MUQODDIMAH
Al-Qur’anul Karim adalah mu’jizat yang abadi, yang diturunkan kepada
Rasulullah SAW sebagai petunjuk. Al-Qur’an diturunkan oleh Allah SWT dalam
Bahasa Arab yang sangat tinggi susunan bahasanya dan keindahan balaghahnya.
Bahasa Arab dahulu mempunyai barbagai lahjah (dialek) yang beragam antara satu kabilah dan kabilah lain, baik dari segi intonasi, bunyi maupun hurufnya, namun bahasa Quraisy mempunyai kelebihan dan keistimewaan tersendiri, dan lebih tinggi daripada bahasa dan dialek yang lain, antara lain, karena orang Quraisy berdampingan dengan Baitullah, menjadi pengabdi urusan haji, membangun Masjidil Haram, dan tempat persinggahan dalam perniagaan. Oleh karena itu, wajarlah apabila Al-Qur’an diturunkan dalam bahasa Quraisy kepada seorang rasul yang Quraisy pula, agar dapat menjinakkan orang-orang Arab dan mewujudkan kemu’jizatan Al-Qur’an yang tidak bisa mereka tandingi.
Oleh karena itu perbedaan dialek bangsa Arab tersebut, maka Al-Qur’an yang diwahyukan Allah SWT kepada Rasulullah Muhammad SAW akan menjadi sempurna kemu’jizatannya apabila ia dapat menampung berbagai dialek dan macam-macam cara membaca Al-Qur’an sehingga memudahkan mereka untuk membaca, menghafal dan memahaminya.
DALIL DITURUNKANNYA AL-QUR’AN DALAM TUJUH HURUF
1) Hadits dari Ibnu Abbas RA, ia berkata :
قال رسول الله صلى
الله عليه و سلم : أقرأنى جبريل على حرف فراجعته فلم أزل أستزيده و يزيدنى حتى
انتهى على سبعة أحرف (رواه البجارى و مسلم و غيره)
Rasulullah SAW bersabda, “Jibril telah
membacakan Al-Qur’an kepadaku dalam satu huruf. Aku berulang-ulang membacanya.
Selanjutnya aku selalu meminta kepadanya agar ditambah, sehingga ia menambahnya
sampai tujuh huruf.
(HR Bukhari, Muslim, dan lainnya)
2) Hadits dari Umar bin Khattab RA, ia berkata :
سمعت هشام بن حكيم يقرأ سورة الفرقان فى حياة رسول الله صلى الله
عليه و سلم ، فاستمعت لقراءته ، فإذا هو يقرؤها على حروف كثيرة لم يقرئنيها رسول
الله صلى الله عليه و سلم ، فكدت أساوره فى الصلاة ، فانتظرته حتى سلم ، ثم لببته
بردائه قلت : من أقرأك هذه السورة ، قال : أقرأ نيها رسول الله صلى الله عليه و
سلم ، قلت له : كذبت ، فو الله ، إن رسول الله صلى الله عليه و سلم أقرأنى هذه
السورة التى سمعتك تقرؤها ، فانطلقت أقوده إلى رسول الله صلى الله عليه و سلم فقلت
: يا رسول الله ، إنى سمعت هذا يقرأ سورة الفرقان على حروف لم تقرئنيها ، و أنت
أقرأتنى سورة الفرقان ، فقال رسول الله صلى الله عليه و سلم : أرسله يا عمر ، اقرأ
يا هشام ، فقرأ هذه القراءة التى سمعته يقرأها ، قال رسول الله صلى الله عليه و
سلم : هكذا أنزلت ، ثم قال رسول الله صلى الله عليه و سلم : " إن هذا القرآن
انزل على سبعة أحرف فاقرأوا ما تيسرمنه " (رواه البخارى و مسلم و ابو داود و
النسائى و الترمذى و احمد و ابن جرير)
Aku mendengar Hisyam bin Hakim membaca surat
Al-Furqan di masa hidup Rasulullah SAW. Lalu aku sengaja mendengarkan
bacaannya. Tiba-tiba dia membaca dengan bacaan yang bermacam-macam yang belum
pernah dibacakan Nabi kepadaku. Hampir saja aku serang dia dalam shalat, namun
aku berusaha menunggu dengan sabar sampai dia salam. Begitu dia salam aku tarik
leher bajunya, seraya aku bertanya, “Siapa yang mengajari bacaan surat ini?”
Hisyam menjawab, “yang mengajarkannya adalah Rasulullah sendiri”. Aku gertak dia, “kau bohong, demi Allah,
Rasulullah telah membacakan kepadaku surat yang kau baca tadi (tetapi tidak
seperti bacaanmu). Maka kuajak dia menghadap Rasulullah dan kuceritakan
peristiwanya. Lalu Rasulullah menyuruh Hisyam membaca surat Al-Furqan
sebagaimana yang dibaca tadi. Kemudian Rasulullah berkomentar, “Demikianlah
bacaan surat itu diturunkan”. Lalu Rasulullah berkata lagi, “Sesungguhnya
Al-Qur’an itu diturunkan dalam tujuh huruf”, maka bacalah mana yang kalian
anggap mudah.
(HR. Bukhari, Muslim, Abu
Dawud, An-Nasai, At-Tirmidzi, Ahmad, dan Ibnu Jarir)
PERBEDAAN PENDAPAT PARA ULAMA TENTANG ARTI TUJUH HURUF
1.
Sebagian berpendapat tujuh bahasa
dari kalangan orang Arab. Yang dimaksud dengan tujuh bahasa tersebut adalah : Quraisy,
Tsaqif, Hawazan, Kinanah, Tamim, dan Yaman.
2.
Sebagian lainnya mengatakan tujuh
bahasa dari orang Arab yang menjadi tempat Al-Qur’an diturunkan. Kebanyakan
yang dipakai adalah bahasa Quraisy, ada pula yang merupakan bahasa Hudzail,
Tsaqif, Kinanah, Tamim, dan Yaman. Sebagian ulama membenarkan
pendapat ini karena didukung oleh Baihaqi dan dipilih oleh Bukhari serta
Pengarang kitab Kamus.
3.
Tujuh huruf maksudnya tujuh macam
(bagian) di dalam Al-Qur’an. Di antara mereka ada yang mengatakan : amr,
nahi, halal, haram, muhkam, mutasyabih, dan amtsal. Ulama lainnya
mengatakan : wa’du, wa’id, halal, haram, mawaid, amtsal, dan ihtijaj.
Pendapat lainnya lagi mengatakan : muhkam, mutasyabih, nasikh, mansukh,
khusus, umum, dan qasas.
4.
Yang dimaksud dengan tujuh huruf
adalah beberapa segi lafal yang berbeda, dalam satu kalimat dan satu arti
seperti lafal : halumma, aqbil, ta’al, ajjil, isra’, qasdi, dan nahwi.
Lafal yang tujuh memiliki satu pengertian, yaitu perintah untuk menghadap.
Pendapat ini dikemukakan oleh kebanyakan ahli fikih dan ahli hadis, antara lain
Ibnu Jarir, At-Tabari, dan At-Tahawi.
5.
Yang dimaksud tujuh huruf adalah
mengenai perbedaan dalam tujuh hal :
a. Perbedaan bentuk isim (mufrad, mutsana, jama’, mudzakar, dan muanats).
وَ
الَّذِيْنَ هُمْ لِاَمَانَاتِهِمْ وَ عَهْدِهِمْ رَاعُوْنَ (المؤمنون
: 8)
Dari bentuk jama’ diatas bisa dibaca dalam bentuk mufrad
|
لِاَمَانَتِهِمْ
|
b.
Perbedaan
bentuk fi’il (madhi, mudhari’ amr)
رَبَّنَا
بَاعِدْ بَيْنَ اَسْفَارِنَا (سبأ : 19)
رَبَّنَا بَاعَدَ
|
Bentuk fi’il amr diatas bisa dibaca dalam bentuk fi’il
madhi
|
رَبُّنَا بَعَّدَ
|
c.
Perbedaan ibdal
(penggantian) berupa huruf
وَ
انْظُرْ اِلَى الْعِظَامِ كَيْفَ نُنْسِزُهَا (البقرة : 259)
وَ طَلْحٍ
مَنْضُوْدٍ (الواقعة : 29)
وَ
تَكُوْنُ الْجِبَالُ كَالْعِهْنِ الْمَنْفُوْشِ (القارعة : 5)
نُنْشِرُهَا
|
طَلْعٍ
|
كَالصُّوْفِ
|
Bisa dibaca dengan menggantikan
huruf
|
d.
Perbedaan taqdim
(mendahulukan) dan takhir (mengakhirkan)
وَ
جَاءَتْ سَكَرَةُ الْمَوْتِ بِالْحَقِّ ß وَ جَاءَتْ سَكَرَةُ الْحَقِّ بِالْمَوْتِ (ق : 19)
فَيَقْتَلُوْنَ
وَ يَقْتُلُوْنَ ß فَيَقْتُلُوْنَ وَ
يُقْتَلُوْنَ
e.
Perbedaan
bentuk i’rab (rafa’, nasab, jarr, jazam)
وَ
اَرْجُلَكُمْ ß وَ اَرْجُلِكُمْ /
مَا هذَا بَشَرًا ß مَا هذَا بَشَرٌ (يوسف
: 31) / ذُو الْعَرْشِ الْجِيْدِ ß ذُو الْعَرْشِ الْجِيْدُ (البروج : 15)
f.
Perbedaan ziyadah
(penambahan) dan nuqshon (pengurangan)
وَ مَا
خَلَقَ الذَّكَرَ وَ الْاُنْثى (الليل : 3) / وَ قَلُوْا
اتَّخَذَ
g.
Perbedaan lahjah tentang tafkhim, tarqiq,
imalah, idzhar, dan idgham
Bacaan imalah
Hal ataaka hadiitsu muusaa
|
هَلْ اَتَاكَ حَدِيْثُ مُوْسى
|
Hal ateeka hadiitsu muusee
|
KESHAHIHAN QIRAAT DAN IMAM-IMAM QIRAAT
Para sahabat Nabi terdiri dari beberapa golongan, tiap golongan mempunyai dialek yang berbeda-beda. Memaksa mereka untuk membunyikan dengan dialek yang tidak biasa mereka ucapkan dapat mempersulit mereka. Untuk memudahkan mereka, Allah yang Maha Bijaksana kemudian menurunkan Al-Qur’an dengan berbagai macam dialek mulai dari dialek Quraisy dan dialek lain di tanah Arab hingga tujuh macam dialek.
Qiraat Al-Qur’an baru dianggap sah bila memenuhi 3 kriteria :
1.
Sanadnya mutawatir, yakni bacaan itu
diterima dari guru-guru yang dipercaya, tidak ada cacat, sanadnya bersambung
kepada Rasulullah SAW.
2.
Sesuai dengan Mushaf Utsmani.
3.
Sesuai kaidah Bahasa Arab.
Dari segi sanad derajad / level qiraat terbagi menjadi 6 yaitu :
1.
Mutawatir, yaitu Qiraat yang
diriwayatkan oleh banyak orang pada setiap generasi dari awal sampai akhir
bersambung hingga Rasulullah SAW.
2.
Masyhur, yaitu Qiraat yang mempunyai
sanad shahih, tetapi jumlah perawinya tidak sebanyak yang mutawatir.
3.
Ahad, yaitu Qiraat yang mempunyai
Sanad yang shahih, tetapi tidak cocok dengan Mushaf Usmani dan kaidah Bahasa Arab.
4.
Syadz (janggal/ganjil), yaitu qiraat
yang tidak memenuhi tiga syarat sah untuk diterimanya Qiraat.
5.
Mudraj, yaitu Qiraat yang sisipkan
ke dalam ayat Al-Qur’an.
6.
Maudhu’ (palsu), yaitu Qiraat
buatan, disandarkan kepada seseorang tanpa dasar, tidak memiliki sanad &
rawi.
Dari level Qiraat diatas, Qiraat yang sah diamalkan adalah qiraat yang Mutawatir dan Masyhur.
IMAM-IMAM QIRAAT TUJUH, MASING-MASING IMAM QIRAAT MEMPUNYAI 2 ORANG PERAWI
No
|
Imam Qiraat
|
Kota
|
Periwayat /
Rawi
|
Sanad yang
menghubungkan hingga Rasulullah SAW
|
1
|
Nafi’
|
Madinah
|
Qalun
|
Nafi’ – Abdurrahman bin Hurmuz –
Abdullah bin Abbas – Abu Hurairah – Ubay bin Ka’ab – Rasulullah SAW
|
Warasy
(1*)
|
||||
2
|
Ibnu Katsir
|
Makkah
|
Al-Bazzi
|
Ibnu Katsir – Abdullah bin Sa’id
Makhzumi – Ubay bin Ka’ab & Umar bin Khattab – Rasulullah SAW
|
Qunbul
|
||||
3
|
Abu Amr
|
Bashrah
|
Ad-Duri
|
Abu Amr – Hasan alBasri – Abu
Aliyah – Umar bin Khattab & Ubay bin Ka’ab – Rasulullah SAW
|
As-Susi
|
||||
4
|
Ibnu ‘Amir
|
Syam
|
Hisyam
|
Ibnu ‘Amir – Utsman bin Affan –
Rasulullah SAW
|
Ibnu Dzakwan
|
||||
5
|
‘Ashim
|
Kufah
|
Syu’bah
|
‘Ashim – Abu Abdurrahman bin
Hubaib AsSulami – Abdullah bin Mas’ud+Utsman bin Affan+Ali bin Abi
Thalib+Ubay bin Ka’ab+Zaid bin Tsabit – Rasulullah SAW
|
Hafsh
(2*)
|
||||
6
|
Hamzah
|
Kufah
|
Khallad
|
Hamzah – Abu Muhammad bin Sulaiman
bin Mahran alA’masyi – Abu Muhammad Yahya alAsadi – alQamah bin Qais –
Abdullah bin Mas’ud – Rasulullah SAW
|
Khalaf
|
||||
7
|
Al-Kisai
|
Kufah
|
Abu al-Harits
|
alKisai – Hamzah – Abu Muhammad
bin Sulaiman bin Mahran alA’masyi – Abu Muhammad Yahya alAsadi – alQamah bin
Qais – Abdullah bin Mas’ud – Rasulullah SAW
|
Ad-Duri
|
(1*) Mushhaf Qiraat Nafi’ riwayat Warasy tersebar di negara Aljazair, Maroko, Tunisia, bacaan qiraat yang kita pakai tidak dikenal dan dianggap asing oleh masyarakat awam di sana.
(2*) Mushhaf Qiraat ‘Ashim riwayat Hafsh merupakan
Mushhaf yang dicetak dan beredar di Indonesia, termasuk yang kita pakai. Dan
termasuk qiraat terbesar di dunia.
Ketujuh macam qiraat di atas yang diriwayatkan oleh tujuh imam qiraat di atas merupakan Qiraat Mutawatir, sedangkan selain di atas, ada 3 lagi qiraat dengan derajad Masyhur dengan 3 imam qiraat (Qiraat Sepuluh) yang masing-masing juga mempunyai 2 orang periwayat, yaitu :
1. Abu
Ja’far
Periwayatnya :
Ibnu Wirdan & Ibnu Jammazz
2. Ya’qub
Periwayatnya : Rauh
& Ruwais
3. Khalaf
Periwayatnya : Ishaq & Idris
PERBEDAAN BACAAN DAN AYAT AL-QUR’AN
PERBEDAAN BACAAN DALAM SURAT AL-FATIHAH
No
|
Imam
Qiraat & (Rawi)
|
Bacaan
|
1
|
Nafi’
(Qalun & Warasy) / Abu Amr (Ad-Duri & As-Susi) / Ibnu ‘Amir (Hisyam
& Ibnu Dzakwan)
|
صِرَاطَ الَّذِيْنَ اَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ (6) غَيْرِ
الْمَغْضُوْبِ عَلَيْهِمْ وَ لَا الضَّالِّيْنَ (7)
|
2
|
Ibnu
Katsir (Qunbul)
|
سصِرَاطَ الَّذِيْنَ اَنْعَمْتَ عَلَيْهُمُ
غَيْرِ الْمَغْضُوْبِ عَلَيْهُمُ وَ لَا الضَّالِّيْنَ (7)
|
3
|
‘Ashim
(Syu’bah & Hafsh)
|
صِرَاطَ الَّذِيْنَ اَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ
الْمَغْضُوْبِ عَلَيْهِمْ وَ لَا الضَّالِّيْنَ (7)
|
4
|
Hamzah
(Khallad & Khalaf)
|
صِرَاطَ الَّذِيْنَ اَنْعَمْتَ عَلَيْهُمْ غَيْرِ
الْمَغْضُوْبِ عَلَيْهُمْ وَ لَا الضَّالِّيْنَ (7)
|
PERBEDAAN BACAAN AKHIR SURAH AL-IKHLASH
No
|
Imam
Qiraat & (Rawi)
|
Bacaan
Ayat
|
1
|
‘Ashim (Hafsh)
|
وَ لَمْ يَكُنْ لَّهُ كُفُوًا اَحَد
|
2
|
‘Ashim (Syu’bah)
/ Nafi’ (Qalun & Warasy) / Ibnu Katsir (Qunbul) / Abu Amr (Ad-Duri &
As-Susi) / Ibnu ‘Amir.
|
وَ لَمْ يَكُنْ لَّهُ كُفُؤًا اَحَد
|
3
|
Hamzah
(Khallad & Khalaf)
|
وَ لَمْ يَكُنْ لَّهُ كُفْؤًا اَحَد
|
PERBEDAAN BACAAN PADA AWAL SURAT AL-MA’UN
No
|
Imam
Qiraat & (Rawi)
|
Bacaan
Ayat
|
1
|
‘Ashim, Ibnu
Katsir (Qunbul), Abu ‘Amr (Ad-Duri), Ibnu ‘Amr, Hamzah
|
أَرَءَيْتَ الَّذِيْ يُكَذِّبُ بِالدِّيْنِ
|
2
|
Nafi’ (Qalun)
|
أَرَيْتَ الَّذِيْ يُكَذِّبُ
بِالدِّيْنِ
|
3
|
Nafi’
(Warasy)
|
أَرَآيْتَ الَّذِيْ يُكَذِّبُ
بِالدِّيْنِ
|
4
|
Abu ‘Amr
(As-Susi)
“(meng-idghom-kan
lafal yukadzdzibbiddiin)”
|
أَرَءَيْتَ الَّذِيْ يُكَذِّب بِّالدِّيْنِ
|
PERBEDAAN BACAAN PADA AWAL SURAT AL-FALAQ DAN AN-NAAS
No
|
Imam
Qiraat & Periwayat
|
Bacaan
Ayat
|
1
|
‘Ashim, Nafi’
(Qalun), Ibnu Katsir (Qunbul), Abu ‘Amr, Ibnu ‘Amir, Hamzah (Khollad)
|
قُلْ اَعُوْذُ ...
|
2
|
Nafi’
(Warasy)
|
قُلَ اَعُوْذُ ...
|
3
|
Hamzah
(Kholaf)
“(Qul ...
a’uudzu) dengan meng-sakhtah-kan lafal qul<berhenti sejenak 2
harakat tanpa bernafas>a’uudzu.”
|
قُلْ سكتة اَعُوْذُ
...
|
PERBEDAAN BACAAN IMALAH PADA AWAL SURAT AN-NASHR
اِذَا
جَاءَ نَصْرُ اللهِ وَ الْفَتْحُ
No
|
Imam
Qiraat (Rawi)
|
Bacaan
Ayat
|
1
|
‘Ashim,
Nafi’, Ibnu Katsir, Abu ‘Amr, Ibnu ‘Amr (Hisyam)
|
idzaa jaa-a
nashrullaahi wal fath
(karena bacaan mad wajib muttashil dibaca panjang 4-5 harakat)
|
2
|
Hamzah,
Ibnu ‘Amir (ibnu dzakwan)
|
idzaa jee-a
nashrullaahi wal fath
(karena bacaan mad wajib muttashil dibaca panjang 4-5 harakat)
|
PERBEDAAN BACAAN LAINNYA
Dalam Surah Adh-Dhuha :
1)
Wadhdhuhaa –
Wallaili idzaa sajaa – Maa wadda’aka robbuka wa maa qolaa – Wa lal.aakhirotu
khoirullaka minal.uulaa
2)
Wadhdhuhee
– Wallaili idzaa sajee – Maa wadda’aka robbuka wa maa qolee – Wa
lal.aakhirotu khoirullaka minal.uulee
3)
Wadhdhuhee
– Wallaili idzaa sajee – Maa
wadda’aka robbuka wa maa qolee – Wa lalaakhirotu khoirullaka minaluulee
4)
Wadhdhuhe
– Wallaili idzaa saje – Maa wadda’aka robbuka wa maa qole – Wa
lal.aakhirotu khoirullaka minal.uule
Dalam Surah An-Naas :
1)
Qul a’uudzu
birobbinnaas(1) Malikinnaas(2) Ilaahinnaas(3) Minnsyarril waswaasil khonnaas(4)
alladzii yuwaswisu fii shuduurinnaas(5) minal jinnati wannaas(6)
2)
Qula a’uudzu birobbinnaas(1) Malikinnaas(2) Ilaahinnaas(3)
Minnsyarril waswaasil khonnaas(4) alladzii yuwaswisu fii shuduurinnaas(5) minal
jinnati wannaas(6)
3)
Qul a’uudzu
birobbinnaas(1) Malikinnaas(2) Ilaahinnaas(3) Minnsyarril waswaas(4) alkhonnaas(5)
alladzii yuwaswisu fii shuduurinnaas(6) minal jinnati wannaas(7)
4)
Qul a’uudzu
birobbinnees(1) Malikinnees(2) Ilaahinnees(3) Minnsyarril
waswaasil khonnaas(4) alladzii yuwaswisu fii shuduurinnees(5) minal
jinnati wannees(6)
إِنَّهَا عَلَيْهِمْ مُّؤْصَدَة - إِنَّهَا عَلَيْهِمْ مُّوْصَدَة
- إِنَّهَا عَلَيْهُمْ مُّؤْصَدَة - إِنَّهَا عَلَيْهِمُ مُّوْصَدَة
فِيْ عَمَدٍ مُّمَدَّدَة - فِيْ عُمُدٍ مُّمَدَّدَة
بِمَا كَانُوْا يَكْذِبُوْنَ - بِمَا كَانُوْا يُكَذِّبُوْنَ
Surah Ar-Ruum ayat 54 :
اللهُ الذِّيْ خَلَقَكُمْ مِّنْ
ضَعْفٍ ثُمَّ جَعَلَ مِنْ بَعْدِ ضَعْفٍ قُوَّةً ثُمَّ جَعَلَ مِنْ بَعْدِ قُوَّةٍ
ضَعْفَةً وَّ شِيْبَةً ...
Bisa dibaca
اللهُ الذِّيْ خَلَقَكُمْ مِّنْ ضُعْفٍ
ثُمَّ جَعَلَ مِنْ بَعْدِ ضُعْفٍ قُوَّةً ثُمَّ جَعَلَ مِنْ بَعْدِ قُوَّةٍ
ضُعْفًا وَّ شِيْبَةً ...
Dan lain-lain.
PENUTUP
Al-Qur’an
merupakan Kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW dalam bahasa
Arab. Al-Qur’an diturunkan dengan bahasa yang mudah dipahami oleh seluruh orang
Arab dengan maksud untuk mempermudah mereka dalam memahaminya dan sebagai
kemu’jizatan serta sebagai ajakan bertanding kepada orang-orang yang pandai
bicara agar mendatangkan satu surat atau satu ayat. Di samping itu, untuk
mempermudah bacaan, pemahaman dan hafalan Al-Qur’an kepada mereka karena
Al-Qur’an diturunkan dengan bahasa mereka. Allah SWT berfirman :
Sesungguhnya kami menurunkannya berupa Al Quran dengan berbahasa Arab,
agar kamu memahaminya.
Dengan diturunkannya Al-Qur’an dengan beragam bacaan mengandung beberapa hikmah. Hikmah diturunkannya Al-Qur’an dalam Tujuh Huruf antara lain :
1.
Mempermudah umat Islam, khususnya
bangsa Arab yang menjadi tempat diturunkannya Al-Qur’an, sedangkan mereka
memiliki beberapa lahjah (dialek) meskipun mereka bisa disatukan oleh
sifat kearabannya. Rasulullah SAW bersabda : “Agar mempermudah umatku”. Dan
sesungguhnya umatku tidak mampu melaksanakannya.” Dan lain-lain.
2.
Seorang ahli tahqiq Ibnu Jazari
berkata, “Adapun sebabnya Al-Qur’an didatangkan dalam tujuh huruf adalah :
memberikan keringanan kepada umat, serta memberikan kemudahan sebagai bukti
kemuliaan, keluasaan, rahmat, dan spesialisasi yang diberikan kepada umat utama
di samping untuk memenuhi tujuan nabinya sebagai makhluk yang paling utama dan
kekasih Allah telah memerintahkan umatnya untuk membacakan Al-Qur’an dengan
satu huruf”. Kemudian Nabi SAW menjawab, “Aku meminta maghfirah kepada Allah
karena umatku tidak mampu melakukannya”. Beliau terus mengulang-ulang
pernyataannya sampai dengan tujuh huruf.
3.
Imam Jazari mengatakan : Al-Qur’an diturunkan
dari tujuh pintu dengan tujuh huruf, sedangkan kitab-kitab terdahulu diturunkan
dari satu pintu dengan satu huruf. Hal itu karena Nabi-nabi terdahulu diutus
untuk bangsa tertentu, sedangkan Nabi SAW diutus untuk semua umat manusia dan
bagi bangsa Arab sendiri. Bagi bangsa Arab sendiri walaupun Al-Qur’an
diturunkan dalam bahasanya sendiri tetap sangat sulit untuk membaca Al-Qur’an
dalam satu huruf meskipun telah belajar dan berusaha keras karena memiliki
dialek yang berbeda-beda.
4.
Menyatukan umat Islam dalam satu
bahasa Quraisy yang tersusun dari berbagai bahasa pilihan di kalangan suku-suku
bangsa Arab.
Al-Qur’an berkembang menjadi suatu ilmu tersendiri yang perlu dikembangkan oleh umat Islam. Menurut bahasa, Qiraat artinya bacaan, maka ilmu Qiraat berarti ilmu bacaan. Menurut istilah Ilmu Qiraat berarti :
علم
يعرف به كيفية النطق فى الكلمات القرآنية و طريق ادائها اتفاقا واختلاقا مع عزو كل
وجه لناقله
Ilmu yang
membahas tentang tata cara pengucapan kata-kata Al-Qur’an berikut cara
penyampaian, baik yang disepakati (ulama ahli Al-Qur’an) maupun yang terjadi
perbedaan pendapat, dengan menisbatkan setiap wajah bacaan kepada seorang imam
Qiraat.
Pertama kali Ilmu Qiraat disusun oleh para imam Qiraat. Sebagian ulama mengatakan yang pertama kali menyusun ilmu qiraat adalah Abu Umar Hafsh bin Umar Ad-Duri. Sedangkan yang pertama kali membukukannya adalah Ubaid Al-Qasim bin Salam.
Hukum mempelajari Ilmu Qiraat para ulama berpendapat hukumnya Fardhu Kifayah. Komisi Majelis Ulama Indonesia dalam sidangnya 2 Maret 1983 memutuskan bahwa :
1.
Qiraat Sab’ah (Qiraat 7)
adalah sebagian dari Ulumul Qur’an yang wajib diperkembangkan dan
dipertahankan.
2.
Pembacaan Qiraat Tujuh dilakukan
pada tempat-tempat yang wajar oleh pembaca yang berijazah (yang belajar dari
ahli Qiraat).
Majam’ul Buhus (Lembaga Riset) Al-Azhar Cairo dalam muktamarnya tanggal 20-27 April 1971 telah memutuskan bahwa Qiraat Al-Qur’an itu bukanlah hasil ijtihad, melainkan sebagai taufiqi (ketentuan tuhan) yang berpegang kepada riwayat-riwayat yang mutawatir. Muktamar mendorong dan menggalakan para pembaca Al-Qur’an agar tidak hanya membaca dengan Qiraat Hafsh saja, demi untuk menjaga qiraat-qiraat yang lain yang telah diyakini kebenarannya agar jangan terlupakan dan musnah. Muktamar juga menghimbau seluruh negara-negara Islam agar menggalakkan mempelajari Qiraat ini di lembaga-lembaga pendidikan khusus yang dikelola para pakar Ilmu Qiraat yang terpercaya keahliannya.
BAHAN PUSTAKA
Ilmu Al-Qur’an & Tafsir, Karya : Teungku
Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy, Semarang, penerbit : PT Pustaka Rizki Putra,
2009.
Kaidah Qiraat Tujuh, Karya : Ahmad Fathoni, Lc,MA,
Jakarta, Institut PTIQ & Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta dan Darul
Ulum Press Jakarta, 1991.
Studi Ilmu Al-Qur’an, karya : Prof. Dr. Muhammad Ali
Ash-Shaabuuniy, Bandung, penerbit : Pustaka Setia, 1999.
Cara Cepat Belajar Tajwid Praktis, karya : KH. As’ad Humam, Yogyakarta, Balai Litbang LPTQ Nasional
Team Tadarus “AMM” Yogyakarta, 2002.
Syaamil Al-Qur’an, Al-Qur’an Terjemah per kata,
Bandung.
المصحف
الشريف برواية قالون عن نافع
Mushhaf Qolun_Nafi’.pdf, www.islamweb.net
المصحف
الشريف برواية ورش عن نافع
Mushhaf Warasy_Nafi’.pdf, www.islamweb.net
المصحف
الشريف برواية قنبل عن ابن كثير
Mushhaf Qunbul_Ibnu Katsir.pdf, www.islamweb.net
المصحف
الشريف برواية الدوري عن ابني عمرو
Mushhaf Abu ‘Amr_Ad-Duri.pdf, www.islamweb.net
المصحف
الشريف برواية السوسي عن ابني عمرو
Mushhaf Abu ‘Amr_As-Susi.pdf, www.islamweb.net
المصحف
الشريف برواية هشام عن ابن عامر
Mushhaf Ibn ‘Amir_Hisyam.pdf, www.islamweb.net
المصحف
الشريف برواية ابن ذكوان عن ابن عامر
Mushhaf Ibn ‘Amir_Ibnu
Dzakwan.pdf, www.islamweb.net
المصحف
الشريف برواية شعبة عن عاصم
Mushhaf ‘Ashim_Syu’bah.pdf, www.islamweb.net
المصحف
الشريف برواية حفص عن عاصم
Mushhaf ‘Ashim_Hafsh.pdf, www.islamweb.net
المصحف
الشريف برواية خلف عن حمزة
Mushhaf Hamzah_Khallad.pdf, www.islamweb.net
المصحف
الشريف برواية خلاد عن حمزة
Mushhaf Hamzah_Khalaf.pdf, www.islamweb.net
Mas/mbak tolong disyakalin dong haditsnya.makasih
BalasHapusizin copas
BalasHapus