Sabtu, 29 November 2014

Syafaat Nabi Muhammad di Akhirat

assalaamu'alaikum..
Bismullah..
Setelah semua mahkluk bernyawa di dunia mati dan hancur binasa, Allah kelak menghidupkan mereka kembali. Maka dengan tiba-tiba mereka pun tegak bangun berdiri. Mereka melihat langit, didapati langit berjalan. Mereka melihat bumi, didapatinya telah bertukar wajah, tidak seperti bumi yang dahulu. Semua makhluk berhimpun, bercampur baur menjadi satu di satu kawasan yang disebut padang Mahsyar, luasnya tak terbatas, berjejal jejal, saling berdesakan, dibanjiri keringat, tanpa pakaian, tanpa busana yang menutupi badan.

Dalam masa bangkit itu, manusia dalam keadaan bermacam-macam rupa. Lantas mereka berkata: ”Aduh celakanya kami! Siapakah yang membangkitkan kami dari tempat tidur kami (dari kubur kami)? Lalu dikatakan kepada mereka: “Inilah dia yang telah dijanjikan oleh Allah Yang Maha Pemurah dan benarlah berita yang disampaikan oleh Rasul-rasul!” (Yassin, Ayat: 52).

Di sana semua makhluk hidup nafsi nafi. Pada hari itu manusia lari dari saudaranya, lari dari ibu dan bapaknya, lari dari istri dan anak-anaknya. Setiap orang dari mereka pada hari itu mempunyai urusan yang bisa melupakan segala galanya. Pada hari itu tak ada yang bisa diharapkan di hadapan pengadilan Allah kecuali sekelumit harapan yang disebut “Syafaat Nabi saw”.
Syafa’at ini adalah do’a yang Rasulallah saw simpan untuk umatnya di hari kiamat nanti. Imam Bukhari meriwayatkan dari Abu Hurairah ra sesungguhnya Nabi saw bersabda, “Setiap Nabi memiliki do’a (mustajab) yang digunakan untuk berdo’a dengannya. Aku ingin menyimpan do’aku tersebut sebagai syafa’at bagi umatku di akhirat nanti.”.
Maka sepatutnya kita sebagai umat Muhammad meyakini wujud syafa’at Nabi saw di hari kebangkitan, disaat manusia dikumpulkan di padang Mahsyar dengan iman dan keyakinan yang kuat, mengetahui apa yang diimani, bukan hanya sekedar angan-angan dan kepercayaan.
Sekarang apa itu Syafa’at?
Kata syafa’at telah disebutkan berulang kali dalam hadits Nabi saw baik yang berkaitan dengan urusan dunia maupun akhirat. Ibnul Atsir mengatakan, ”Yang dimaksud dengan Syafa’at adalah meminta untuk diampuni dosa dan kesalahan di antara mereka.”
Contohnya, manusia banyak berbuat dosa selama hidupnya di dunia. Di hari kiamat mereka tidak bisa terhidar dari hisab atau perhitungan yang harus dipertanggung jawabkan. Mereka berharap agar ada orang yang bisa menolongnya, tapi sia sia belaka. Karena hari itu adalah hari yang sangat dahsyat. Mereka akan menemui musibah dan kesusahan yang tidak mampu untuk dihindarkan oleh seorang pun, hanya ada secerah harapan berupa syafa’at yaitu perantara atau penghubung yang bisa menyelesaikan hajatnya. Di sana mereka meminta pertolongan kepada Allah melalui syafa’at. Akhirnya, orang-orang saat itu mendapatkan ilham untuk meminta syafa’at kepada para Nabi agar bisa menghilangkan musibah dan kesulitan yang menimpah diri mereka saat itu.
Sekarang mari kita ikuti kisah syafa’at Nabi saw yang dikenal dengan Syafa’at al-‘Uzhma dalam hadits yang cukup panjang. Kisah ini terjadi ketika semua makhluk berkumpul di padang masyhar. Imam Bukhari meriwayatkan hadits ini dari Anas bin Malik ra, sesungguhnya Rasulallah saw bersabda, bahwa pada hari kiamat Allah mengumpulkan seluruh makhluk di satu tempat yang luas. Manusia pada saat itu berada dalam kesusahan dan kesedihan. Mereka tidak kuasa menahan dan memikul beban pada saat itu.
Kemudian mereka mendatangi Nabi Adam as, lalu berkata, “Wahai Adam, berilah syafa’at untuk anak cucumu” Adam as berkata, ”Sesungguhnya aku tidak bisa memberi syafa’at untuk kalian pada hari ini. Pergilah kalian kepada Ibrahim as, sesungguhnya ia adalah kekasih Allah (Khalilullah)”. Kemudian mereka mendatangi Ibrahim as. Lalu ia berkata kepada mereka, “Sesungguhnya aku tidak bisa memberi syafa’at untuk kalian pada hari ini. Pergilah kalian kepada Musa, sesungguhnya Allah telah berbicara langsung kepadanya (Kalimullah)”. Kemudian mereka mendatangi Musa as. Lalu ia berkata, “Aku tidak bisa memberi syafa’at pada kalian hari ini. Pergilah kalian kepada Isa, sesungguhnya ia adalah ruh Allah dan kalimat-Nya”. Kemudian mereka mendatangi Isa as. Lalu ia berkata, “Aku tidak bisa memberi syafa’at untuk kalian pada hari ini. Pergilah kalian kepada Muhammad!”
kemudian mereka mendatangiku. Lalu aku berkata, ”Aku memberi syafaat untuk kalian pada hari ini”. kemudian aku pergi meminta izin kepada Allah. Setelah diizinkan aku berdiri dihadapan-Nya. Kemudian Allah memberi ilham padaku dengan pujian dan sanjungan untuk-Nya yang belum pernah Allah beritahukan kepada seorang pun sebelumku. Kemudian aku tersungkur bersujud dihadapan-Nya. Lalu Dia berfirman, ”Wahai Muhammad, angkatlah kepalamu, katakanlah pasti engkau akan didengar, mintalah pasti engkau akan diberi, berilah syafa’at pasti akan dikabulkan”. Lalu aku mengangkat kepalaku. Kemudian aku berkata, ”Ya Allah, Ummati, Ummati (umatku, umatku).”. Maka Dia berfirman, ”Wahai Muhammad, pergilah dan keluarkanlah umatmu dari neraka siapa yang di hatinya memiliki sebesar biji gabah atau gandum dari keimanan”.
Kemudian aku pergi dan aku lakukan apa yang diperintahkan, lalu aku kembali lagi kepada Allah dan memuji-Nya dengan pujian dan sanjungan untuk-Nya. Kemudian aku bersujud kepada-Nya, lalu dikatakan kepadaku seperti dikatakan semula. Kemudian aku berkata, ”Ya Allah, ummati ummati (ummatku ummatku). Kemudian dikatakan kepadaku, ”Pergilah, dan keluarkanlah umatmu dari neraka siapa yang di hatinya memiliki sebiji sawi dari keimanan”. Kemudian aku lakukan sebagaimana aku lakukan pertama. Lalu aku kembali lagi kepada Allah dan aku lakukan sebagai mana yang telah aku lakukan semula. Kemudian dikatakan kepadaku ”Angkatlah kepalamu” sebagaimana dikatakan kepadaku pertama kali. Lalu aku katakan ”Ya Allah, ummati ummati (umatku ummatku). Kemudian dikatakan kepadaku ”pergilah dan keluarkanlah umatmu dari neraka siapa yang dihatinya terdapat lebih kecil dari biji sawi dari keimanan”. Kemudian aku pergi dan melakukan apa yang diperintahkan. Lalu aku kembali kepada Allah untuk yang keempat kalinya. Lalu aku memuji-Nya dengan berbagai pujian dan sanjungan untuk-Nya. Kemudian aku bersujud kepada-Nya, lalu dikatakan kepadaku ”Wahai Muhammad, angkatlah kepalamu, katakanlah pasti engkau akan didengar, mintalah pasti engkau akan diberi, berilah syafa’at pasti akan dikabulkan”. Lalu aku katakan ”Ya Allah, izinkanlah aku agar bisa mengeluarkan umatku dari neraka bagi yang telah mengucapkan La Ilaha Ilallah (tidak ada Tuhan selain Allah). Kemudian Allah berfirman, ”Ya Muhammad, sesungguhnya hal itu bukan bagimu atau hal itu bukan atasmu. Akan tetapi demi Kemulian-Ku, Keluhuran-Ku, Kesombongan-Ku, dan Kebesaran-Ku, Aku pasti akan keluarkan umatmu dari neraka siapa yang telah mengucapkan La Ilaha Illallah”.
Hikmah Dan Atsar
Dari hadits diatas kita bisa menarik beberapa kesimpulan dan hikmah penting diantaranya:
Pertama tidak ada seorang pun yang dapat memberi syafa’at kecuali dengan izin Allah. Contohnya makhluk yang paling mulia dan penutup para Nabi yaitu Rasulallah saw, disaat ingin memberi syafaat kepada umatnya yang sedang mengalami kesulitan di padang mahsyar pada hari kiamat, beliau tersungkur dan bersujud di Arsy di hadapan Allah, beliau memohon kepada-Nya. Beliau tidak lepas dari sujudnya sampai dikatakan pada beliau, “Angkatlah kepalamu. Mintalah pasti engkau akan didengar. Berilah syafa’at pasti akan dikabulkan“.
Kedua betapa mulianya kedudukan Rasulallah saw di sisi Allah, sehingga tidak ada satu nabi pun yang mampu memberi syafa’at kepada manusia di padang Mahsyar kecuali Nabi saw. Itulah bukti nyata kecintaan Allah kepada Nabi saw, cinta yang tidak berkesudahan. Dari kecintaan-Nya kepada beliau, apa yang dipintanya dikabulkan.
Ketiga, hadits di atas bisa pula dijadikan bukti nyata akan kecintaan sejati Nabi saw terhadap umatnya. Cinta sejati beliau terhadap umatnya dibawa sampai ke padang Mahsyar, ketika manusia dalam keadaan sangat gawat. Ketika manusia dimintai pertanggung jawaban atas semua perbuatannya, ketika para nabi menolak dimintai syafa’at (pertolongan) oleh umatnya. di saat itulah Rasulullah saw justru tidak meninggalkan ummatnya. Beliau tersungkur dan bersujud di Arsy di hadapan Allah, beliau memohon kepada-Nya. Allah berkata, ”Wahai Muhammad, angkatlah kepalamu, mintalah pasti engkau akan diberi, berilah syafa’at pasti akan dikabulkan”. Lalu beliau mengangkat kepalanya dan tidak ada yang dikatakan Nabi saw kecuali, ”Ya Allah , umati, umati”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar