang telah menjalankan hamba-Nya
(Muhammad) pada malam hari dari Masjidilharam (di Mekah) ke Masjidil
Aqsa (di Palestina), yang Kami berkati sekelilingnya, untuk
memperlihatkan kepadanya tanda-tanda (kekuasaan dan kebesaran) Kami.
Sesungguhnya Allah jualah yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”.
(QS. Al-Isra:1).
Dengan demikian Isra adalah perjalanan
Rasulullah di tengah malam dari Masjid al-Haram ke Masjid al-Aqsa.
Sedangkan Mi’raj adalah diangkatnya Rasulullah dari Masjid al-Aqsa ke
langit hingga ke Sidratul Muntaha yang merupakan tempat tertinggi. Ada
yang berpendapat hanya ruhnya saja, sedangkan yang lain berpendapat ruh
dan jasadnya.
3. Perang Tabuk
Perang tabuk
terjadi pada 19 Rajab 9 H. Tabuk diambil dari satu tempat di Utara
Semenanjung Arab dimana Rasulullah mengirim 30 ribu pasukan ke tempat
tersebut untuk menghadapi pasukan Romawi. Perang Tabuk merupakan perang
terakhir yang terjadi di masa Rasulullah.
Persiapan pasukan
Islam sangat luar biasa dimana segala kekuatan dikerahkan, baik itu
kekayaan, tenaga dan pemikirannya. Rasulullah dan para Sahabatnya
mempersiapkan segala kekuatan yang ada. Harta kekayaan dihimpun dari
bebagai lapisan masyarakat, sehingga di antara mereka ada yang
memberikan harta seluruhnya, seperti Abu bakar; ada yang separuhnya,
seperti Ustman bin Affan; ada sebagian kecilnya, tergantung
kemampuannya.
Setelah mendengar seruan Rasulullah, maka dari
setiap kabilah dan rombongan mempersiapkan diri masing-masing. Tidak
mau ketinggalan atas seruan tersebut, bahkan orang yang fakir miskin pun
tidak mau ketinggalan. Ada di antara mereka yang datang menghadap
Rasulullah, namun menyadari akan keadaan mereka, maka Rasulullah
bersaudara yang artinya : “Aku tidak ada sesuatu yang boleh membawa kamu
semua”.
Maka, mereka beredar dari situ dengan muka
berlinangan air mata, berdukacita karena tidak dapat turut serta dan
ketiadaan sesuatu untuk membiayai peperangan.
Hal itu karena
mereka tidak mampu dari segi keuangan, kendaraan (kuda atau unta) amat
terbatas, sedang peserta begitu banyak jumlahnya. Karena itu Allah
berfirman:
وَلَا عَلَى الَّذِينَ إِذَا مَا أَتَوْكَ
لِتَحْمِلَهُمْ قُلْتَ لَا أَجِدُ مَا أَحْمِلُكُمْ عَلَيْهِ تَوَلَّوْا
وَأَعْيُنُهُمْ تَفِيضُ مِنَ الدَّمْعِ حَزَنًا أَلَّا يَجِدُوا مَا
يُنْفِقُونَ
Artinya : “Tidak ada padaku kendaraan yang
hendak ku berikan untuk membawa kamu, mereka kembali sedang mata mereka
mengalirkan airmata yang bercucuran, karena sedih mereka tidak mempunyai
sesuatu pun yang hendak mereka belanjakan untuk pergi berjihad pada
jalan Allah “. (QS. Al-Taubah:92).
Melihat persiapan yang
begitu rapi oleh pihak Muslimin, maka pasukan Romawiterpecah secara
berkelompok-kelompok karena ketakutan akan besarnya jumlah kaumMuslimin,
dan ketuanya bernama Ailah Yuhanna (John) mengajak berdamai kepada
Rsulullah.
Maka, Rasul pun menerima ajakannya dengan syarat
membayar Jizyah (upeti). Laludibuatlah perjanjian antara Rasulullah dan
Kaum Muslimin dengan pasukan Romawi.Akhirnya, perang Tabuk tidak terjadi
karena umat Islam dianggap menang setelah tentara Romawi menyerah dan
berdamai.
4. Terbukanya Baitul Maqdis
Umar bin
Khatab telah mengukir kegemilangan ketika masa kekhilafahannya walaupun
hanya beberapa tahun dalam memegang amanahnya sebagai khalifah akibat
terkena fitnah dan dibunuh oleh oknum dari kalangan sahabat sendiri.
Dengan izin Allah telah Khalifah Umar membuka Baitul Maqdis, kota
yang telah sekian lama di kuasai oleh orang Romawi yang didalamnya
terdapat Masjid Al-Aqsa, Palestina.
Bagaimanapun akibat dari
perselisihan dan perpecahan umat akhirnya Baitul Maqdis dapat di ambil
alih oleh tentara salib. Mereka mengambil kesempatan dari kelemahan umat
Islam akibat perpecahan dan persengketaan yang berterusan setelah
menguasainya selama 500 tahun.
Bagaimanapun, tentara Salib
tersebut hanya dapat menguasai selama 60 tahun karena atas kepemimpinan
Shalahuddin al-Ayubi, umat Islam dapat menguasai kembali pada bulan
Rajab 583 H.
Baitul Maqdis di bawah kepemimpinan Islam itu
berlanjut hingga tahun 1948 saat diproklamirkan secara sepihak negara
Yahudi ‘Israel’. Pada tahun 1967, Zionis Israel menjajah Baitul Maqdis
secara keseluruhan sekaligus Masjid Aqsa hingga hari ini.
Maka tugas kita adalah berusaha dengan segala kemampuan yang ada untuk
mengembalikan Masjid Al-Aqsa tersebut ke pangkuan umat Islam sekaligus
membebaskan Palestina, seperti yang telah dilakukan oleh Khalifah Umar
bin Khatab dan Sholahuddin al-Ayubi.
5. Lahirnya Imaam Syafi’i
Bagi orang Palestina, khususnya jalur Gaza dan umum bagi umat Islam,
sepatutnya bersyukur atas anugerah yang Allah karuniakan dengan lahirnya
seorang insan yang amat jenius pemikirannya. Bayangkan, dalam umur
sembilan tahun hafal al-Qur’an. Pada umurnya yang relatif muda, beliau
telah hafal kitab karya gurunya Imam Malik, ‘al-Muwatha’.
Beliau adalah Muhammad Bin Idris Bin Abbas Bin Uthman bin Syafie Bin
Saib Bin Abdu Yazid Bin Hasyim Bin Abdul Mutalib Bin Abdul Manaf, yang
dikenal dengan sebutan Imaam Syafi’i. Beliau lahir pada bulan Rajab
tahun 150 H. Beliau bertemu dengan asal usul keturunan Rasulullah pada
Abdul Muthalib dan Abdul manaf.
Karena kepintarannya, pada
umur 20 tahun sudah bisa dipercaya untuk memberikan fatwa terhadap
segala permasalahan umat Islam. Hingga kini madzhabnya telah diikuti
oleh banyak negara terutama di beberapa negara ASEAN. Kitab hasil
karyanya terus menjadi rujukan umat Islam seperti Al-Um dan Risalah.
Demikian lima peristiwa yang terjadi pada bulan Rajab yang erat
kaitannya dengan sejarah umat Islam sepanjang masa di mana tidak bisa
dipisahkan antara satu dengan yang lain. Tentunya, penulis di sini tidak
bisa menjelaskan secara detail karena tentu akan menghabiskan
lembaran-lembaran yang panjang sekiranya dirinci setiap poinnya. Hal ini
hanya sekedar mengingatkan untuk dijadikan pelajaran oleh kita semua.
Wallahu’alam. (K10/P02)
Terkait :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar