11 Maret 2014
JERUSALEM:: KOTA YG MENYIMPAN BANYAK SEJARAH & RAHASIA ALLAH
Jerusalem dalam bahasa Yahudi (Hebrew) Yerushaláyim, dalam bahasa Arab dikenal juga sebagai: al-Quds atau Baitul Maqdis [al-Sharif], "The Holy Sanctuary" merupakan kota tua penuh dengan cerita sejarah kontroversi dari sejak zaman purba hingga kini yang melibatkan 3 agama samawi besar di dunia yaitu: Islam, Yahudi dan Nasrani. Kontroversi ini berpusat pada satu titik di dalam kota Jerusalem yaitu: Kubah As Sakra atau Dome of Rock di dalam kawasan Masjidil Aqsa, yang mana di dalamnya terdapat batu besar.
Menurut agama Islam di Masjidil Aqsa inilah Rasulullah SAW melakukan Mi’raj ke Sidratul Muntaha. Menurut agama Nasrani, Jacob (Nabi Yakub) pernah tidur di batu besar, yg kini berada dalam Dome of Rock tsb, dan bermimpi melihat tangga menuju langit. Agama Nasrani pun meyakini bahwa di batu itulah tempat Abraham (Nabi Ibrahim) mengurbankan anaknya yaitu Ishak (yg kita yakini anak yg diqurbankan adalah Ismail dan tempatnya di Makah). Sementara menurut orang-orang Yahudi meyakini bahwa Luh-luh Nabi Musa (kitab Taurat yg asli), yg dulu pernah hilang, berada tepat di bawah Dome of Rock. Dan orang-orang Yahudi meyakini bahwa Jerusalem adalah tanah yang dijanjikan Tuhan untuk mereka yg dinyatakan melalui Nabi Musa, sehingga mereka meyakini bahwa mereka punya hak penuh atas tanah Jerusalem tersebut. Sementara bangsa Arab Palestina meyakini bahwa mereka adalah penduduk asli dari tanah ini sebelum Bani Israil (orang Yahudi) datang ke tanah ini. Hal inilah yang menjadikan pergolakan antara bangsa Arab Palestina dan bangsa Yahudi Israel hingga sekarang.
Dalam membicarakan kota Jerusalem atau Baitul Maqdis, tentu tak terlepas dari Masjidil Aqsa yang terdapat di dalamnya. Ada beberapa hadist dan ayat Al-Qur’an yang patut kita ketahui, seperti diantaranya adalah:
1. Dari Abu Dzar Radhiyallahu‘anhu beliau berkata “Aku bertanya, “Wahai, Rasulullah. Masjid manakah yang pertama kali dibangun?” Beliau menjawab, ‘Masjidil Haram”. Aku bertanya lagi : Kemudian (masjid) mana?” Beliau menjawab, “Kemudian Masjidil Aqsha”. ….[HR Al-Bukhari dan Muslim, dari Abu Dzar]. Sehingga dari hadist ini, kita bisa menyimpulkan bahwa Masjidil Aqsa adalah masjid atau rumah ibadah kedua yg dibangun di dunia setelah Masjidil Haram.
2. Baitul Maqdis telah dibangun Nabi Sulaiman pada masanya sebagai rumah ibadah kepada Allah SWT, sebagaimana dari Abdullah bin Amru bin Al-Ash, dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam beliau bersabda. “Sesungguhnya , ketika Sulaiman bin Dawud membangun Baitul Maqdis, (ia) meminta kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala tiga perkara. (Yaitu), meminta kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala agar (diberi taufiq) dalam memutuskan hukum yang menepati hukumNya, lalu dikabulkan ; dan meminta kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dianugerahi kerajaan yang tidak patut diberikan kepada seseorang setelahnya, lalu dikabulkan ; serta memohon kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala bila selesai membangun masjid, agar tidak ada seorangpun yang berkeinginan shalat disitu, kecuali agar dikeluarkan dari kesalahannya, seperti hari kelahirannya” (Dalam riwayat lain berbunyi : Lalu Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata : “Adapun yang dua, maka telah diberikan. Dan saya berharap, yang ketigapun dikabulkan)” [Hadits ini diriwayatkan An-Nasa’i, dan ini lafadz beliau, Ahmad dalam musnad-nya dengan lebih panjang lagi. Ibnu Majah, Ibnu Hibban, Al-Haakim dalam kitab Mustadrak dan Al-Baihaqi dalam kitab Syu’abul Iman, serta selain mereka]
3.Surat Al-Isra’, ayat 1:
Maha suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya[*] agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha mendengar lagi Maha mengetahui.
[*] Maksudnya: Al Masjidil Aqsha dan daerah-daerah sekitarnya dapat berkat dari Allah dengan diturunkan nabi-nabi di negeri itu dan kesuburan tanahnya.Sementara kata “Aqsa” dalam Masjidil Aqsa berarti “jauh”. Jadi Masjidil Aqsa adalah masjid yang jauh.
Setelah peristiwa ini, umat Muslim shalat menghadap ke Masjidil Aqsa selama16-17 bulan, sebelum akhirnya turun surat Al Baqarah ayat 144.
4. Masjidil Aqsa adalah 1 diantara 3 masjid yang diminta Rasulullah kepada umatnya untuk dikunjungi. Sebagaimana diriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata.“Dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda : “Tidak boleh bersusah-payah bepergian, kecuali ke tiga masjid, (yaitu) Masjidil Haram, Masjid Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan Masjidil Aqsha” [HR Al-Bukhari dan Muslim].
5. Baitul Maqdis juga merupakan tempat dibangkitkan dan dikumpulkan setelah kiamat nanti, seperti diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam Musnad-nya bahwa Maimunah, saudara perempuan Sa’ad dan pembantu Rasulullah SAW, berkata : Wahai Nabi, berikanlah kami sebuah pernyataan tentang Baitul Maqdis.’ Nabi menjawab, ‘Dia adalah tanah tempat manusia dibangkitkan dan dikumpulkan.” (HR. Ahmad)
SEJARAH SINGKAT KOTA JERUSALEM (Baitul Maqdis):
A. JERUSALEM SEBELUM ISLAM
Pendatang pertama ke Jerusalem, yang dahulu disebut sebagai tanah Kanaan ini, adalah dari bangsa Arab Canaanites, Jebusites dan Amorites yg beremigrasi dari jazirah Arab. Sementara nama “Palestine” sendiri diperkirakan dari daerah yang bernama “Baalist”, yaitu tempat dimana penduduk mediterania bermukim setelah diusir oleh raja Ramses dari Mesir. Penduduk yang tinggal di Baalist itu akhirnya dinamakan Balistiniyyun (Philistines), yg akhirnya kini disebut Palestine yg akhir hidup bersama-sama dengan bangsa Canaanites, Jebusites dan Amorites. Sehingga dengan berjalannya waktu, terjadi percampuran antar bangsa tersebut melalui hubungan perkawinan, sehingga jadilah bangsa Palestina yang sekarang kita lihat.Kemudian barulah datang para pendatang yg lain termasuk keluarga Nabi Ibrahim, yg kemudian melalui Siti Sarah menurunkan Nabi Ishak, lalu Nabi Yakub (dikenal dg nama Israil) yang kemudian pindah ke Mesir utk bergabung bersama anaknya, Nabi Yusuf. Anak-anak keturunan Nabi Yakub disebut Bani Israil yg kemudian berkembang di Mesir. Pada masa Nabi Musa, para Bani Israil dibawa oleh Nabi Musa dan Nabi Harun dari Mesir menyeberang Laut Merah ke daratan Sinai menuju Jordania. Saat masa Nabi Daud (dikenal sebagai King David), Bani Israil berhasil masuk tanah Jerusalem sampai masa Nabi Sulaiman di tahun 963 SM. Dengan izin Allah SWT, Nabi Sulaiman mendirikan Istana terbesar pada saat itu beserta Masjidil Aqsa di dalamnya. Namun bangsa Yahudi meyakini bahwa bangunan yg dibuat Nabi Sulaiman ini dikenal sebagai Kuil Pertama (rumah ibadah pertama bagi mereka).
Pada masa Raja Babylonia, Nebukatnezar, tahun 587 SM, Istana Nabi Sulaiman ini dihancurkan dan Bani Israil terdesak keluar Jerusalem. Pada masa Raja Persia, Cyrus, tahun 539 SM, sebagian bangsa Yahudi tersebut dapat kembali ke Jerusalem dan dengan izin penguasa dari Persia saat itu, mereka membangun bangunan yang disebut sebagai Kuil Kedua pada tempat yg sama dimana dulu terdapat Istana Nabi Sulaiman. Dan pada masa pendudukan Kerajaan Romawi di Jerusalem, Raja Herod (yg berasal dari bangsa Yahudi) merenovasi Kuil Kedua tersebut. Namun Kuil Kedua ini juga akhirnya dihancurkan oleh Kaisar Romawi,Titus di tahun 70 setelah Masehi, yang akhirnya Kuil Kedua tersebut diganti menjadi Kuil Dewa Yupiter dan Nama Yerusalem diganti jadi Aelia Capitolina.
B. JERUSALEM MASA PERIODE ISLAM
Kerajaan Romawi (sampai Byzantium) berkuasa di Jerusalem dari tahun 63 SM s/d tahun 636 M, yaitu sampai datangnya Khalifah Umar Bin Khatab. Sementara peristiwa Isra’ Mi’raj Rasullullah SAW terjadi tahun 620 M. Umar Bin Khatab merebut kota Jerusalem dari tangan Romawi Byzantium dan dengan mengadakan perjanjian dengan kaum Nasrani agar tidak menghancurkan Gereja-gereja yg ada di dalamnya. Setelah menandatangani perjanjian yg disebut “Omariya Treaty”, kemudian sang Khalifah meninjau batu tempat Mi’rajnya Rasulullah SAW (kini ada di dalam Dome of Rock – bangunan berkubah warna emas) kemudian mendirikan masjid Umar untuk shalat, yang kini menjadi Masjid Al Aqsa (berkubah warna abu-abu) yg terletak lebih ke depan menghadap arah kiblat (Ka’bah).Pada masa periode Khalifah Umayyah, tahun 685 Abdul Malik dan anaknya Al Walid membangun bangunan yang sekarang dikenal dengan Dome of Rock atau Kubbah As Sakra dan memperluas Masjid Umar menjadi Masjid Al Aqsa.
Perang Salib I terjadi pada masa periode Dinasti Fatimiyah menguasai Jerusalem tahun 1099, dimana tentara Salib (Crusaders) dipimpin oleh Godfrey of Boullon berhasil merebut Jerusalem dengan melakukan pembunuhan brutal termasuk kepada rakyat sipil sehingga menjadikan Jerusalem penuh dg darah saat itu.
Pada Perang Salib ke-3, akhirnya Jerusalem berhasil direbut kembali oleh tentara muslim yg dipimpin oleh Salaudin Al Ayubi pada tahun 1187 dengan memberi keringanan kepada tentara Salib (setelah dikepung tentara muslim) agar keluar Jerusalem tanpa diserang asalkan mereka keluar tanpa senjata.
Pada tahun 1306, Jerusalem dikuasai Dinasti Mameluk dari Mesir, kemudian berpindah tangan ke Dinasti Ottoman Turky pada tahun 1517, dimana Jerusalem memasuki era masa Islam yang panjang dimana berbagai suku bangsa hidup di dalam kota tersebut dan tembok Jerusalem diperbaharui.
C. JERUSALEM MASA PERIODE ISRAEL
Pada tahun 1917, akhirnya Jerusalem jatuh ke tangan Inggris, dan menjadikan Jerusalem di bawah Mandat Inggris. Kemudian pada 15 Mei 1948 berdirilah Negara Israel, yang saat itu juga Jerusalem Barat dijadikan ibu kota Negara Israel. Sementara Jerusalem Timur masih dikuasai Jordan. Akhirnya pada 26 Juni 1967, Israel juga merebut Jerusalem Timur dari tangan pemerintahan Jordan, sehingga lengkaplah Jerusalem menjadi daerah kekuasaan Negara Israel.DOME OF ROCK DAN MASJID AL AQSA
Sementara Masjid Al Aqsa dibangun pertama kali oleh Khalifah Umar bin Khatab, Dome of Rock didirikan pada tahun 689-691, oleh Khalifah Abdul Malik bin Marwan di masa Dinasti Umayyah untuk melindungi batu besar tempat Rasulullah SAW Mi’raj. Kemudian Dome of Rock direnovasi dengan menambahkan kramik Iznik yang bertuliskan Surat Yaasin dan Al Isra’ pada masa Turky Ottoman. Setelah itu terjadi renovasi besar-besaran pada masa pendudukan Jordan yg menggantikan kubah Dome of Rock dengan aluminium dan bronze alloy dari Italia pada tahun 1963-1964. Bangunan Dome of Rock akhirnya dipercantik lagi oleh Raja Husein dari Jordan dengan menambahkan lapisan emas seberat 80kg pada kubahnya, sehingga terlihat indah seperti yang kita lihat sekarang ini. Lalu yang mana yang dimaksud Masjidil Aqsa yang disebut dalam Surat Al Isra’ ayat 1 di dalam Al Qur’an? Yaitu daerah yang membentang dari sekitar Dome of Rock sampai Masjid Al Aqsa yg sekarang. Karena bangunan Masjid Al Aqsa yg sekarang sendiri baru dibangun pertama kali oleh Umar bin Khatab yg awalnya dikenal sebagai Masjid Umar.
Yang perlu kita renungkan tentang Jerusalem atau Baitul Maqdis adalah, mengapa Rumah Allah kedua didirikan di sini? Mengapa Nabi Musa diperintahkan Allah membawa Bani Israil ke tanah ini? Mengapa Nabi Muhammad SAW dibawa dulu ke sini baru di’Mi’rajkan’ ke Sidratul Muntaha utk bertemua Sang Maha Pencipta? Kenapa tidak dari Makkah langsung ke Sidratul Muntaha? Mengapa Rasul meminta umatnya agar mengutamakan pergi ke Masjidil Aqsa ini (selain Masjidil Haram & Masjid Nabawi) sebelum pergi ke tempat lain? Mengapa sejak dahulu, berbagai bangsa datang untuk berperang memperebutkan tempat ini? Mengapa semua manusia akan dikumpulkan di tempat ini datangnya hari Kiamat? Tentu semua ini adalah rahasia Allah yang logika kita masih sangat terbatas dalam menjawabnya.
Baitul Maqdis Adalah Sejarah & Masa Depan Ummah
Dalam usaha untuk memahami kesucian Bandar ini, seseorang itu perlu memahami struktur iman di dalam Islam.
Terdapat tiga prinsip asas:
- Percaya bahawa tiada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah (Tauhid).
- Percaya bahawa petunjuk Ilahi disampaikan menerusi rasul-rasul dan nabi-nabiNya yang terpilih (Risalah).
- Percaya bahawa wujudnya kehidupan selepas mati (akhirat), Hari pembalasan dan Syurga serta Neraka.
Prinsip yang kedua mempunyai hubungan langsung dengan kecintaan dan komitmen kita terhadap Baitul Maqdis.
Kedudukan Baitul Maqdis dalam Aqidah Islam
Islam mengiktiraf semua rasul dan utusan Allah swt. Nama-nama mereka banyak disebut di dalam Al-Quran. Kisah dan ajaran yang mereka bawa diceritakan di dalam kitab suci umat Islam ini. Menurut ajaran Islam, Ibrahim (Abraham), Musa (Moses), Dawud (David), Sulayman (Solomon), Zakariyah (Zachariah), Yahya (John the Baptist) dan Isa (Jesus) - alaihissalam (a.s) - adalah di antara nabi-nabi dan utusan yang dimuliakan Allah swt.
Yahudi dan Kristian juga mengiktiraf Nabi Dawud a.s dan Nabi Sulayman a.s sebagai raja dan pemimpin yang hebat di zaman Israel kuno.
Di dalam Islam, kedua-dua orang nabi ini adalah utusan yang dimuliakan oleh Allah untuk membawa risalahNya. Al-Quran bukan sahaja mencerikatan kisah-kisah mereka tetapi juga menjaga maruah mereka dengan menghapuskan beberapa penghinaan dan kecaman yang dibuat oleh umat terdahulu terhadap mereka.
Nabi Dawud a.s dituduh melakukan zina di dalam kitab Injil (2 Samuel: 11-12) dan Nabi Sulayman a.s dituduh melakukan penyembahan berhala (1 King: 11). Al-Quran menangkis semua dakwaan yang dikenakan terhadap kedua-duanya. (Al-Qasas: 21-25; Saad: 30). Ini menunjukkan bahawa Nabi Dawud a.s dan Nabi Sulayman a.s lebih dihormati di dalam Islam berbanding tradisi masyarakat Yahudi dan Kristian. Memandangkan bandar Baitul Maqdis dikaitkan oleh sejarah dengan nabi-nabi yang diutus oleh Allah swt, maka ia secara tabi'inya turut menjadi bandar yang suci buat umat Islam. Islam menganggap ianya sebagai penerusan kepada iman dan etika yang sama seperti yang diasaskan oleh nabi-nabi terdahulu. Menurut prinsip sejarah dan teologi, Islam merupakan pewaris sebenar kepada tradisi nabi-nabi dan utusan Allah swt yang terdahulu. Atas alasan inilah, Al-Quran membuat seruan untuk Palestin - tanah yang dikaitkan dengan kehidupan ramai nabi-nabi - "Al-Ard Al-Muqaddasah" (Tanah yang Suci) (Al-Ma'idah:21) dan menggelarkan sekitarnya sebagai "Barakna Hawlaha" (Yang Diberkati Sekitarnya) (Al-Israa':1).
Kesucian Bandar Baitul Maqdis menurut Islam adalah pada realiti sejarah keagamaannya. Bandar ini menjadi saksi kepada kehidupan dan kerja-kerja para nabi serta utusan Allah swt. Di situlah turunnya wahyu Allah swt secara berulang-ulang. Nabi-nabi dan utusan-utusan Allah yang agung tinggal dan berpindah ke lembah-lembah serta jalan-jalannya. Mekah dan Madinah merupakan bandar-bandar yang diberkati di dalam Islam kerana kaitannya dengan Nabi Ibrahim a.s, Nabi Ismail a.s dan Nabi Muhammad s.a.w. Bagitu juga dengan Baitul Maqdis yang diberkati dan penting di dalam Islam kerana kaitannya dengan nabi-nabi lain seperti Nabi Dawud a.s, Nabi Sulayman a.s dan Nabi Isa a.s.
Yahudi dan Kristian tidak mengiktiraf Nabi Ismail a.s dan Nabi Muhammad s.a.w sebagai nabi dan rasul, maka mereka tidak menganggap Mekah dan Madinah sebagai bandar-bandar yang suci. Bagaimanapun, Islam mengiktiraf Nabi Musa a.s, Nabi Dawud a.s, Nabi Sulayman a.s dan Nabi Isa a.s, maka mereka harus mengiktiraf kesucian dan kepentingan Baitul Maqdis di dalam Islam.
Baitul Maqdis di Dalam Kehidupan Nabi Muhammad s.a.w
Berdasarkan kepada status agama dan teologi, Baitul Maqdis menduduki tempat yang sangat istimewa di dalam kehidupan Nabi Muhammad s.a.w sendiri. Pada tahun 620M, kira-kira satu setengah tahun sebelum Baginda berhijrah dari Mekah ke Madinah, satu peristiwa Al-Israa' dan Al-Mi'raj (perjalanan malam dan diangkat ke langit) telah berlaku. Pada suatu malam, dengan cara yang menakjubkan, Rasulullah s.a.w telah melakukan perjalanan yang penuh keajaiban dari Mekah ke Baitul Maqdis dan diangkat ke langit pada malam yang sama.
Perjalanan malam ini merupakan satu keajaiban yang agung yang dipercayai oleh setiap umat Islam bahawa ianya merupakan satu penghormatan kepada Nabi Muhammad s.a.w dan mengesahkan hubungan aqidah antara Mekah dan Baitul Maqdis. Kedua-dua peristiwa ini berlaku pada malam yang sama. Malaikat Jibril (Gabriel) mengiringi Nabi Muhammad s.a.w dari Mekah ke Baitul Maqdis. Diceritakan juga bahawa Nabi s.a.w berdiri di atas Batu Suci (As-Sakhrah Al-Musharrafah), naik ke langit, kembali ke Baitul Maqdis dan bertemu dengan ramai nabi-nabi serta rasul-rasul terdahulu yang berhimpun untuk Baginda sempena peristiwa tersebut. Rasulullah s.a.w seterusnya mengimamkan solat mereka.
Selepas melalui semua peristiwa ini, Nabi Muhammad s.a.w kembali ke Mekah. Peristiwa Al-Israa' dan Al-Mi'raj penuh dengan tanda-tanda dan petunjuk yang menakjubkan. Para pemikir Islam, pengkaji mistik dan penyair-penyair telah membuat pelbagai tafsiran secara mendalam dan berbeza-beza. Bagaimanapun, terdapat satu kesimpulan penting dan ia menjadi satu contoh kepada ketaatan dan hubungan iman setiap Muslim dengan Baitul Maqdis.
Semasa Al-Mi'raj, Rasulullah s.a.w telah menerima perintah Allah swt untuk melaksanakan solat sebanyak lima kali sehari semalam di mana setiap Muslim wajib menunaikannya. Setelah kepulangan Baginda ke Mekah, Rasulullah s.a.w telah menyampaikan perintah Allah swt supaya memfardukan solat. Penting untuk kita ketahui bahawa Baginda s.a.w telah menjadikan Baitul Maqdis sebagai Kiblat yang mana setiap Muslim perlu menghadap ke arahnya semasa mengerjakan solat. Justeru, Baitul Maqdis dikenali sebagai 'Ula Al-Qiblatain (Yang Pertama Antara Dua Kiblat).
Nabi Muhammad s.a.w dan umat terawal yang memeluk Islam telah berkiblatkan Baitul Maqdis semasa solat ketika mereka berada di Mekah. Selepas peristiwa Hijrah, masyarakat Islam di Madinah juga turut mengadap ke Baitul Maqdis ketika solat selama kira-kira 17 bulan. Kemudian, barulah turun perintah Allah swt supaya menukar arah kiblat dari Baitul Maqdis ke Mekah (Al-Baqarah: 142-150). Para mufassirin Islam dan pengkaji sejarah telah menjelaskan makna dan tujuan perubahan ini. Ia merupakan suatu subjek yang panjang dan tidak mampu untuk dibincangkan di sini. Cukup sekadar mengatakan bahawa peralihan Kiblat ini sama sekali tidak menghapuskan kedudukan Baitul Maqdis di dalam Islam. Kaabah di Mekah merupakan Kiblat sejak awal kerana Al-Quran menyebut bahawa ia adalah Rumah Pertama (Awwal Baiti) (Ali-Imran: 96) yang dibina untuk manusia menyembah Tuhan Yang Satu.
Walau bagaimanapun, Kaabah dipenuhi dengan patung-patung sejak mula Nabi Muhammad s.a.w memulakan dakwahnya agar umat manusia menyembah Allah swt, Tuhan Yang Satu. Perbezaan telah ditunjukkan antara penyembahan orang beriman dan kaum musyrik terhadap apa yang mereka sembah di Kaabah. Baitul Maqdis menepati matlamat tersebut untuk mengasingkan umat ketika itu dari sembahan-sembahan berhala mereka.
Apabila prinsip ketuhanan yang satu telah ditegakkan sepenuhnya di dalam hati dan jiwa kaum muslimin dan apabila kedudukan Kaabah dengan Nabi Ibrahim a.s telah jelas, barulah Kaabah dipilih semula sebagai Kiblat semasa solat.
Terdapat banyak contoh mengenai perubahan-perubahan (naskh) di dalam Syariat Islam. Salah satunya adalah pengharaman ziarah kubur di awal kenabian Rasulullah s.a.w. Bagaimanapun, ia dihalalkan tidak lama selepas itu apabila kaum muslimin sudah dapat membezakan mengenai ziarah kubur dan amalan sembahan tradisi nenek moyang mereka. Pada awalnya, Nabi Muhammad s.a.w juga melarang pengikutnya daripada menulis perkataan-perkataan Baginda melainkan apabila Baginda menyatakan bahawa ianya adalah wahyu - Al-Quran, dari Allah swt. Kemudian, apabila pengikut baginda sudah belajar mengenai perbezaan di antara Al-Quran dan Hadis (perkataan dan perbuatan Nabi Muhammad s.a.w), Baginda telah mengizinkan umatnya menulis Hadis. Menarik untuk ditekankan di sini bahawa Kaabah di Mekah adalah arah awal untuk solat bagi semua nabi yang diturunkan oleh Allah swt.
Menurut satu Hadis, Batu Hitam (Al-Hajar Al-Aswad) telah berada di tapak Kaabah sejak zaman Nabi Adam a.s lagi. Kemudian Allah memerintahkan Nabi Ibrahim a.s dan Nabi Ismail a.s untuk membina Kaabah (Al-Baqarah: 125-127).
Bandar Baitul Maqdis telah dibina sebagai pusat penyebaran agama untuk penduduk Israel oleh Nabi Dawud a.s dan Nabi Sulayman a.s kira-kira pada tahun 900 sebelum Masihi.
Ia lebih kurang 1000 tahun selepas zaman Nabi Ibrahim a.s dan pembinaan Kaabah. Justeru, seseorang itu boleh mengatakan bahawa Kaabah mempunyai sejarah yang lebih panjang daripada Baitul Maqdis. Tambahan pula, penting untuk kita ketahui bahawa Injil mengatakan masyarakat Israel awal yang tinggal di Baitul Maqdis telah mengadap ke Selatan apabila menunaikan solat paling suci mereka (Exodus: 40). Kaabah terletak di Selatan Baitul Maqdis. Maka, boleh dikatakan bahawa Kaabah juga telah menjadi kiblat bagi penduduk Israel yang awal.
Baitul Maqdis Dalam Sejarah Awal Islam
Baitul Maqdis berada di bawah pemerintahan Islam semasa zaman Khalifah Umar (semoga Allah merahmatinya), dalam tahun 638 Masihi. Ia merupakan penaklukan yang aman. Pemerintah dan Paderi Besar Baitul Maqdis ketika itu yang bernama Sophronius telah menyerahkan kunci Baitul Maqdis kepada Khalifah Umar dengan tangannya. Semasa memasuki Bandar itu, Khalifah Umar bertanya di manakah kedudukan Baitul Maqdis dan batu yang dimuliakan yang telah dipijak oleh Rasulullah s.a.w sebelum Al-Mi'raj.
Ia merupakan kawasan yang terpencil pada ketika itu. Askar-askar Rom telah memusnahkan apa yang disebut Kuil Kedua pada tahun 70 Masihi. Pemerintah bukan Kristian atau Kristian di situ tidak pernah cuba untuk membinanya semula.
Menurut sejarah, ia merupakan tempat pembuangan sampah dan tempat pembuangan najis haiwan bagi penduduk Baitul Maqdis. Sebaik sahaja Khalifah Umar mengetahui bahawa itu merupakan tapak Baitul Maqdis dan tempat berlakunya Al-Mi'raj, beliau telah membersihkannya dengan tangan beliau sendiri sebelum melakukan solat dan sujud di atas tanah.
Pada tahun 691 Masihi, Kubah Baru dan masjid lainnya dibina. Ia merupakan monumen suci pertama yang paling mahal dan paling besar dibina dalam sejarah Islam.
Baitul Maqdis sentiasa di dalam ingatan masyarakat Muslim. Rasulullah s.a.w bersabda, "Janganlah kamu bersusah payah bermusafir (dengan tujuan beribadat) melainkan ke tiga masjid; Masjid Al-Haram di Mekah, masjidku di Madinah dan Masjid Al-Aqsa di Baitul Maqdis." Berdasarkan hadis ini, masyarakat Islam menganggap bahawa ia merupakan satu kebaikan untuk melawat Bandar Baitul Maqdis, masjidnya, kesuciannya dan persekitarannya yang diberkati. Jemaah haji seringkali menziarahi Baitul Maqdis sebelum pergi menunaikan haji di Mekah dan Madinah.
Pemimpin-pemimpin Islam membina banyak hospital, sekolah dan pusat keagamaan di sekitar Bandar tersebut. Mereka membeli tanah di dalam dan sekitar Baitul Maqdis untuk dijadikan tanah wakaf bagi tujuan keagamaan. Hakikatnya, keseluruhan Bandar Baitul Maqdis adalah tanah wakaf dan tidak boleh dijual atau dipindah milik.
Ramai juga ulama Islam yang berpindah dan tinggal di sana. Masjid Al-Aqsa merupakan tempat yang ideal untuk belajar. Beribu-ribu orang yang beriman dan ulama' berwasiat agar jenazah mereka kelak dikebumikan di Baitul Maqdis. Terdapat beribu-ribu atau mungkin berjuta kubur umat Islam di Baitul Maqdis. Umat Islam juga mengiktiraf hak masyarakat Kristian dan Yahudi yang meletakkan Baitul Maqdis di hati mereka dan menjadikannya suci dalam keimanan mereka. Semasa pemerintahan Islam, mereka dibenarkan untuk tinggal di sana. Semasa Khalifah Umar membuat perjanjian dengan Paderi Sophronius, mereka telah bersetuju dengan permintaan paderi Kristian itu bahawa "Tidak ada seorang Yahudi pun yang akan dibenarkan untuk tinggal bersama mereka di Aelia (Baitul Maqdis)". Bagaimanapun, semasa pemerintahan Islam kemudiannya, undang-undang tersebut telah dilonggarkan sedikit dan orang-orang Yahudi diizinkan untuk datang dan tinggal di situ. Selepas penaklukan semula Baitul Maqdis oleh Salahuddin, orang-orang Yahudi sekali lagi diizinkan oleh penduduk Islam untuk kembali dan tinggal di Baitul Maqdis. Sebelum itu, Baitul Maqdis telah diperintah oleh Kristian selama lebih kurang 90 tahun (1099-1187) dan mereka telah mengharamkan penduduk Yahudi dan Islam untuk tinggal di Baitul Maqdis.
Penutup
Bandar Baitul Maqdis amat penting bagi umat Islam, yang mempunyai hak ke atas Bandar ini dari sudut agama, sejarah dan perundangan. Terdapat tiga fakta penting untuk kita ingati mengenai Islam dan Baitul Maqdis.
- Di dalam sejarah Baitul Maqdis, sejak zaman Nabi Dawud a.s sehingga ke hari ini, pemerintahan yang paling lama adalah pemerintahan Islam.
- Umat Islam mengekalkan kesucian Baitul Maqdis sehingga tidak mampu diluahkan dengan kata-kata.
- Umat Islam mewujudkan dan mengamalkan karakter agama yang penuh toleransi dan keimanan terhadap Baitul Maqdis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar