Sabtu, 07 Juni 2014

HASUD / IRI DENGKI

Dinukil dari kitab Adabud Dunya Waddin karya Imam Mawardi.

اعْلَمْ أَنَّ الْحَسَدَ خُلُقٌ ذَمِيمٌ مَعَ إضْرَارِهِ بِالْبَدَنِ وَفَسَادِهِ لِلدَّيْنِ، حَتَّى لَقَدْ أَمَرَ اللَّهُ بِالِاسْتِعَاذَةِ مِنْ شَرِّهِ، فَقَالَ تَعَالَى: {وَمِنْ شَرِّ حَاسِدٍ إذَا حَسَدَ} [الفلق: 5]
وَنَاهِيكَ بِحَالِ ذَلِكَ شَرًّا. وَرُوِيَ عَنْ النَّبِيِّ - صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ - أَنَّهُ قَالَ: «دَبَّ إلَيْكُمْ دَاءُ الْأُمَمِ قَبْلَكُمْ الْبَغْضَاءُ وَالْحَسَدُ هِيَ الْحَالِقَةُ حَالِقَةُ الدِّينِ لَا حَالِقَةُ الشَّعْرِ وَاَلَّذِي نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ لَا تُؤْمِنُوا حَتَّى تَحَابُّوا أَلَا أُنَبِّئُكُمْ بِأَمْرٍ إذَا فَعَلْتُمُوهُ تَحَابَبْتُمْ اُفْشُوَا السَّلَامَ بَيْنَكُمْ» .
فَأَخْبَرَ - صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ - بِحَالِ الْحَسَدِ وَأَنَّ التَّحَابُبَ يَنْفِيهِ وَأَنَّ السَّلَامَ يَبْعَثُ عَلَى التَّحَابُبِ، فَصَارَ السَّلَامُ إذًا نَافِيًا لِلْحَسَدِ.

Perlu diketahui bahwa kedengkian merupakan akhlaq yang tercela, yang menimbulkan malapetaka bagi jasad dan melahirkan kekacauan pada agama.
oleh karena itu Allah ta'ala telah memerintahkan berlindung kepada-Nya dari kejahatannya , Allah berfirman :
" dan (berlindung) dari kejahatan orang yang dengki apabila ia dengki "
(al falaq ayat 5)
dan Allah telah melarangmu untuk melakukan kekejian tersebut.

diriwayatkan bahwa Nabi shollallohu alaihi wasallam bersabda :
" penyakit umat-tumat sebelum kalian telah menular kepada kalian , yaitu kebencian dan kedengkian dimana penyakit tersebut merupakan alat pencukur bagi agama, bukan pencukur rambut. Demu dzat yang menguasai jiwa Muhammad, tidak sempirna iman kalian hingga kalian saling mencintai , ingatlah, aku akan mengingatkanmu tentang sesuatu yg apabila kamu kerjakan niscaya akan menimbulkan perasaan saling mencintai diantara kalian ,(yaitu) sebarkanlah salam diantara kalian."

Nabi mengabarkan tentang keadaan derengki dan menyebarkan salam dapat membangkitkan perasaan saling mencintai. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa salam itu dapat menjauhkan dari kedengkian .

. وَقَدْ جَاءَ كِتَابُ اللَّهِ تَعَالَى بِمَا يُوَافِقُ هَذَا الْقَوْلَ وَقَالَ اللَّهُ تَعَالَى: {ادْفَعْ بِاَلَّتِي هِيَ أَحْسَنُ فَإِذَا الَّذِي بَيْنَك وَبَيْنَهُ عَدَاوَةٌ كَأَنَّهُ وَلِيٌّ حَمِيمٌ} [فصلت: 34]
قَالَ مُجَاهِدٌ: مَعْنَاهُ  ادْفَعْ  بِالسَّلَامِ  إسَاءَةَ الْمُسِيءِ.
وَقَالَ الشَّاعِرُ:


قَدْ يَلْبَثُ النَّاسُ حِينًا لَيْسَ بَيْنُهُمْ ... وُدٌّ فَيَزْرَعُهُ التَّسْلِيمُ وَاللُّطْفُ


Hal ini sejalan dengan yang diungkapkan oleh Alqur'an, Allah berfriman :
" dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan, tolaklah kejahatan itu dengan cara yang lebih baik , maka tiba tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah olah telah menjadi teman yang sangan setia "
(fushilat ayat 34)
 

Mujahid menafsirkannya : " tolaklah dengan salam kejahatan orang yang jahat "
 

Seorang penyair berkata :
" terkadang manusia berada dalam suatu situasi dimana satu diantara mereka tiada kasih sayang,
maka taburkanlah salam dan kasih sayang."

وَقَالَ بَعْضُ السَّلَفِ: الْحَسَدُ أَوَّلُ ذَنْبٍ عُصِيَ اللَّهُ بِهِ فِي السَّمَاءِ، يَعْنِي حَسَدَ إبْلِيسَ لِآدَمَ - عَلَيْهِ السَّلَامُ - وَأَوَّلُ ذَنْبٍ عُصِيَ اللَّهُ بِهِ فِي الْأَرْضِ، يَعْنِي حَسَدَ ابْنِ آدَمَ لِأَخِيهِ حَتَّى قَتَلَهُ.
وَقَالَ بَعْضُ الْحُكَمَاءِ: مَنْ رَضِيَ بِقَضَاءِ اللَّهِ تَعَالَى لَمْ يَسْخَطْهُ أَحَدٌ، وَمَنْ قَنَعَ بِعَطَائِهِ لَمْ يَدْخُلْهُ حَسَدٌ.
وَقَالَ بَعْضُ الْبُلَغَاءِ: النَّاسُ حَاسِدٌ وَمَحْسُودٌ، وَلِكُلِّ نِعْمَةٍ حَسُودٌ.
وَقَالَ بَعْضُ الْأُدَبَاءِ: مَا رَأَيْتُ ظَالِمًا أَشْبَهَ بِمَظْلُومٍ مِنْ الْحَسُودِ نَفَسٌ دَائِمٌ، وَهَمٌّ لَازِمٌ، وَقَلْبٌ هَائِمٌ.

Sebagian ulama' salaf berkata : " kedengkian merupakan dosa yang pertam kali terjadi yang mendurhakai Allah di langit , yaitu kedengkian yang dilakukan oleh iblis kepada nabi Adam alaihis salam , dan merupakan dosa yang pertama kali terjadi mendurhakai Allah di bumi , yaitu kedengkian yang dilakukan putranya Nabi Adam alaihis salam terhadap saudaranya hingga terjadi pembunuhan"

Sebagian orang bijak berkata : " orang yang rela menerima ketentuan Allah ta'ala niscaya tidak akan ada seorangpun yang akan membencinya, dan orang yg qona'ah (rela menerima) dengan pemberian-Nya niscaya kedengkian tidak akan mampu mempengaruhinya."

Sebagian ahli balaghoh berkata: " manusia itu pendengki dan didengki, dan setiap kenikmatan ada pendengkinya."

Sebagian sastrawan berkata : " aku tidak pernah melihat seorang pendholim yang ingin menyamai orang yang di dholiminya selain orang yang hasud (dengki), dimana dia selalu menyainginya ,selalu gelisah dan hati yang bingung."

فَأَخَذَهُ بَعْضُ الشُّعَرَاءِ فَقَالَ:
إنَّ الْحَسُودَ الظَّلُومَ فِي كَرْبٍ ... يَخَالُهُ مَنْ يَرَاهُ مَظْلُومَا
ذَا نَفَسٍ دَائِمٍ عَلَى نَفَسٍ ... يُظْهِرُ مِنْهَا مَا كَانَ مَكْتُومَا

kemudian sebagian penyair menggubahnya :
" orang yg dengki lagi dholim selalu berada dalam kegelisahan,
dia bertaruh dengan orang yang di dholiminya.
jiwanya selalu gelisah karena mendengki orang lain,
maka nampak darinya sesuatu yang tadinya tertutup."

وَلَوْ لَمْ يَكُنْ مِنْ ذَمِّ الْحَسَدِ إلَّا أَنَّهُ خُلُقٌ دَنِيءٌ يَتَوَجَّهُ نَحْوَ الْأَكْفَاءِ
وَالْأَقَارِبِ، وَيَخْتَصُّ بِالْمُخَالِطِ وَالْمُصَاحِبِ، لَكَانَتْ النَّزَاهَةُ عَنْهُ كَرَمًا، وَالسَّلَامَةُ مِنْهُ مَغْنَمًا. فَكَيْفَ وَهُوَ بِالنَّفْسِ مُضِرٌّ، وَعَلَى الْهَمِّ مُصِرٌّ، حَتَّى رُبَّمَا أَفْضَى بِصَاحِبِهِ إلَى التَّلَفِ مِنْ غَيْرِ نِكَايَةٍ فِي عَدُوٍّ وَلَا إضْرَارٍ بِمَحْسُودِ.

Dengan demikian kedengkian termsuk akhlaq tercela yg ditujukan kepada orang yang sepadan dan dekat, bahkan lebih khusus kepada orang yg bersahabat . Oleh karena itu mensucikan diri darinya merupakan suatu kemuliaan, dan membebaskan diri dari cengkeramannya merupakan suatu keberuntungan.
Bagaimana tidak beruntung, karena hal tsb menimbulkan kemadhorotan dalam hati dan selalu melahirkan kegelisahan sehingga dapat membawa pelakunya kepada kebinasaan tanpa mampu mengalahkan musuhnya dan tidak akan menimbulkan petaka bagi yang dihasutinya.

وَقَدْ قَالَ مُعَاوِيَةُ - رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ -: لَيْسَ فِي خِصَالِ الشَّرِّ أَعْدَلُ مِنْ الْحَسَدِ، يَقْتُلُ الْحَاسِدَ قَبْلَ أَنْ يَصِلَ إلَى الْمَحْسُودِ. وَقَالَ بَعْضُ الْحُكَمَاءِ: يَكْفِيك مِنْ الْحَاسِدِ أَنَّهُ يَغْتَمُّ فِي وَقْتِ سُرُورِك.
وَقِيلَ فِي مَنْثُورِ الْحِكَمِ: عُقُوبَةُ الْحَاسِدِ مِنْ نَفْسِهِ.
وَقَالَ الْأَصْمَعِيُّ: قُلْتُ لِأَعْرَابِيٍّ: مَا أَطْوَلَ عُمُرَك، قَالَ: تَرَكْتُ الْحَسَدَ فَبَقِيتُ.

Mu'awiyah mengatakan : " tidak ada keburukan yg dapat mengimbangi kebrukan hasad dimana dia dapat membunuh pelakunya sebelum keinginannya sampai kepada yang dihasudinya."

Sebagian orang bijak berkata : " cukup bagimu orang yg hasud dimana dia akan merasa sedih pada saat kamu mendapatkan kebahagiaan "

dikatakan dalam hikmah bentuk prosa : " penderitaan orang hasud itu bersumber dari dirinya ."

Al Asmu'i berkata : " aku bertanya kepada seoranga arab badui ' apa yg menyebabkanmu awet muda ?"
dia menjawab : " aku meninggalkan kedengkian sehingga aku awet muda."

وَقَالَ رَجُلٌ لِشُرَيْحٍ الْقَاضِي: إنِّي لَأَحْسُدُك عَلَى مَا أَرَى مِنْ صَبْرِك عَلَى الْخُصُومِ، وَوُقُوفِك عَلَى غَامِضِ الْحُكْمِ.
فَقَالَ: مَا نَفَعَك اللَّهُ بِذَلِكَ وَلَا ضَرَّنِي.
وَقَالَ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ الْمُعْتَزِّ - رَحِمَهُ اللَّهُ تَعَالَى -:
اصْبِرْ عَلَى كَيْدِ الْحَسْوِ ... دِ فَإِنَّ صَبْرَكَ قَاتِلُهُ
فَالنَّارُ تَأْكُلُ بَعْضَهَا ... إنْ لَمْ تَجِدْ مَا تَأْكُلُهُ

Ada seseorang yang berkata kepada Syuraih Al qodhi, " sungguh aku merasa dengki akan kesabaranmu dalam menghadapi orang yang memusuhimu, dan terhadap kepandaianmu dalam menjelaskan hukum yang masih samar ."
kemudian Al qodhi menjawab : " Allah tidak akan memberikanmu manfaat atas perbuatan tersebut , dan perbuatan tersebut tidak akan menimbulkan madhorot padaku."

Abdullan bin Mu'taz -semoga Allah merahmatinya- berkata dalam syairnya :
" bersabarlah terhadap tipu muslihat orang yang hasud ,
karena kesabaranmu akan dapat membunuhnya.
api akan membakar sebagiannya (arang)
jk sudah tidak ditemukan sesuatu yg dapat dibakarnya."

wallohu a'lam.

أدب الدنيا والدين
أبو الحسن الماوردي



Nabi Adam As. dengan Siti Hawa bisa dikatakan “gagal” sekaligus “berhasil”. Nabi Adam dan Siti Hawa melanggar aturan, itu artinya gagal. Tapi mereka berdua kemudian menyesal dan minta ampun. Penyesalan dan mau mengakui kesalahan serta menerima konsekuensinya (dikeluarkan dari surga), adalah keberhasilan.
Karena menyesal, Nabi Adam dan Siti Hawa meraih pertaubatan dari Allah dan dijadikanNya sebagai khalifah. Bandingkan dengan Iblis, meski sama-sama diusir dari surga tapi karena tidak taubat dia terkutuk sampai hari kiamat. 
Melakukan kesalahan itu manusiawi. Yang tidak manusiawi, ya yang Iblisi, kalau sudah salah tapi tidak mau mengakui kesalahannya justru malah merasa benar sendiri sehingga menjadi sombong. Iblis sombong, menyepelekan orang lain dan memonopoli kebenaran.

Lihatlah para shalihin dalam menykapi kesalahan dan dosa mereka. Mereka menangisi kesalahan dan dosa mereka seraya memohon ampun kepada Allah Swt., persis menteladani apa yang dilakukan oleh Nabi Adam As. Pernah terjadi sebuah dialog antara Salim (mantan budaknya Muhammad bin Ka’ab) dan Khalifah Umar bin Abdul Aziz Ra. 
Khalifah Umar berkata: “Aku telah banyak diuji dengan jabatan khalifah ini. Demi Allah, aku sangat takut kelak tidak akan berhasil mempertanggungjawabkannya.”
Kemudian Salim berkata: “Selama Anda seperti yang telah Anda ucapkan, maka itu adalah keberhasilan Anda. Jika tidak, maka ada hal yang perlu Anda takutkan.”
Khalifah Umar berkata: “Wahai Salim berilah aku nasihat!”
Salim menjawab: “Nabi Adam hanya melakukan satu kesalahan hingga diusir dari surga. Sementara Anda melakukan banyak kesalahan dan berharap bisa masuk surga.”

Alhasil, kalau kita bermaksiat dengan alasan Nabi Adam juga bermaksiat, maka contohlah juga pertaubatannya Nabi Adam As. Sekarang bagaimanakah dengan kita? Seberapa jauh kita menyikapi kesalahan dan dosa kita?
Sebagai insan pemilik gudang dosa, al-faqir memohon dengan sangat agar semua tulisanku jangan di-Aamiin-kan sepenuhnya karena tentu yang salah lebih banyak dari yang benar. Koreksi dan kritikan yang membangun sangat kami idam-idamkan. Jazakumullah ahsanal jaza’.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar