“Dan sungguh, Allah telah mengambil perjanjian dari Bani Israil dan Kami telah mengangkat dua belas orang pemimpin diantara mereka. Dan Allah berfirman, “Aku bersamamu.” Sungguh, jika kamu melaksanakan salat dan menunaikankan zakat serta beriman kepada Rasul-rasul- Ku dan kamu bantu mereka dan kamu pinjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, pasti akan Aku hapus kesalahan – kesalahanmu, dan pasti akan Aku masukkan kedalam surga yang mengalir dibawahnya sungai-sungai. Tetapi barang siapa kafir di antaramu setelah itu, maka sesungguhnya dia telah tersesat dari jalan yang lurus.”
*Hubungan antara ayat 12 dengan ayat sebelumnya (7) adalah :
Sebagai salah satu kasus bahwa kita:
- Perjanjian yang ada di ayat 7 adalah perjanjian yang ada dilakukan Rasul di Ba’iah Aqobah.
- Yang kedua adalah perjanjian antar manusia dengan Rabbnya bahwa manusia mengakui bahwa Allah lah sebagai Rabbnya.
- Perjanjian kepada Bani Israel banyak sekali bentuknya seperti di Al Baqarah: 83
Rasul ketika berdakwah (menerima orang-orang Anshor) juga menggunakan sistem ini. Ketika Rasul menerima orang-orang Anshor yang terdiri dari banyak suku, maka Rasul meminta 12 orang untuk dijadikan Naqib. 3 orang dari kalangan Aus, 9 orang dari Khojroj.
12 orang itu sebelum di angkat sebagai pemimpin, memang posisinya sudah menonjol dikalangannya. Naqib-Naqib tersebut untuk mengadakan perjanjian dengan Rasul dengan point
“ Mereka siap masuk Islam dan membela Rasulullah SAW”. Kesetiaan para Naqib teruji saat terjadi perang Badar (perang yang tidak direncanakan). Dalam hal ini Rasul membuka majelis syuro untuk menyampaikan pendapat. Disini orang-orang Anshor tidak ada yang ikut, sedang orang-orang muhajirin siap ikut semua. Orang-orang Anshor tidak ada yang ikut karena perang Badar dilakukan diluar Madinah.
Surah Al Maidah ini membentuk karakter perjuangan bagi para sahabat, isinya penuh dengan kesetiaan dan persiapan. Dengan kata Naqib sesungguhnya kehidupan orang beriman itu berkah. Orang beriman harus ada Naqib. Kumpulan yang sementara saja dianjurkan ada Naqibnya, apalagi negara. Kumpulan orang beriman yang bersama yang ada Naqibnya maka Allah bersama mereka.
Ada 2 hal rombongan yang akan mendapatkan Ridho Allah SWT:
- Kumpulan yang benar-benar memiliki visi dan misi yang benar-benar diridhoi oleh Allah SWT, maka Naqibnya harus dipilih yang benar-benar taat menjalankan sholat, zakat, keimanan terhadap aturan Allah SWT.
- Tujuan tersebut benar-benar dilaksanakan yaitu janji-janji atau program/tujuan-tujuan Lillahita’ala nya [misi] itu benar-benar dilaksanakan [tidak dilalaikan].
- Kumpulan tersebut harus harus punya sisi program zakat dan infak. Zakat dan infak suatu rombongan/jamaah sifatnya wajib.
Menurut Imam Nawawi:
Dianjurkan bagi orang beriman untuk mempunyai perkumpulan dalam meraih amal sholeh.
Di dunia taatnya bersama-sama maka di akheratnya nanti juga Allah kumpulkan. Syetan itu lebih sulit mengganggu bagi orang-orang yang bersama/berjamaah.
Nabi Muhammad Tak Pernah Melupakan Umat yang Mencintainya - Diriwayatkan dalam sebuah riwayat yang tsiqah bahwa ketika salah seorang shalih bermimpi bertemu Rasulullah, dimana dia adalah orang yang selalu rindu kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, yang tidak pernah tidur kecuali setelah air matanya mengalir karena ingin berjumpa dengan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam maka dia pun sering melihat Rasulullah di dalam mimpinya, lalu di dalam mimpi itu ketika di padang mahsyar ia melihat kumpulan manusia yang memenuhi padang mahsyar,
mereka
saling tindih satu sama lain, yang masing-masing ada yang berubah wajahnya, ada
yang berbau busuk dan lain sebagainya, kesemuanya dalam keadaan yang sangat
bingung, ketika itu tiba-tiba barisan para malaikat melintas dan lewatlah
rombongan sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam bersama para nabi,
syuhada’,
para
awliyaa’ dan shalihin, maka orang shalih tadi hanya melihat dari kejauhan dan
tidak bisa mendekat kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam karena
desakan para malaikat yang membatasi orang-orang yang mendekat, ketika barisan
para malaikat itu melintas maka lewatlah Nabi Muhammad shallallahu
‘alaihi wasallam, dan orang shalih itu tidak bisa mendekat apalagi berbicara
kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, maka ia di dalam mimpi itu dia
berkata kepada orang yang berada di sebelahnya:
“Jika
kelak kamu bertemu dengan Rasulullah maka sampaikan salamku bahwa aku rindu
kepadanya, dulu di masa hidupku di dunia aku selalu merindukan Rasulullah, jika
aku masuk neraka sampaikan kepadanya bahwa aku telah berada di tempat yang
layak untukku sebagai pendosa (yaitu neraka)”,
maka
setelah ia berkata demikian barisan yang melintas tadi tiba-tiba berhenti
karena Rasulullah berhenti, kemudian beliau shallallahu ‘alaihi wasallam
berbalik dan berkata :
"wahai
Fulan, aku tidak melupakan orang yang merindukanku"
lalu
beliau membuka kedua tangannya kemudian orang itu berlari dan memeluk sang nabi
Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam dan menciuminya.
dari
berbagai sumber... Allahu a'lam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar