Khadijah r.ha. diriwayatkan telah membuka isi hati kepada suaminya dengan ucapan: “Wahai Al-Amiin, bergembiralah! Semua harta kekayaan ini baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak, yang terdiri dari bangunan-bangunan, rumah-rumah, barang-barang dagangan, hamba-hamba sahaya adalah menjadi milikmu. Kamu bebas membelanjakannya ke jalan mana yang kamu redhoi !”
Dan sebagaimana Firman Allah سبحانه وتعالى:
وَوَجَدَكَ عَائِلًا فَأَغْنَىٰ {٨
“Dan Dia (Allah) mendapatimu sebagai seorang yang kekurangan, lalu Dia memberikan kekayaan.”
(Surah Adh-Dhuhaa: Ayat 8)
Syaidatina Aisyah r.ha. berkata, “Pernikahan hakikatnya adalah penghambaan, maka hendaknya dia melihat dimanakah kehormatannya akan diletakkan.”
‘Umar ra. Berkhutbah lantang keras:
وَاللهِ لاَ أَعْلَمُ أَحَدًا يَتَمَتَّعُ وَهُوَ مُحْصَنٌ
إِلاَّ رَجَمْتُهُ بِالْحِجَارَةِ، إِلاَّ أَنْ يَأْتِيَنِي بِأَرْبَعَةٍ
يَشْهَدُونَ أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى الله عَليْهِ وسَلَّمَ أَحَلَّهَا
بَعْدَ إِذْ حَرَّمَهَا.
“Demi Allah Swt., bila ketahuan olehku seseorang kawin kontrak
padahal sudah muhshan (pernah nikah) niscaya aku rajam ia dengan
bebatuan, kecuali jika ia datangkan 4 saksi bahwa Rasulullah saw. telah
menghalalkannya lagi setelah mengharamkannya.” Riwayat Ibnu Majah
3/138.
أَيُّمَا شَابٍ تَزَوَّجَ فَي حَداَثَةِ سِنِّهِ عَجَّ
شَيْطَانُهُ يَا وَيْلَهُ عَصَمَ مِنيِّ دِيْنَهُ (ع) عَنْ جَابِرٍ
(ضَعِيْفٌ)
“Siapapun pemuda menikah di usia dini, niscaya setannya menjerit:
Celaka! Dia telah menjaga agamanya dariku.” HR Abu Ya’la, dha’if.Hadits ini memang dha’if sanadnya namun maknanya kuat. Bahwa setan benci jika ada yang menikah adalah benar, sebab setan senang bila ada yang cerai:
إِنَّ إِبْلِيسَ يَضَعُ عَرْشَهُ عَلَى الْمَاءِ ثُمَّ
يَبْعَثُ سَرَايَاهُ فَأَدْنَاهُمْ مِنْهُ مَنْزِلَةً أَعْظَمُهُمْ
فِتْنَةً يَجِىءُ أَحَدُهُمْ فَيَقُولُ فَعَلْتُ كَذَا وَكَذَا فَيَقُولُ
مَا صَنَعْتَ شَيْئًا قَالَ ثُمَّ يَجِىءُ أَحَدُهُمْ فَيَقُولُ مَا
تَرَكْتُهُ حَتَّى فَرَّقْتُ بَيْنَهُ وَبَيْنَ امْرَأَتِهِ - قَالَ –
فَيُدْنِيهِ مِنْهُ وَيَقُولُ نِعْمَ أَنْتَ ». قَالَ الأَعْمَشُ أُرَاهُ
قَالَ « فَيَلْتَزِمُهُ.
"Sesungguhnya Iblis meletakkan singgasananya di atas air lalu
mengirim bala tentaranya, (setan) yang kedudukannya paling rendah bagi
Iblis adalah yang paling besar godaannya. Salah satu di antara mereka
datang lalu berkata: 'Aku telah melakukan ini dan itu.' Iblis menjawab:
'Kau tidak melakukan apapun.' Lalu yang lain datang dan berkata: 'Aku
tidak meninggalkannya hingga aku memisahkannya dengan istrinya.' Beliau
bersabda: "Iblis mendekatkannya kepada dirinya lalu memuji: 'Bagus kamu." HR Muslim 8/138.
إِذَا تَزَوَّجَ أَحَدُكُمْ فَلْيَقُلْ لَهُ : بَارَكَ اللهُ لَكَ وَ بَارَكَ عَلَيْكَ
“Jika seseorang nikah, hendaklah didoakan: Semoga Allah memberkahimu dan melimpahkan berkah di atasmu.” HR Thabarani. (SJS: Shahih Jami’ Shaghir 428)
كَانَ إِذَا رَفَأَ اْلإِنْسَانَ إِذَا تَزَوَّجَ قَالَ : بَارَكَ اللهُ لَكَ وَ بَارَكَ عَلَيْكَ وَ جَمَعَ بَيْنَكُمَا فِي خَيْرٍ
“Nabi saw. jika mendoakan orang menikah bersabda: Semoga Allah
memberkahi anda, melimpahkan berkah pada Anda, dan mengumpulkan kalian
berdua dalam kebaikan.” HR Imam 4, SJS 4729.
إِذَا تَزَوَّجَ الْعَبْدُ فَقَدِ اسْتَكْمَلَ نِصْفُ الدِّيْنِ فَلْيَتَّقِ اللهَ فِي النِّصْفِ الْبَاقِي
“Jika seorang hamba (Allah Swt.) menikah, berarti telah
menyempurnakan separuh agama, maka hendaklah bertaqwa kepada Allah Swt.
pada separuh sisanya.” HR Baihaqi, SJS 430.
النِّكَاحُ مِنْ سُنَّتِي، فَمَنْ لَمْ يَعْمَلْ بِسُنَّتِي فَلَيْسَ مِنِّي
“Nikah itu termasuk sunnahku. Siapapun yang tidak mengamalkan sunnahku, berarti bukan termasuk dariku.” HR IbnuMajah 3/54.
تَزَوَّجُوا، فَإِنِّي مُكَاثِرٌ بِكُمُ الأُمَمَ
“Nikahlah kalian, sebab aku akan berbangga kepada umat-umat lain dengan jumlah kalian.” HR Ibnu Majah 3/54.
مَنْ كَانَ ذَا طَوْلٍ فَلْيَنْكِحْ، وَمَنْ لَمْ يَجِدْ فَعَلَيْهِ بِالصِّيَامِ، فَإِنَّ الصَّوْمَ لَهُ وِجَاءٌ.
“Siapapun yang memiliki kemampuan, hendaklah menikah. Siapapun yang
tidak memiliki kemampuan, hendaklah shaum(puasa) sebab shaum bagaikan kebiri
baginya(Bisa mengurang Syahwat).”HR IbnuMajah 3/54.
مَنْ أَعْطَى ِللهِ وَمَنَعَ ِللهِ وَأَحَبَّ ِللهِ وَأَبْغَضَ ِللهِ وَأَنْكَحَ ِللهِ فَقَدِ اسْتَكْمَلَ إِيمَانَهُ
“Siapapun memberi karena Allah Swt., mencegah karena Allah Swt.,
cinta karena Allah Swt., benci karena Allah Swt., dan menikahkan orang
juga karena Allah Swt., niscaya dia telah menyempurnakan imannya.” HR
Tarmidzi 9/438; hasan.
تُنْكَحُ الْمَرْأَةُ ِلأَرْبَعٍ لِمَالِهَا وَلِحَسَبِهَا
وَلِجَمَالِهَا وَلِدِينِهَا فَاظْفَرْ بِذَاتِ الدِّينِ تَرِبَتْ يَدَاكَ.
“Wanita biasa dinikahi karena 4 hal: hartanya, kedudukannya,
cantiknya, atau agamanya. Maka raihlah wanita yang memiliki agama,
niscaya beruntung besar Anda.” HR Bukhari 7/9.
عَلَيْكُمْ بِشَوَابِ النِّسَاءِ فَإِنَّهُنَّ أَطْيَبُ أَفْوَاهًا وَ أَنْتَقُ أَرْحَامًا وَ أَسْخَنُ أَقْبَالاً
“Hendaklah kalian nikahi wanita muda, sebab mereka lebih harum mulutnya, lebih subur rahimnya, dan lebih hangat kemaluannya.” HR Syirazi dalam Alqab; SJS 4078.
ثَلاَثَةٌ حَقٌّ عَلَى اللهِ عَوْنُهُمُ الْمُجَاهِدُ فِى
سَبِيلِ اللهِ وَالْمُكَاتَبُ الَّذِى يُرِيدُ الأَدَاءَ وَالنَّاكِحُ
الَّذِى يُرِيدُ الْعَفَافَ
“3 orang, Allah Swt. pasti menolong mereka: mujahid fi sabilillah, budak yang memerdekakan dirinya dengan tebusan, dan orang yang menikah ingin menjaga dirinya (dari dosa).” HR Tarmidzi 6/410; hasan.
تَزَوَّجْ وَ لَوْ بِخَاتَمٍ مِنْ حَدِيْدٍ
“Menikahlah walau dengan mahar 1 cincin besi.”HR Bukhari; SJS 2938.
أَنَّ امْرَأَةً مِنْ فَزَارَةَ تَزَوَّجَتْ عَلَى نَعْلَيْنِ
فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَرَضِيْتِ مِنْ
نَفْسِِكِ وَمَالِكِ بِنَعْلَيْنِ؟ قَالَتْ نَعَمْ قَالَ فَأَجَازَهُ
Bahwa seorang wanita dari Fazarah menikah dengan mahar sandal. Maka
Rasulullah saw. bertanya, “Benarkah Anda rela untuk diri dan hartamu
dengan dimahari sandal?” Ya, jawabnya. Maka beliau pun melangsungkan pernikahan itu. HR Tarmidzi 3/420.Hadits ini dha’if, tetapi memang mahar dalam Islam tidak dibatasi kecil dan besarnya, maka tetap boleh mahar berupa sandal baik jepit maupun bukan, asal akhwatnya mau.
لَمَّا تَزَوَّجَ عَلِيٌّ فَاطِمَةَ قَالَ لَهُ رَسُولُ اللهِ
صلى الله عليه وسلم: أَعْطِهَا شَيْئًا، قَالَ: مَا عِنْدِ يشَيْءٌ،
قَالَ: أَيْنَ دِرْعُكَ الْحُطَمِيَّةُ؟.
Saat ‘Ali menikahi Fathimah (putrid Nabi saw), beliau bersabda
kepadanya, “Berikan kepadanya suatu mahar.” “Aku tak punya sesuatu,”
jawab ‘Ali. Sabda beliau, “Mana baju besi huthamiyah milikmu itu?” HR Abu Dawud 2/240.
كَانَ صَدَاقُهُ ِلأَزْوَاجِهِ اِثْنَتَىْ عَشْرَةَ
أُوقِيَّةً وَنَشًّا. قَالَتْ أَتَدْرِى مَا النَّشُّ قَالَ قُلْتُ لاَ.
قَالَتْ نِصْفُ أُوقِيَّةٍ. فَتِلْكَ خَمْسُ مِائَةِ دِرْهَمٍ فَهَذَا
صَدَاقُ رَسُولِ اللهِ –صلى الله عليه وسلم- ِلأَزْوَاجِهِ.
Mahar Nabi saw untuk para istri beliau adalah 12 uqiyah plus 1 nasy. Yaitu 0.5 uqiyah. Jadi totalnya 500 dirham. HR Muslim 4/144.Dirham sekarang sekitar 50.000. maka 500 dirham adalah: 25.000.000 (25 juta). Wallahu A’lam.
وَاللهُ تَعَالَى أَعْلَمُ وَعِلْمُهُ أَتَمُّ وَالْحَمْدُ ِللهِ عَلَى مَا أَفَاضَ عَلَيْنَا مِنَ الْعِلْمِ وَالنِّعَمِ
|
||
Abdullah Ibnu Mas'ud Radliyallaahu 'anhu berkata:
Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda pada kami:
"Wahai generasi muda, barangsiapa di antara kamu telah mampu
berkeluarga hendaknya ia kawin, karena ia dapat menundukkan
pandangan dan memelihara kemaluan. Barangsiapa belum mampu
hendaknya berpuasa, sebab ia dapat mengendalikanmu." Muttafaq
Alaihi.
|
َعَنْ
عَبْدِ اَللَّهِ بْنِ مَسْعُودٍ رضي الله عنه قَالَ لَنَا رَسُولُ
اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم ( يَا مَعْشَرَ اَلشَّبَابِ ! مَنِ
اسْتَطَاعَ مِنْكُمُ اَلْبَاءَةَ فَلْيَتَزَوَّجْ , فَإِنَّهُ أَغَضُّ
لِلْبَصَرِ , وَأَحْصَنُ لِلْفَرْجِ , وَمَنْ لَمْ يَسْتَطِعْ
فَعَلَيْهِ بِالصَّوْمِ ; فَإِنَّهُ لَهُ وِجَاءٌ ) مُتَّفَقٌ
عَلَيْهِ
|
|
Hadits No. 994 | ||
Dari Anas Ibnu Malik Radliyallaahu
'anhu bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam setelah memuji
Allah dan menyanjung-Nya bersabda: "Tetapi aku sholat, tidur,
berpuasa, berbuka, dan mengawini perempuan. Barangsiapa membenci
sunnahku, ia tidak termasuk ummatku." Muttafaq
Alaihi.
|
َوَعَنْ
أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رضي الله عنه ( أَنَّ اَلنَّبِيَّ صلى الله عليه
وسلم حَمِدَ اَللَّهَ , وَأَثْنَى عَلَيْهِ , وَقَالَ : لَكِنِّي
أَنَا أُصَلِّي وَأَنَامُ , وَأَصُومُ وَأُفْطِرُ , وَأَتَزَوَّجُ
اَلنِّسَاءَ , فَمَنْ رَغِبَ عَنْ سُنَّتِي فَلَيْسَ مِنِّي )
مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ
|
|
Hadits No. 995 | ||
Anas Ibnu Malik Radliyallaahu
'anhu berkata: Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam
memerintahkan kami berkeluarga dan sangat melarang kami membujang.
Beliau bersabda: "Nikahilah perempuan yang subur dan penyayang,
sebab dengan jumlahmu yang banyak aku akan berbangga di hadapan
para Nabi pada hari kiamat." Riwayat Ahmad. Hadits shahih menurut
Ibnu Hibban.
|
َوَعَنْهُ
قَالَ : ( كَانَ رَسُولُ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم يَأْمُرُ
بِالْبَاءَةِ , وَيَنْهَى عَنِ التَّبَتُّلِ نَهْيًا شَدِيدًا ,
وَيَقُولُ : تَزَوَّجُوا اَلْوَدُودَ اَلْوَلُودَ إِنِّي مُكَاثِرٌ
بِكُمُ اَلْأَنْبِيَاءَ يَوْمَ اَلْقِيَامَةِ ) رَوَاهُ
أَحْمَدُ , وَصَحَّحَهُ اِبْنُ حِبَّانَ
|
|
Hadits No. 996 | ||
Hadits itu mempunyai saksi menurut
riwayat Abu Dawud, Nasa'i dan Ibnu Hibban dari hadits Ma'qil Ibnu
Yasar.
|
َوَلَهُ
شَاهِدٌ : عِنْدَ أَبِي دَاوُدَ , وَالنَّسَائِيِّ , وَابْنِ حِبَّانَ
أَيْضًا مِنْ حَدِيثِ مَعْقِلِ بْنِ يَسَارٍ
|
|
Hadits No. 997 | ||
Dari Abu Hurairah Radliyallaahu
'anhu bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda:
"Perempuan itu dinikahi karena empat hal, yaitu: harta, keturunan,
kecantikan, dan agamanya. Dapatkanlah wanita yang taat beragama,
engkau akan berbahagia." Muttafaq Alaihi dan Imam
Lima.
|
َوَعَنْ
أَبِي هُرَيْرَةَ رضي الله عنه عَنِ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم
قَالَ : ( تُنْكَحُ اَلْمَرْأَةُ لِأَرْبَعٍ : لِمَالِهَا ,
وَلِحَسَبِهَا , وَلِجَمَالِهَا , وَلِدِينِهَا , فَاظْفَرْ بِذَاتِ
اَلدِّينِ تَرِبَتْ يَدَاكَ ) مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ مَعَ
بَقِيَّةِ اَلسَّبْعَةِ
|
|
Hadits No. 998 | ||
Dari Abu Hurairah Radliyallaahu
'anhu bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bila mendoakan
seseorang yang nikah, beliau bersabda: "Semoga Allah memberkahimu
dan menetapkan berkah atasmu, serta mengumpulkan engkau berdua
dalam kebaikan." Riwayat Ahmad dan Imam Empat. Hadits shahih
menurut Tirmidzi, Ibnu Khuzaimah dan Ibnu Hibban.
|
َوَعَنْهُ
; أَنَّ اَلنَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم كَانَ إِذَا رَفَّأَ
إِنْسَانًا إِذَا تَزَوَّجَ قَالَ : ( بَارَكَ اَللَّهُ لَكَ ,
وَبَارَكَ عَلَيْكَ , وَجَمَعَ بَيْنَكُمَا فِي خَيْرٍ )
رَوَاهُ أَحْمَدُ , وَالْأَرْبَعَةُ , وَصَحَّحَهُ اَلتِّرْمِذِيُّ ,
وَابْنُ خُزَيْمَةَ , وَابْنُ حِبَّانَ
|
|
Hadits No. 999 | ||
Abdullah Ibnu Mas'ud berkata:
Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam mengajari kami khutbah
pada suatu hajat: (artinya = Sesungguhnya segala puji bagi Allah,
kami memuji-Nya, kami meminta pertolongan dan ampunan kepada-Nya,
kami berlindung kepada Allah dari kejahatan diri kami. Barangsiapa
mendapat hidayah Allah tak ada orang yang dapat menyesatkannya.
Barangsiapa disesatkan Allah, tak ada yang kuasa memberinya
petunjuk. Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan aku
bersaksi bahwa Muhammad itu hamba-Nya dan utusan-Nya) dan membaca
tiga ayat. Riwayat Ahmad dan Imam Empat. Hadits hasan menurut
Tirmidzi dan Hakim.
|
َوَعَنْ
عَبْدِ اَللَّهِ بْنِ مَسْعُودٍ رضي الله عنه قَالَ : ( عَلَّمَنَا
رَسُولُ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم اَلتَّشَهُّدَ فِي اَلْحَاجَةِ :
إِنَّ اَلْحَمْدَ لِلَّهِ , نَحْمَدُهُ , وَنَسْتَعِينُهُ ,
وَنَسْتَغْفِرُهُ , وَنَعُوذُ بِاَللَّهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا ,
مَنْ يَهْدِهِ اَللَّهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ , وَأَشْهَدُ أَنْ لَا
إِلَهَ إِلَّا اَللَّهُ , وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ
وَرَسُولُهُ وَيَقْرَأُ ثَلَاثَ آيَاتٍ ) رَوَاهُ أَحْمَدُ ,
وَالْأَرْبَعَةُ , وَحَسَّنَهُ اَلتِّرْمِذِيُّ ,
وَالْحَاكِمُ
|
|
Hadits No. 1000 | ||
Dari Jabir bahwa Rasulullah
Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Apabila salah seorang di
antara kamu melamar perempuan, jika ia bisa memandang bagian
tubuhnya yang menarik untuk dinikahi, hendaknya ia lakukan."
Riwayat Ahmad dan Abu Dawud dengan perawi-perawi yang dapat
dipercaya. Hadits shahih menurut Hakim.
|
َوَعَنْ
جَابِرٍ رضي الله عنه قَالَ : قَالَ رَسُولُ اَللَّهِ صلى الله عليه
وسلم ( إِذَا خَطَبَ أَحَدُكُمُ الْمَرْأَةَ , فَإِنْ اِسْتَطَاعَ
أَنْ يَنْظُرَ مِنْهَا مَا يَدْعُوهُ إِلَى نِكَاحِهَا , فَلْيَفْعَلْ
) رَوَاهُ أَحْمَدُ , وَأَبُو دَاوُدَ , وَرِجَالُهُ ثِقَاتٌ ,
وَصَحَّحَهُ اَلْحَاكِمُ
|
|
Hadits No. 1001 | ||
Hadits itu mempunyai saksi dari
hadits riwayat Tirmidzi dan Nasa'i dari al-Mughirah.
|
َوَلَهُ
شَاهِدٌ : عِنْدَ اَلتِّرْمِذِيِّ , وَالنَّسَائِيِّ ; عَنِ
الْمُغِيرَةِ
|
|
Hadits No. 1002 | ||
Begitu pula riwayat Ibnu Majah dan
Ibnu Hibban dari hadits Muhammad Ibnu Maslamah.
|
َوَعِنْدَ
اِبْنِ مَاجَهْ , وَابْنِ حِبَّانَ : مِنْ حَدِيثِ مُحَمَّدِ بْنِ
مَسْلَمَةَ
|
|
Hadits No. 1003 | ||
Menurut riwayat Muslim dari Abu
Hurairah bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam pernah bertanya
kepada seseorang yang akan menikahi seorang wanita: "Apakah engkau
telah melihatnya?" Ia menjawab: Belum. Beliau bersabda: "Pergi dan
lihatlah dia."
|
َوَلِمُسْلِمٍ
: عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رضي الله عنه ( أَنَّ اَلنَّبِيَّ صلى الله
عليه وسلم قَالَ لِرَجُلٍ تَزَوَّجَ اِمْرَأَةً : أَنَظَرْتَ
إِلَيْهَا ? قَالَ : لَا . قَالَ : اِذْهَبْ فَانْظُرْ إِلَيْهَا
)
|
|
Hadits No. 1004 | ||
Dari Ibnu Umar Radliyallaahu 'anhu
bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda:
"Janganlah seseorang di antara kamu melamar seseorang yang sedang
dilamar saudaranya, hingga pelamar pertama meninggalkan atau
mengizinkannya." Muttafaq Alaihi dan lafadznya menurut
Bukhari.
|
َوَعَنِ
ابْنِ عُمَرَ - رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهُمَا- قَالَ : قَالَ رَسُولُ
اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم ( لَا يَخْطُبْ بَعْضُكُمْ عَلَى
خِطْبَةِ أَخِيهِ , حَتَّى يَتْرُكَ اَلْخَاطِبُ قَبْلَهُ , أَوْ
يَأْذَنَ لَهُ اَلْخَاطِبُ ) مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ , وَاللَّفْظُ
لِلْبُخَارِيِّ
|
|
Hadits No. 1005 | ||
Sahal Ibnu Sa'ad al-Sa'idy
Radliyallaahu 'anhu berkata: Ada seorang wanita menemui Rasulullah
Shallallaahu 'alaihi wa Sallam dan berkata: Wahai Rasulullah
Shallallaahu 'alaihi wa Sallam, aku datang untuk menghibahkan
diriku pada baginda. Lalu Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam
memandangnya dengan penuh perhatian, kemudian beliau menganggukkan
kepalanya. Ketika perempuan itu mengerti bahwa beliau tidak
menghendakinya sama sekali, ia duduk. Berdirilah seorang shahabat
dan berkata: "Wahai Rasulullah, jika baginda tidak menginginkannya,
nikahkanlah aku dengannya. Beliau bersabda: "Apakah engkau
mempunyai sesuatu?" Dia menjawab: Demi Allah tidak, wahai
Rasulullah. Beliau bersabda: "Pergilah ke keluargamu, lalu
lihatlah, apakah engkau mempunyai sesuatu." Ia pergi, kemudian
kembali dam berkata: Demi Allah, tidak, aku tidak mempunyai
sesuatu. Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda:
"Carilah, walaupun hanya sebuah cincin dari besi." Ia pergi,
kemudian kembali lagi dan berkata: Demi Allah tidak ada, wahai
Rasulullah, walaupun hanya sebuah cincin dari besi, tetapi ini
kainku -Sahal berkata: Ia mempunyai selendang -yang setengah
untuknya (perempuan itu). Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam
bersabda: "Apa yang engkau akan lakukan dengan kainmu? Jika engkau
memakainya, Ia tidak kebagian apa-apa dari kain itu dan jika ia
memakainya, engkau tidak kebagian apa-apa." Lalu orang itu duduk.
Setelah duduk lama, ia berdiri. Ketika Rasulullah Shallallaahu
'alaihi wa Sallam melihatnya berpaling, beliau memerintah untuk
memanggilnya. Setelah ia datang, beliau bertanya: "Apakah engkau
mempunyai hafalan Qur'an?" Ia menjawab: Aku hafal surat ini dan
itu. Beliau bertanya: "Apakah engkau menghafalnya di luar kepala?"
Ia menjawab: Ya. Beliau bersabda: "Pergilah, aku telah berikan
wanita itu padamu dengan hafalan Qur'an yang engkau miliki."
Muttafaq Alaihi dan lafadznya menurut Muslim. Dalam suatu riwayat:
Beliau bersabda padanya: "berangkatlah, aku telah nikahkan ia
denganmu dan ajarilah ia al-Qur'an." Menurut riwayat Bukhari: "Aku
serahkan ia kepadamu dengan (maskawin) al-Qur'an yang telah engkau
hafal."
|
َوَعَنْ سَهْلِ
بْنِ سَعْدٍ اَلسَّاعِدِيِّ - رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهُمَا- قَالَ : (
جَاءَتِ امْرَأَةٌ إِلَى رَسُولِ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم
فَقَالَتْ : يَا رَسُولَ اَللَّهِ ! جِئْتُ أَهَبُ لَكَ نَفْسِي ,
فَنَظَرَ إِلَيْهَا رَسُولُ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم فَصَعَّدَ
اَلنَّظَرَ فِيهَا , وَصَوَّبَهُ , ثُمَّ طَأْطَأَ رَسُولُ اَللَّهِ
صلى الله عليه وسلم رَأْسَهُ , فَلَمَّا رَأَتْ اَلْمَرْأَةُ أَنَّهُ
لَمْ يَقْضِ فِيهَا شَيْئًا جَلَسَتْ , فَقَامَ رَجُلٌ مِنْ
أَصْحَابِهِ. فَقَالَ : يَا رَسُولَ اَللَّهِ ! إِنْ لَمْ يَكُنْ لَكَ
بِهَا حَاجَةٌ فَزَوِّجْنِيهَا. قَالَ : فَهَلْ عِنْدكَ مِنْ شَيْءٍ ?
فَقَالَ : لَا , وَاَللَّهِ يَا رَسُولَ اَللَّهِ. فَقَالَ : اِذْهَبْ
إِلَى أَهْلِكَ , فَانْظُرْ هَلْ تَجِدُ شَيْئًا ? فَذَهَبَ , ثُمَّ
رَجَعَ ? فَقَالَ : لَا , وَاَللَّهِ يَا رَسُولَ اَللَّهِ، مَا
وَجَدْتُ شَيْئًا. فَقَالَ رَسُولُ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم
انْظُرْ وَلَوْ خَاتَمًا مِنْ حَدِيدٍ، فَذَهَبَ، ثُمَّ رَجَعَ.
فَقَالَ : لَا وَاَللَّهِ , يَا رَسُولَ اَللَّهِ , وَلَا خَاتَمًا
مِنْ حَدِيدٍ , وَلَكِنْ هَذَا إِزَارِي - قَالَ سَهْلٌ : مَالُهُ
رِدَاءٌ - فَلَهَا نِصْفُهُ. فَقَالَ رَسُولُ اَللَّهِ صلى الله عليه
وسلم مَا تَصْنَعُ بِإِزَارِكَ ? إِنْ لَبِسْتَهُ لَمْ يَكُنْ
عَلَيْهَا مِنْهُ شَيْءٌ، وَإِنْ لَبِسَتْهُ لَمْ يَكُنْ عَلَيْكَ
شَيْءٌ فَجَلَسَ اَلرَّجُلُ , وَحَتَّى إِذَا طَالَ مَجْلِسُهُ قَامَ
; فَرَآهُ رَسُولُ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم مُوَلِّيًا , فَأَمَرَ
بِهِ , فَدُعِيَ لَهُ , فَلَمَّا جَاءَ. قَالَ :
مَاذَا مَعَكَ مِنَ الْقُرْآنِ ? قَالَ : مَعِي سُورَةُ كَذَا ,
وَسُورَةُ كَذَا , عَدَّدَهَا فَقَالَ : تَقْرَؤُهُنَّ عَنْ ظَهْرِ
قَلْبِكَ ? قَالَ : نَعَمْ , قَالَ : اِذْهَبْ , فَقَدَ
مَلَّكْتُكَهَا بِمَا مَعَكَ مِنَ الْقُرْآنِ ) مُتَّفَقٌ
عَلَيْهِ , وَاللَّفْظُ لِمُسْلِمٍ وَفِي رِوَايَةٍ لَهُ : (
اِنْطَلِقْ , فَقَدْ زَوَّجْتُكَهَا , فَعَلِّمْهَا مِنَ الْقُرْآنِ )
وَفِي رِوَايَةٍ لِلْبُخَارِيِّ : ( أَمْكَنَّاكَهَا بِمَا مَعَكَ
مِنَ الْقُرْآنِ )
|
|
Hadits No. 1006 | ||
Menurut riwayat Abu Dawud dari Abu
Hurairah Radliyallaahu 'anhu beliau bersabda: "Surat apa yang
engkau hafal?". Ia menjawab: Surat al-Baqarah dan sesudahnya.
Beliau bersabda: "Berdirilah dan ajarkanlah ia dua puluh
ayat."
|
َوَلِأَبِي
دَاوُدَ : عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ : ( مَا تَحْفَظُ ? قَالَ :
سُورَةَ اَلْبَقَرَةِ , وَاَلَّتِي تَلِيهَا. قَالَ : قُمْ
فَعَلِّمْهَا عِشْرِينَ آيَةً )
|
|
Hadits No. 1007 | ||
Dari Amir Ibnu Abdullah Ibnu
al-Zubair, dari ayahnya Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah
Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Sebarkanlah berita
pernikahan." Riwayat Ahmad. Hadits shahih menurut
Hakim.
|
َوَعَنْ
عَامِرِ بْنِ عَبْدِ اَللَّهِ بْنِ اَلزُّبَيْرِ , عَنْ أَبِيهِ ;
أَنَّ رَسُولَ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم قَالَ : ( أَعْلِنُوا
اَلنِّكَاحَ ) رَوَاهُ أَحْمَدُ , وَصَحَّحَهُ
اَلْحَاكِمُ
|
|
Hadits No. 1008 | ||
Dari Abu Burdah Ibnu Abu Musa,
dari ayahnya Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu
'alaihi wa Sallam bersabda: "Tidak sah nikah kecuali dengan wali."
Riwayat Ahmad dan Imam Empat. Hadits shahih menurut Ibnu al-Madiny,
Tirmidzi, dan Ibnu Hibban. Sebagian menilainya hadits
mursal.
|
َوَعَنْ
أَبِي بُرْدَةَ بْنِ أَبِي مُوسَى , عَنْ أَبِيهِ قَالَ : قَالَ
رَسُولُ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم ( لَا نِكَاحَ إِلَّا بِوَلِيٍّ
) رَوَاهُ أَحْمَدُ وَالْأَرْبَعَةُ وَصَحَّحَهُ اِبْنُ
اَلْمَدِينِيِّ , وَاَلتِّرْمِذِيُّ , وَابْنُ حِبَّانَ , وَأُعِلَّ
بِالْإِرْسَالِ
|
|
Hadits No. 1009 | ||
Imam Ahmad meriwayatkan hadits marfu' dari Hasan, dari Imran
Ibnu al-Hushoin: "Tidak sah nikah kecuali dengan seorang wali dan
dua orang saksi."
|
َوَرَوَى
اْلإِمَامُ أَحْمَدُ عَنِ الْحَسَنِ عَنْ عِمْرَانَ ابْنِ الْحُصَيْنِ
مَرْفُوْعًا ( لاَنِكَاحَ إِلاَّ بِوَلِيٍّ
وَشَاهِدَيْنِ
|
|
Hadits No. 1010 | ||
Dari 'Aisyah Radliyallaahu 'anhu
bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda:
"Perempuan yang nikah tanpa izin walinya, maka nikahnya batil. Jika
sang laki-laki telah mencampurinya, maka ia wajib membayar maskawin
untuk kehormatan yang telah dihalalkan darinya, dan jika mereka
bertengkar maka penguasa dapat menjadi wali bagi wanita yang tidak
mempunyai wali." Dikeluarkan oleh Imam Empat kecuali Nasa'i. Hadits
shahih menurut Ibnu Uwanah, Ibnu Hibban, dan Hakim.
|
َوَعَنْ
عَائِشَةَ رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ : قَالَ رَسُولُ اَللَّهِ
صلى الله عليه وسلم ( أَيُّمَا اِمْرَأَةٍ نَكَحَتْ بِغَيْرِ إِذْنِ
وَلِيِّهَا, فَنِكَاحُهَا بَاطِلٌ, فَإِنْ دَخَلَ بِهَا فَلَهَا
اَلْمَهْرُ بِمَا اِسْتَحَلَّ مِنْ فَرْجِهَا, فَإِنِ اشْتَجَرُوا
فَالسُّلْطَانُ وَلِيُّ مَنْ لَا وَلِيَّ لَهُ ) أَخْرَجَهُ
اَلْأَرْبَعَةُ إِلَّا النَّسَائِيَّ, وَصَحَّحَهُ أَبُو عَوَانَةَ ,
وَابْنُ حِبَّانَ وَالْحَاكِمُ
|
|
Hadits No. 1011 | ||
Dari Abu Hurairah Radliyallaahu
'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda:
"Seorang janda tidak boleh dinikahkan kecuali setelah diajak
berembuk dan seorang gadis tidak boleh dinikahkan kecuali setelah
diminta izinnya." Mereka bertanya: Wahai Rasulullah, bagaimana
izinnya? Beliau bersabda: "Ia diam." Muttafaq Alaihi.
|
َوَعَنْ
أَبِي هُرَيْرَةَ رضي الله عنه أَنَّ رَسُولَ اَللَّهِ صلى الله عليه
وسلم قَالَ : ( لَا تُنْكَحُ اَلْأَيِّمُ حَتَّى تُسْتَأْمَرَ, وَلَا
تُنْكَحُ اَلْبِكْرُ حَتَّى تُسْـتَأْذَنَ قَالُوا : يَا رَسُولَ
اَللَّهِ , وَكَيْفَ إِذْنُهَا ? قَالَ : أَنْ تَسْكُتَ )
مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ
|
|
Hadits No. 1012 | ||
Dari Ibnu Abbas bahwa Nabi
Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Seorang janda lebih
berhak menentukan (pilihan) dirinya daripada walinya dan seorang
gadis diajak berembuk, dan tanda izinnya adalah diamnya." Riwayat
Imam Muslim. Dalam lafaz lain disebutkan, "Tidak ada perintah bagi
wali terhadap janda, dan anak yatim harus diajak berembuk." Riwayat
Abu Dawud dan Nasa'i. Hadits shahih menurut Ibnu
Hibban.
|
َوَعَنْ
اِبْنِ عَبَّاسٍ رضي الله عنه أَنَّ اَلنَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم
قَالَ ( اَلثَّيِّبُ أَحَقُّ بِنَفْسِهَا مِنْ وَلِيِّهَا ,
وَالْبِكْرُ تُسْتَأْمَرُ , وَإِذْنُهَا سُكُوتُهَا ) رَوَاهُ
مُسْلِمٌ. وَفِي لَفْظٍ : ( لَيْسَ لِلْوَلِيِّ مَعَ اَلثَّيِّبِ
أَمْرٌ, وَالْيَتِيمَةُ تُسْتَأْمَرُ ) رَوَاهُ أَبُو دَاوُدَ ,
وَالنَّسَائِيُّ , وَصَحَّحَهُ اِبْنُ حِبَّانَ
|
|
Hadits No. 1013 | ||
Dari Abu Hurairah Radliyallaahu
'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda:
"Perempuan tidak boleh menikahkan perempuan lainnya, dan tidak
boleh pula menikahkan dirinya." Riwayat Ibnu Majah dan Daruquthni
dengan perawi-perawi yang dapat dipercaya.
|
َوَعَنْ
أَبِي هُرَيْرَةَ رضي الله عنه قَالَ : قَالَ رَسُولُ اَللَّهِ صلى
الله عليه وسلم ( لَا تُزَوِّجُ اَلْمَرْأَةُ اَلْمَرْأَةَ, وَلَا
تُزَوِّجُ اَلْمَرْأَةُ نَفْسَهَا ) رَوَاهُ اِبْنُ مَاجَهْ ,
وَاَلدَّارَقُطْنِيُّ , وَرِجَالُهُ ثِقَاتٌ
|
|
Hadits No. 1014 | ||
Nafi' dari Umar Radliyallaahu
'anhu berkata: Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam melarang
perkawinan syighar. Syighar ialah seseorang menikahkan puterinya
kepada orang lain dengan syarat orang itu menikahkan puterinya
kepadanya, dan keduanya tidak menggunakan maskawin. Muttafaq
Alaihi. Bukhari-Muslim dari jalan lain bersepakat bahwa penafsiran
"Syighar" di atas adalah dari ucapan Nafi'.
|
َوَعَنْ
نَافِعٍ , عَنْ اِبْنِ عُمَرَ قَالَ : ( نَهَى رَسُولُ اَللَّهِ صلى
الله عليه وسلم عَنِ الشِّغَارِ ; وَالشِّغَارُ: أَنْ يُزَوِّجَ
اَلرَّجُلُ اِبْنَتَهُ عَلَى أَنْ يُزَوِّجَهُ اَلْآخَرُ اِبْنَتَهُ ,
وَلَيْسَ بَيْنَهُمَا صَدَاقٌ ) مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ وَاتَّفَقَا
مِنْ وَجْهٍ آخَرَ عَلَى أَنَّ تَفْسِيرَ اَلشِّغَارِ مِنْ كَلَامِ
نَافِعٍ
|
|
Hadits No. 1015 | ||
Dari Ibnu Abbas Radliyallaahu
'anhu bahwa ada seorang gadis menemui Nabi Shallallaahu 'alaihi wa
Sallam lalu bercerita bahwa ayahnya menikahkannya dengan orang yang
tidak ia sukai. Maka Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam
memberi hak kepadanya untuk memilih. Riwayat Ahmad, Abu Dawud, dan
Ibnu Majah. Ada yang menilainya hadits mursal.
|
َوَعَنِ
ابْنِ عَبَّاسٍ - رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهُمَا- ( أَنَّ جَارِيَةً
بِكْرًا أَتَتِ النَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم فَذَكَرَتْ: أَنَّ
أَبَاهَا زَوَّجَهَا وَهِيَ كَارِهَةٌ , فَخَيَّرَهَا اَلنَّبِيُّ صلى
الله عليه وسلم ) رَوَاهُ أَحْمَدُ , وَأَبُو دَاوُدَ , وَابْنُ
مَاجَهْ , وَأُعِلَّ بِالْإِرْسَالِ
|
|
Hadits No. 1016 | ||
Dari Hasan, dari Madlmarah
Radliyallaahu 'anhu bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam
bersabda: "Seorang perempuan yang dinikahkan oleh dua orang wali,
ia milik wali pertama." Riwayat Ahmad dan Imam Empat. Hadits hasan
menurut Tirmidzi.
|
َوَعَنْ
اَلْحَسَنِ , عَنْ سَمُرَةَ , عَنِ اَلنَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم
قَالَ : ( أَيُّمَا اِمْرَأَةٍ زَوَّجَهَا وَلِيَّانِ , فَهِيَ
لِلْأَوَّلِ مِنْهُمَا ) رَوَاهُ أَحْمَدُ , وَالْأَرْبَعَةُ ,
وَحَسَّنَهُ اَلتِّرْمِذِيُّ
|
|
Hadits No. 1017 | ||
Dari Jabir Radliyallaahu 'anhu
bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Seorang
budak yang menikah tanpa izin dari tuannya atau keluarganya, maka
ia dianggap berzina." Riwayat Ahmad, Abu Dawud, dan Tirmidzi.
Hadits shahih menurut Tirmidzi dan Ibnu Hibban.
|
َوَعَنْ
جَابِرٍ قَالَ : قَالَ رَسُولُ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم (
أَيُّمَا عَبْدٍ تَزَوَّجَ بِغَيْرِ إِذْنِ مَوَالِيهِ أَوْ أَهْلِهِ
, فَهُوَ عَاهِرٌ ) رَوَاهُ أَحْمَدُ , وَأَبُو دَاوُدَ ,
وَاَلتِّرْمِذِيُّ وَصَحَّحَهُ , وَكَذَلِكَ اِبْنُ
حِبَّانَ
|
|
Hadits No. 1018 | ||
Dari Abu Hurairah Radliyallaahu
'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda:
"Tidak boleh dimadu antara seorang perempuan dengan saudara
perempuan ayahnya dan antara seorang perempuan dengan saudara
perempuan ibunya." Muttafaq Alaihi.
|
َوَعَنْ
أَبِي هُرَيْرَةَ رضي الله عنه أَنَّ اَلنَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم
قَالَ : ( لَا يُجْمَعُ بَيْنَ اَلْمَرْأَةِ وَعَمَّتِهَا , وَلَا
بَيْنَ اَلْمَرْأَةِ وَخَالَتِهَا ) مُتَّفَقٌ
عَلَيْهِ
|
|
Hadits No. 1019 | ||
Dari Utsman Radliyallaahu 'anhu
bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Orang
yang sedang berihram tidak boleh menikah dan menikahkan." Riwayat
Muslim. Dalam riwayatnya yang lain: "Dan tidak boleh melamar." Ibnu
Hibban menambahkan: "Dan dilamar."
|
َوَعَنْ
عُثْمَانَ رضي الله عنه قَالَ : قَالَ رَسُولُ اَللَّهِ صلى الله عليه
وسلم ( لَا يَنْكِحُ اَلْمُحْرِمُ , وَلَا يُنْكَحُ ) رَوَاهُ
مُسْلِمٌ وَفِي رِوَايَةٍ لَهُ : ( وَلَا يَخْطُبُ ) وَزَادَ
اِبْنُ حِبَّانَ : ( وَلَا يُخْطَبُ عَلَيْهِ )
|
|
Hadits No. 1020 | ||
Ibnu Abbas Radliyallaahu 'anhu
berkata: Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam menikahi Maimunah
ketika beliau sedang ihram. Muttafaq Alaihi.
|
َوَعَنِ
ابْنِ عَبَّاسٍ -رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهُمَا- قَالَ : ( تَزَوَّجَ
اَلنَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم مَيْمُونَةَ وَهُوَ مُحْرِمٌ )
مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ
|
|
Hadits No. 1021 | ||
Menurut riwayat Muslim dari
Maimunah sendiri: Bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam
menikahinya ketika beliau telah lepas dari ihram.
|
َوَلِمُسْلِمٍ
: عَنْ مَيْمُونَةَ نَفْسِهَا ( أَنَّ اَلنَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم
تَزَوَّجَهَا وَهُوَ حَلَالٌ )
|
|
Hadits No. 1022 | ||
Dari Uqbah Ibnu Amir bahwa
Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Sesungguhnya
syarat yang paling patut dipenuhi ialah syarat yang menghalalkan
kemaluan untukmu." Muttafaq Alaihi.
|
َوَعَنْ
عُقْبَةَ بْنِ عَامِرٍ رضي الله عنه قَالَ : قَالَ رَسُولُ اَللَّهِ
صلى الله عليه وسلم ( إِنَّ أَحَقَّ اَلشُّرُوطِ أَنْ يُوَفَّى بِهِ ,
مَا اِسْتَحْلَلْتُمْ بِهِ اَلْفُرُوجَ ) مُتَّفَقٌ
عَلَيْهِ
|
|
Hadits No. 1023 | ||
Salamah Ibnu Al-Akwa' berkata:
Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam pernah memberi
kelonggaran untuk nikah mut'ah selama tiga hari pada tahun Authas
(tahun penaklukan kota Mekkah), kemudian bleiau melarangnya.
Riwayat Muslim.
|
َوَعَنْ
سَلَمَةَ بْنِ الْأَكْوَعِ رضي الله عنه قَالَ : ( رَخَّصَ رَسُولُ
اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم عَامَ أَوْطَاسٍ فِي اَلْمُتْعَةِ ,
ثَلَاثَةَ أَيَّامٍ , ثُمَّ نَهَى عَنْهَا ) رَوَاهُ
مُسْلِمٌ
|
|
Hadits No. 1024 | ||
Ali Radliyallaahu 'anhu berkata:
Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam melarang nikah mut'ah
pada waktu perang khaibar. Muttafaq Alaihi.
|
َوَعَنْ عَلَيٍّ رضي الله عنه قَالَ
: ( نَهَى رَسُولُ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم عَنْ اَلْمُتْعَةِ
عَامَ خَيْبَرَ ) مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ
|
|
Hadits No. 1025 | ||
Dari Ali Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu
'alaihi wa Sallam melarang menikahi perempuan dengan mut'ah dan
memakan keledai negeri pada waktu perang khaibar. Riwayat Imam
Tujuh kecuali Abu Dawud.
|
َوَعَنْهُ
أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ( نَهى عَنْ
مُتْعَةِ النِّسَاءِ وَعَنْ أَكْلِ الْحُمُرِ اْلأَهْلِيَّةِ يَوْمَ
خَيْبَرَ ) اخرجه السبعة إلا أبا داود
|
|
Hadits No. 1026 | ||
Dari Rabi' Ibnu Saburah, dari ayahnya Radliyallaahu 'anhu bahwa
Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Aku dahulu
telah mengizinkan kalian menikahi perempuan dengan mut'ah dan
sesungguhnya Allah telah mengharamkan cara itu hingga hari kiamat.
maka barangsiapa yang masih mempunyai istri dari hasil nikah
mut'ah, hendaknya ia membebaskannya dan jangan mengambil apapun
yang telah kamu berikan padanya." Riwayat Muslim, Abu Dawud,
Nasa'i, Ibnu Majah, Ahmad, dan Ibnu Hibban.
|
َوَعَنْ
رَبِيْعِ ابْنِ سَبُرَةَ عَنْ أَبِيْهِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّ
رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : ( إِنِّى
كُنْتُ أَذِنْتُ لَكُمْ فِى اْلإِسْتِمْتَاعِ مِنَ النِّسَاءِ وَإِنَّ
اللهَ قَدْ حَرَّمَ ذَالِكَ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ فَمَنْ كَانَ
عِنْدَهُ مِنْهُنَّ شَيْئٌ فَلْيُحَلِّ سَبِيْلَهَا وَلاَ تَأْخُذُوْا
مِمَّا أتَيْتُمُوْاهُنَّ شَيْئًا) أَخْرَجَهُ مُسْلِمٌ وَأَبُوْا
دَاوُدَ وَالنَّسَائِىُّ وَابْنُ مَاجَهُ وَأَحْمَدُ وَابْنُ
حِبَّانَ
|
|
Hadits No. 1027 | ||
Ibnu Mas'ud berkata: Rasulullah
Shallallaahu 'alaihi wa Sallam melaknat muhallil (laki-laki yang
menikahi seorang perempuan dengan tujuan agar perempuan itu
dibolehkan menikah kembali dengan suaminya) dan muhallal lah
(laki-laki yang menyuruh muhallil untuk menikahi bekas istrinya
agar istri tersebut dibolehkan untuk dinikahinya lagi)." Riwayat
Ahmad, Nasa'i, Dan Tirmidzi. Hadits shahih menurut
Tirmidzi.
|
َوَعَنِ
ابْنِ مَسْعُودٍ رضي الله عنه قَالَ : ( لَعَنَ رَسُولُ اَللَّهِ صلى
الله عليه وسلم اَلْمُحَلِّلَ وَالْمُحَلَّلَ لَهُ ) رَوَاهُ
أَحْمَدُ , وَالنَّسَائِيُّ , وَاَلتِّرْمِذِيُّ
وَصَحَّحَهُ
|
|
Hadits No. 1028 | ||
Dalam masalah ini ada hadits dari
Ali yang diriwayatkan oleh Imam Empat kecuali Nasa'i.
|
َوَفِي
اَلْبَابِ : عَنْ عَلِيٍّ أَخْرَجَهُ اَلْأَرْبَعَةُ إِلَّا
النَّسَائِيَّ
|
|
Hadits No. 1029 | ||
Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah
Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Orang berzina yang telah
dicambuk tidak boleh menikahi kecuali dengan wanita yang seperti
dia." Riwayat Ahmad dan Abu Dawud dengan para perawi yang dapat
dipercaya.
|
َوَعَنْ
أَبِي هُرَيْرَةَ رضي الله عنه قَالَ : قَالَ رَسُولُ اَللَّهِ صلى
الله عليه وسلم ( لَا يَنْكِحُ اَلزَّانِي اَلْمَجْلُودُ إِلَّا
مِثْلَهُ ) رَوَاهُ أَحْمَدُ , وَأَبُو دَاوُدَ , وَرِجَالُهُ
ثِقَاتٌ
|
|
Hadits No. 1030 | ||
'Aisyah .ra berkata: ada seseorang
mentalak istrinya tiga kali, lalu wanita itu dinikahi seorang
laki-laki. Lelaki itu kemudian menceraikannya sebelum menggaulinya.
Ternyata suaminya yang pertama ingin menikahinya kembali. Maka
masalah tersebut ditanyakan kepada Rasulullah Shallallaahu 'alaihi
wa Sallam, lalu beliau bersabda: "Tidak boleh, sampai suami yang
terakhir merasakan manisnya perempuan itu sebagaimana yang
dirasakan oleh suami pertama." Muttafaq Alaihi dan lafadznya
menurut Muslim.
|
َوَعَنْ
عَائِشَةَ رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهَا , قَالَتْ : ( طَلَّقَ رَجُلٌ
اِمْرَأَتَهُ ثَلَاثًا , فَتَزَوَّجَهَا رَجُلٌ , ثُمَّ طَلَّقَهَا
قَبْلَ أَنْ يَدْخُلَ بِهَا , فَأَرَادَ زَوْجُهَا أَنْ
يَتَزَوَّجَهَا , فَسُئِلَ رَسُولُ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم عَنْ
ذَلِكَ , فَقَالَ : لَا حَتَّى يَذُوقَ اَلْآخَرُ مِنْ عُسَيْلَتِهَا
مَا ذَاقَ اَلْأَوَّلُ ) مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ , وَاللَّفْظُ
لِمُسْلِمٍ
|
|
Hadis-hadis Perkahwinan
2. Wahai segenap pemuda, barangsiapa yang mampu memikul beban keluarga hendaklah kawin. Sesungguhnya perkahwinan itu lebih dapat meredam gejolak mata dan nafsu seksual, tapi barangsiapa yang belum mampu hendaklah dia berpuasa kerana (puasa itu) benteng (penjagaan) baginya. (HR. Bukhari)
3. Sesiapa kahwin (beristeri) maka dia telah melindungi (menguasai) separuh agamanya, kerana itu hendaklah dia bertakwa kepada Allah dalam memelihara yang separuhnya lagi. (HR. Al Hakim dan Ath-Thahawi)
4. Rasulullah SAW melarang laki-laki yang menolak kahwin (sebagai alasan) untuk beralih kepada ibadah melulu. (HR. Bukhari)
5. Apabila datang laki-laki (untuk meminang) yang kamu ridhoi agamanya dan akhlaknya maka kahwinkanlah dia, dan bila kamu tidak lakukan akan terjadi fitnah di muka bumi dan kerosakan yang meluas. (HR. Tirmidzi dan Ahmad)
6. Sesungguhnya dunia seluruhnya adalah benda (perhiasan) dan sebaik-baik benda (perhiasan) adalah wanita (isteri) yang sholehah. (HR. Muslim)
7. Rasulullah Saw bersabda kepada Ali Ra: "Wahai Ali, ada tiga perkara yang janganlah kamu tunda-tunda pelaksanaannya, iaitu solat apabila tiba waktunya, jenazah bila sudah siap penguburannya, dan wanita (gadis atau janda) bila menemukan laki-laki sepadan yang meminangnya. " (HR. Ahmad)
8. Diharamkan dari penyusuan apa yang diharamkan dari keturunan (nasab). (HR. Bukhari)
Penjelasan:
Larangan undang-undang yang dikenakan terhadap nasab seperti undang-undang perkahwinan, warisan, dan lain-lain berlaku juga terhadap anak atau saudara sesusu.
9. Wanita dinikahi kerana empat faktor, yakni kerana harta kekayaannya, kerana kedudukannya, kerana kecantikannya, dan kerana agamanya. Hendaknya pilihlah yang beragama untuk berkat kedua tanganmu. (HR. Muslim)
10. Janganlah seseorang membeli (menawar) di atas tawaran saudaranya dan jangan meminang di atas peminangan saudaranya, kecuali jika saudaranya mengizinkannya. (HR. Tirmidzi dan Ahmad)
11. Barangsiapa mengahwini seorang wanita kerana memandang kedudukannya maka Allah akan menambah baginya kerendahan, dan sesiapa mengahwini wanita kerana memandang harta-bendanya maka Allah akan menambah baginya kemelaratan, dan sesiapa berkahwin kerana memandang keturunannya maka Allah akan menambah baginya kehinaan, tetapi barangsiapa mengahwini seorang wanita kerana bermaksud ingin meredam gejolak mata dan menjaga kesucian seksualnya atau ingin mendekatkan ikatan kekeluargaan, maka Allah akan memberkahinya bagi isterinya dan memberkati isterinya baginya. (HR. Bukhari)
12. Seorang janda yang akan dinikahi harus diajak bermusyawarah dan bila seorang gadis maka harus seizinnya (persetujuannya), dan tanda persetujuan seorang gadis ialah diam (ketika ditanya). (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah)
Penjelasan:
Diamnya seorang gadis adalah tanda setuju sebab gadis lebih banyak malu berbanding janda.
13. Kawinilah gadis-gadis, sesungguhnya mereka lebih sedap mulutnya dan lebih banyak melahirkan serta lebih rela menerima (pemberian) yang sedikit. (HR. Ath-Thabrani)
14. Sebaik-baik wanita ialah yang paling ringan mas kawinnya. (HR. Ath-Thabrani)
15. Allah 'Azza wajalla berfirman (dalam hadis Qudsi): "Apabila Aku menginginkan untuk menggabungkan kebaikan dunia dan akhirat bagi seorang muslim maka Aku jadikan hatinya khusyuk dan lidahnya banyak berzikir. Tubuhnya sabar dalam menghadapi penderitaan dan Aku jodohkan dia dengan seorang isteri mukminah yang menyenangkannya bila ia memandangnya, dapat menjaga kehormatan dirinya, dan memelihara harta suaminya bila suaminya sedang tidak bersamanya. (HR. Ath-Thahawi)
16. Tidak sah perkahwinan melainkan dengan (hadirnya) wali dan dua orang saksi dan dengan mahar (mas kawin) sedikit maupun banyak. (HR. Ath-Thabrani)
17. Sesiapa menjanjikan pemberian mas kahwin kepada seorang wanita dan berniat untuk tidak menepatinya maka dia akan berjumpa dengan Allah Ta'ala sebagai seorang penzina. Sesiapa berhutang tetapi sudah berniat untuk tidak melunasi hutangnya maka dia akan menghadap Allah 'Azza wajalla sebagai seorang pencuri. (HR. Ath-Thabrani)
18. Janganlah seorang isteri memuji-muji wanita lain di hadapan suaminya sehingga terbayang bagi suaminya seolah-olah dia melihat wanita itu. (HR. Bukhari)
19. Janganlah seorang isteri minta cerai dari suaminya tanpa alasan (sebab yang dibenarkan), nescaya dia tidak akan mencium bau syurga yang baunya dapat dirasakan pada jarak tempuh empat puluh tahun. (HR. Ibnu Majah)
20. Seorang isteri yang ketika suaminya wafat meridhoinya maka dia (isteri itu) akan masuk syurga. (HR. Al Hakim dan Tirmidzi)
21. Allah SWT kelak tidak akan memandang (memperhatikan) seorang wanita yang tidak bersyukur kepada suaminya meskipun selamanya dia memerlukan suaminya. (HR. Al Hakim)
22. Hak suami atas isteri ialah tidak menjauhi tempat tidur suami dan memperlakukannya dengan betul dan jujur, mentaati perintahnya dan tidak keluar (meninggalkan) rumah kecuali dengan izin suaminya, tidak membenarkan masuk ke rumahnya orang-orang yang tidak disukai suaminya. (HR. Ath-Thabrani)
23. Tidak sah puasa (puasa sunah) seorang wanita yang suaminya ada di rumah, kecuali dengan seizin suaminya. (Mutafaq'alaih)
24. Tidak dibenarkan seorang wanita memberikan kepada orang lain dari harta suaminya kecuali dengan izin suaminya. (HR. Ahmad)
25. Apabila seorang dari kamu hendak meminang seorang wanita dan boleh melihat bahagian-bahagian dari tubuhnya, hendaklah melakukannya. (HR. Ahmad)
Keterangan:
Islam menentukan batas yang boleh dilihat, demi kehormatan kaum wanita. Laki-laki yang hendak meminangnya hanya dibenarkan melihat wajah dan kedua telapak tangannya. Hal itu sudah dianggap cukup mewakili seluruh tubuhnya. Kepada lelaki itu diberi kesempatan melihat batas yang dibenarkan itu lebih lama dari biasa, dengan harapan mungkin hal itu akan mendorong minatnya untuk berkahwin. Di dalam syarah Al-Imam An-Nawawi dalam sahih Muslim disebutkan bahawa kebenaran untuk melihat ini tidak harus dengan persetujuan wanita itu, dan sebaiknya dilakukan tanpa pengetahuannya, kerana hal itu mutlak yang dibenarkan oleh Rasulullah SAW. tanpa syarat keredhaannya. Biasanya wanita akan malu untuk memberikan izin. Hal ini untuk menjaga agar tidak melukai perasaannya, kalau selepas melihatnya, lelaki itu kemudian mengundurkan diri. Kerana itulah dianjurkan untuk melihat tanpa sepengetahuan si wanita sebelum melakukan peminangan.
26. Tidak dibenarkan manusia sujud kepada manusia, dan kalau dibenarkan manusia sujud kepada manusia, aku akan memerintahkan wanita sujud kepada suaminya kerana besarnya jasa (hak) suami terhadap isterinya. (HR. Ahmad)
27. Bila seorang menggauli isterinya janganlah segan untuk mengucapkan doa:
"Ya Allah, jauhkanlah aku dari syaitan dan jauhkan syaitan dari apa yang Engkau berikan rezeki bagiku (kanak-kanak)." Sesungguhnya kalau seandainya Allah menganugerahkan bagi mereka anak maka anak tersebut tidak akan diganggu syaitan sama sekali. (HR. Bukhari)
28. Seorang sahabat bertanya kepada Rasulullah SAW, "Apa hak isteri terhadap suaminya?" Nabi Saw menjawab, "Memberi isteri makan apabila kamu makan, memberinya pakaian apabila kamu berpakaian, tidak boleh memukul wajahnya, tidak boleh menjelek-jelekkannya dan jangan menjauhinya kecuali dalam lingkungan rumahmu. (HR. Abu Dawud)
29. Apabila di antara kamu ada yang berjimak dengan isterinya hendaknya lakukanlah dengan kesungguhan hati. Apabila selesai hajatnya sebelum selesai isterinya, hendaklah dia sabar menunggu sehingga isterinya selesai hajatnya. (HR. Abu Ya'la)
Keterangan:
Hendaknya suami dan isteri sama-sama merasakan kepuasan dan sama-sama mencapai ejakulasi.
30. Apabila seorang di antara kamu menggauli isterinya, janganlah menghinggapinya seperti burung yang bertengger sebentar lalu pergi. (HR. Aththusi)
Keterangan:
Sama seperti pada no.29 diatas.
31. Janganlah kamu menggauli isteri sebagaimana unta atau keldai, tetapi hendaklah bercumbu dan bercengkerama terlebih dahulu. [Hadis ini tidak dituliskan siapa yang meriwayatkannya, kerana itu saya sertakan teks arabnya]
Keterangan:
Yakni tidak langsung melakukan hubungan intim sebelum pemanasan dahulu, antaranya bergurau, bercumbu dan membelai mesra isteri.
32. Seburuk-buruk kedudukan seseorang di sisi Allah pada hari kiamat ialah orang yang menggauli isterinya dan isterinya menggaulinya dengan cara terbuka lalu suaminya mendedahkan rahsia isterinya kepada orang lain. (HR. Muslim)
33. Sebaik-baik kamu adalah yang terbaik terhadap keluarganya, dan aku adalah yang terbaik daripada kamu terhadap keluargaku. Orang yang memuliakan kaum wanita adalah orang yang mulia, dan orang yang menghina kaum wanita adalah orang yang tidak tahu budi. (HR. Abu 'Asaakir)
34. Janganlah seorang laki-laki yang beriman membenci isterinya yang beriman. Bila ada perangai yang tidak disukai, dia pasti redha (senang) dengan perangainya yang lain. (HR. Muslim)
35. Isteri yang paling besar berkahnya ialah yang paling ringan tanggungannya. (HR. Ahmad dan Al Hakim)
36. Sesungguhnya wanita seumpama tulang rusuk yang bengkok. Bila kamu membiarkannya (bengkok) kamu memperoleh manfaatnya dan bila kamu berusaha meluruskannya maka kamu mematahkannya. (HR. Ath-Thahawi)
37. Hindun, ibunya Muawiyah, bertanya kepada Nabi SAW, "Ya Rasulullah, Abu Sufyan suamiku seorang yang kedekut, apakah aku boleh mengambil wangnya sedikit secara sembunyi-sembunyi?" Nabi Saw menjawab, "Ambillah dengan cara yang makruf (baik) untuk mencukupi keinginanmu dan keperluan anak-anak kamu." (HR. Bukhari)
38. Rasulullah SAW melarang azal terhadap isteri kecuali dengan persetujuannya. (HR. Ahmad)
Penjelasan:
Adapun hamba yang beristeri dibolehkan azal bagi laki-laki kalau tidak menghendaki keturunan daripadanya.
39. Allah melaknat suami yang mengambil laki-laki lain untuk mengahwini bekas isterinya yang sudah cerai tiga talak supaya bisa dirujuk kembali olehnya. Jadi perkahwinan itu sekadar tipu muslihat bagi pengesahan rujuk. Orang yang mau disuruh membantu tipu daya dengan mengawini lalu dicerai (tidak digauli) juga dilaknat Allah. (HR. Bukhari dan Muslim)
40. Rasulullah SAW melarang kawin mut'ah. (HR. Bukhari)
Penjelasan:
Kawin mut'ah ialah kahwin untuk waktu tertentu atau disebut kahwin kontrak.
41. Talak (perceraian) adalah suatu yang halal yang paling dibenci Allah. (HR. Abu Dawud dan Ahmad)
42. Ada tiga perkara yang kesungguhannya adalah kesungguhan (serius) dan guraunya (main-main) adalah kesungguhan (serius), iaitu perceraian, nikah dan rujuk. (HR. Abu Hanifah)
Penjelasan:
Jadi dilarang bergurau (main-main) dalam ketiga perkara diatas.
43. Apabila suami mengajak isterinya (bersenggama), lalu isterinya menolak melayaninya dan suami sepanjang malam jengkel maka (isteri) dilaknat malaikat sampai pagi. (Mutafaq'alaih)
44. Terkutuklah siapa-siapa yang menyetubuhi isterinya melalui duburnya. (HR. Ahmad, Abu Daud dan Ibnu Majah)
45. Allah tidak akan melihat (memperhatikan) seorang lelaki yang menyetubuhi laki-laki lain (homoseks) atau yang menyetubuhi isteri pada duburnya. (HR. Tirmidzi)
46. Saling berwasiatlah kalian tentang kaum wanita dengan baik-baik. Mereka itu adalah tawanan di tanganmu. Tiada kalian bisa menguasai apa-apa dari mereka, kecuali apabila mereka melakukan perbuatan keji (zina), pisahkanlah diri kamu dari tempat tidur mereka atau lakukan pemukulan yang tidak membekas. Apabila mereka mentaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya. Kamu punya hak atas mereka dan mereka pun punya hak ke atas kamu. Hak kamu atas mereka adalah mereka tidak boleh membiarkan tempat tidur kamu diinjak oleh orang yang tidak kamu sukai, dan hak-hak mereka atas kalian adalah memberi sandang-pangan kepada mereka (isteri-isterimu) dengan yang baik-baik. (HR. Ibnu Majah dan Tirmidzi)
Keterangan:
Di dalam buku "Syarat-syarat Nafkah Isteri dan Anak" karya Drs. Muhammad Talib, disebutkan bahawa peruntukan nafkah untuk isteri di antaranya adalah:
- Keperluan makan dan minum
- Keperluan pakaian
- Keperluan perubatan dan pemeliharaan kesihatan
Selain itu, suami berkewajipan pula menyediakan tempat tinggal untuk isteri dan diri sendiri sesuai dengan kemampuannya, sebagaimana yang difirmankan oleh Allah swt didalam Al-Quran, "Tempatkanlah mereka (para isteri) di mana kamu bertempat tinggal menurut kemampuanmu dan janganlah kamu menyusahkan mereka untuk menyempitkan (hati) mereka. " (Surah 65. At-Talaaq - Ayat 6)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar