Senin, 08 September 2014

Taubatnya pembunuh 100 orang

Tobat dibagi menjadi 2 macam, yakni tobat sebenar-benarnya atau tobat nasuha, dan tobat tapi kemudian kumat melakukan kejahatan (Tomat) atau Tobat Sambel.

Allah swt berfirman: "Hai orang-orang yang beriman, tobatlah kamu kepada Allah dengan sungguh-sungguh (Tobat Nasuha)," (QS: Attahrim:8).

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ تُوبُوٓا۟ إِلَى ٱللَّهِ تَوْبَةًۭ نَّصُوحًا عَسَىٰ رَبُّكُمْ أَن يُكَفِّرَ عَنكُمْ سَيِّـَٔاتِكُمْ وَيُدْخِلَكُمْ جَنَّٰتٍۢ تَجْرِى مِن تَحْتِهَا ٱلْأَنْهَٰرُ يَوْمَ لَا يُخْزِى ٱللَّهُ ٱلنَّبِىَّ وَٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ مَعَهُۥ ۖ نُورُهُمْ
يَسْعَىٰ بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَبِأَيْمَٰنِهِمْ يَقُولُونَ رَبَّنَآ أَتْمِمْ لَنَا نُورَنَا وَٱغْفِرْ لَنَآ ۖ إِنَّكَ عَلَىٰ كُلِّ شَىْءٍۢ قَدِيرٌۭ
Hai orang-orang yang beriman, bertobatlah kepada Allah dengan taubat yang semurni-murninya, mudah-mudahan Tuhan kamu akan menghapus kesalahan-kesalahanmu dan memasukkan kamu ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, pada hari ketika Allah tidak menghinakan Nabi dan orang-orang yang beriman bersama dengan dia; sedang cahaya mereka memancar di hadapan dan di sebelah kanan mereka, sambil mereka mengatakan: “Ya Tuhan kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya kami dan ampunilah kami; sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu”.
(QS: Attahrim:8). 

Hadis Taubatnya pembunuh 100 Orang


عَنْ اَبِى سَعِيْدِ اْلخُدْرِيِّ رض اَنَّ نَبِيَ اللهِ ص قَالَ: كَانَ فِيْمَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ رَجُلٌ قَتَلَ تِسْعَةً وَ تِسْعِيْنَ نَفْسًا، فَسَأَلَ عَنْ اَعْلَمِ اَهْلِ اْلاَرْضِ فَدُلَّ عَلَى رَاهِبٍ، فَاَتَاهُ فَقَالَ: اِنَّهُ قَتَلَ تِسْعَةً وَ تِسْعِيْنَ نَفْسًا فَهَلْ لَهُ مِنْ تَوْبَةٍ؟ فَقَالَ: لاَ. فَقَتَلَهُ فَكَمَّلَ بِهِ مِائَةً، ثُمَّ سَأَلَ عَنْ اَعْلَمِ اَهْلِ اْلاَرْضِ، فَدُلَّ عَلَى رَجُلٍ عَالِمٍ فَقَالَ: اِنَّهُ قَتَلَ مِائَةَ نَفْسٍ فَهَلْ لَهُ مِنْ تَوْبَةٍ؟ فَقَالَ: نَعَمْ، وَ مَنْ يَحُوْلُ بَيْنَهُ وَ بَيْنَ التَّوْبَةِ؟ اِنْطَلِقْ اِلَى اَرْضِ كَذَا وَ كَذَا، فَاِنَّ بِهَا اُنَاسًا يَعْبُدُوْنَ اللهَ، فَاعْبُدِ اللهَ مَعَهُمْ، وَ لاَ تَرْجِعْ اِلَى اَرْضِكَ فَاِنَّهَا اَرْضُ سَوْءٍ، فَانْطَلَقَ حَتَّى اِذَا نَصَفَ الطَّرِيْقَ اَتَاهُ  اْلمَوْتُ فَاخْتَصَمَتْ فِيْهِ مَلاَئِكَةُ الرَّحْمةِ وَ مَلاَئِكَةُ اْلعَذَابِ، فَقَالَتْ مَلاَئِكَةُ الرَّحْمَةِ: جَاءَ تَائِبًا مُقْبِلاً بِقَلْبِهِ اِلَى اللهِ، وَ قَالَتْ مَلاَئِكَةُ اْلعَذَابِ اِنَّهُ لَمْ يَعْمَلْ خَيْرًا قَطُّ فَاَتَاهُمْ مَلَكٌ فِى صُوْرَةِ آدَمِيٍّ فَجَعَلُوْهُ بَيْنَهُمْ، فَقَالَ: قِيْسُوْا مَا بَيْنَ اْلاَرْضَيْنِ، فَاِلَى اَيَّتِهِمَا كَانَ اَدْنَى فَهُوَ لَهُ، فَقَاسُوْهُ فَوَجَدُوْهُ اَدْنَى اِلَى اْلاَرْضِ الَّتِى اَرَادَ، فَقَبَضَتْهُ مَلاَئِكَةُ الرَّحْمَةِ. البخارى و مسلم و اللفظ لمسلم

Dari Abu Sa’id Al-Khudriy RA, bahwasanya Nabi SAW bersabda, “Dahulu di antara orang sebelum kalian ada seorang laki-laki yang telah membunuh sembilan puluh sembilan orang. Lalu dia bertanya (minta ditunjukkan) kepada orang yang lebih tahu dari penduduk bumi, lalu dia ditunjukkan kepada seorang pendeta. Kemudian orang tersebut datang kepada pendeta yang ditunjukkan itu. Lalu dia bertanya kepada pendeta tersebut, “Sesungguhnya orang itu telah membunuh sembilan puluh sembilan orang, apakah dia masih bisa diterima taubatnya ?”. Pendeta itu menjawab, “Tidak!”. Lalu orang itu membunuh pendeta tersebut, maka genaplah dia membunuh seratus orang. Kemudian orang tersebut bertanya (minta ditunjukkan) kepada orang yang lebih tahu dari penduduk bumi, lalu dia ditunjukkan kepada seorang laki-laki yang ‘Alim (pandai). Lalu dia bertanya, “Sesungguhnya orang itu telah membunuh seratus orang, apakah dia masih bisa diterima taubatnya ?”. Orang ‘Alim tersebut menjawab, “Ya”. Siapa yang bisa menghalangi dari taubat ?. Maka untuk melaksanakan taubat itu pergilah ke daerah ini dan ini, disana ada orang-orang yang menyembah kepada Allah. Oleh karena itu menyembahlah kepada Allah bersama mereka dan janganlah kamu kembali ke daerahmu, karena daerahmu itu daerah yang buruk”. Kemudian orang tersebut pergi (ke tempat yang ditunjukkan). Ketika sampai di tengah jalan, dia meninggal dunia. Maka berselisihlah malaikat rahmat dengan malaikat adzab. Berkata malaikat rahmat, “Orang itu betul-betuil telah bertaubat sepenuh hati kepada Allah”. Dan berkata malaikat adzab, “Sesungguhnya dia belum beramal baik sama sekali”. Kemudian datanglah malaikat berbentuk manusia, maka para malaikat rahmat dan para malaikat adzab menjadikannya sebagai penengah. Malaikat yang menjadi penengah itu berkata, Ukurlah antara dua tempat itu, lalu mana yang lebih dekat dengannya maka itulah yang menjadi haknya. Kemudian mereka sama mengukurnya, dan mereka mendapati orang yang mati tersebut lebih dekat kepada tempat yang dituju, maka akhirnya diambil oleh malaikat rahmat”.
[HR. Bukhari dan Muslim, lafadh ini bagi Muslim]

Rasulullah SAW pernah mengisahkan lewat sebuah hadits dari Abu Said Al-khudry yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim. Dahulu ada seorang umat yang telah membunuh 99 nyawa, kemudian sang pembunuh tersebut ingin bertobat.

Maka ia pun kemudian menemui seorang alim, dan pada waktu itu yang ditemuinya adalah pendeta. Bertanyalah pembunuh tersebut kepada pendeta, "Saya telah membunuh 99 nyawa, apakah ada jalan untuk bertobat?" Jawab Pendeta, "Tidak ada". Karena mendengar jawaban tersebut pendeta itupun lalu dibunuh, maka genaplah 100 nyawa yang telah dibunuhnya.

Kemudian, pembunuh tersebut mencari alim lainnya, dan ketika telah bertemu dengan seorang alim, ia pun lalu berkata, "Saya telah membunuh 100 nyawa, apakah ada jalan bertobat. Ya ada, pergilah ke sebuah negeri yang di sana banyak orang-orang taat kepada Allah, berbuatlah sebagaimana perbuatan mereka dan jangan kembali ke negerimu ini, karena tempat penjahat," jawab Alim. Maka pembunuh itupun berangkat sesuai saran sang alim.

Tatkala di tengah perjalanan, pembunuh inipun mendapat musibah sehingga iapun meninggal dunia dalam perjalanan tobat. Setelah meninggal, 2 malaikat pun turun yakni malaikat Rahmat dan malaikat Siksa, untuk menjemput ruh pembunuh tersebut, dan bertengkarlah 2 malaikat tersebut.

Berkata malaikat Rahmat, "Dia telah berjalan untuk bertobat kepada Allah dengan sepenuh hatinya". Kemudian berkata pula Malaikat Siksa, "Dia belum pernah melakukan kebaikan sama sekali".

Karena terus bertengkar, datanglah seorang malaikat lagi yang menjadi penengah antara 2 malaikat yang bertengkar, kemudian malaikat yang ketiga ini pun berkata, "Ukur saja jarak antara 2 negeri tersebut (yang ditinggal dan dituju), maka kemana dia lebih dekat, masukkanlah dia kepada golongan orang sana."

Kemudian, malaikat rahmat dan malaikat siksa pun saling mengukur, dan didapatkan lebih dekat kepada negeri kebaikan yang ditujunya, kira-kira sejengkal. Maka dipeganglah ruhnya oleh malaikat rahmat.

Dari kisah tersebut, maka dapat disimpulkan, seberat apapun dosa yang telah dilakukan, pintu pertobatan selalu dibuka. Dan Allah SWT adalah sebaik-baiknya penerima tobat.

Tobat dibagi menjadi 2 macam, yakni tobat sebenar-benarnya atau tobat nasuha, dan tobat tapi kemudian kumat melakukan kejahatan (Tomat) atau Tobat Sambel. Allah swt berfirman: "Hai orang-orang yang beriman, tobatlah kamu kepada Allah dengan sungguh-sungguh (Tobat Nasuha)," (QS: Attahrim:8).

Perkara Tobat Nasuha ada 3 syarat yang harus dilakukan oleh seseorang, yakni:
1. Harus mengehentikan maksiat
2. Harus menyesali perbuatan yang telah dilakukan
3. Harus bersungguh-sungguh tidak mengulangi perbuatan tersebut.

Namun, apabila hubungannya dengan hak manusia, maka syarat tobatnya ditambah yakni, harus menyelesaikan urusannya kepada orang yang berhak dengan meminta maaf, kehalalannya atau mengembalikan apa yang harus dikembalikan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar