Jawabnya ada di HR. Muslim, bahwa ada seorang nabi dari Bani Israel yang memiliki pengikut hanya satu. Dia tetap nabi, meski bapak dan keluarganya tidak ada satupun yang ikut, hanya seorang temanlah mengimani ajarannya. Nabi adalah seorang manusia yang diberi wahyu syariah.
Syariah menurut lughat (etimologi) adalah masyra'atul ma' ay
makharijinnas lil ma' (berbondong-bondongnya manusia mencari sumbernya
mata air). Syariah menurut istilah (terminologi) fuqaha adalah ma
syara'ahullah li'ibadihi minal ahkam min lisani rasulih (undang-undang
Allah yang ditampakkan untuk hambaNya yang keluar dari lisan rasulNya).
Jadi Nabi adalah orang yang mempertahankan syariah, pewarisnya disebut
ulama.
Ulama tidak harus tingkat PBNU atau wilayah atau kabupaten. Sebab ada nabi yang pengikutnya hanya satu. Maka kalau ada yang bisa mempertahankan dan mengembangkan syariah, itu disebut sebagai ulama. Meskipun tingkat langgar atau RT, dia adalah ulama, kyai yang harus dihormati. Mereka berjasa. Bahkan saya sering menyampaikan, nanti yang masuk surga duluan adalah kyai-kyai kampung. Sebab, saat musim Pilkada mereka tidak mendapatkan apa-apa.
Jadi, pendekatan para kyai (dalam dakwahnya) adalah seperti pendekatan Rasulullah Saw. Tidak seperti sekarang, teriak "Allahu Akbar" untuk memukul orang.
Kenapa orang NU tidak suka demo, padahal tidak pernah kebagian. Justeru dari para mahasiswa yang gedung-gedungnya dibangun oleh pemerintah? Sebab, orang NU nurut (taat) dengan para kyai.
Dalam HR. Bukhari disebutkan, ada seorang pemimpin bernama Hajaj yang sering merugikan kaum (rakyat)nya. Maka orang-orang bertanya tentang hal itu kepada sahabat Anas Ra. Jawabnya: "Ishbiru fainnahu la ya-ti fikum zamanun illa walladzi ba'dahu syarrun minhu hatta talqau rabbakum", tetaplah kalian bersbar, sebab sesungguhnya tidak akan datang padamu suatu masa kecuali masa itu lebih jelek daripada masa yang awal sampai kamu bertemu dengan Tuhanmu. Inilah yang pernah disabdakan oleh Rasulullah Saw.
Selama masih ada pondok pesantren, NU tetap kan jaya. Dan Indonesia, selama masih ada pondok pesantren niscaya kan aman.
Ulama tidak harus tingkat PBNU atau wilayah atau kabupaten. Sebab ada nabi yang pengikutnya hanya satu. Maka kalau ada yang bisa mempertahankan dan mengembangkan syariah, itu disebut sebagai ulama. Meskipun tingkat langgar atau RT, dia adalah ulama, kyai yang harus dihormati. Mereka berjasa. Bahkan saya sering menyampaikan, nanti yang masuk surga duluan adalah kyai-kyai kampung. Sebab, saat musim Pilkada mereka tidak mendapatkan apa-apa.
Jadi, pendekatan para kyai (dalam dakwahnya) adalah seperti pendekatan Rasulullah Saw. Tidak seperti sekarang, teriak "Allahu Akbar" untuk memukul orang.
Kenapa orang NU tidak suka demo, padahal tidak pernah kebagian. Justeru dari para mahasiswa yang gedung-gedungnya dibangun oleh pemerintah? Sebab, orang NU nurut (taat) dengan para kyai.
Dalam HR. Bukhari disebutkan, ada seorang pemimpin bernama Hajaj yang sering merugikan kaum (rakyat)nya. Maka orang-orang bertanya tentang hal itu kepada sahabat Anas Ra. Jawabnya: "Ishbiru fainnahu la ya-ti fikum zamanun illa walladzi ba'dahu syarrun minhu hatta talqau rabbakum", tetaplah kalian bersbar, sebab sesungguhnya tidak akan datang padamu suatu masa kecuali masa itu lebih jelek daripada masa yang awal sampai kamu bertemu dengan Tuhanmu. Inilah yang pernah disabdakan oleh Rasulullah Saw.
Selama masih ada pondok pesantren, NU tetap kan jaya. Dan Indonesia, selama masih ada pondok pesantren niscaya kan aman.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar