assalaamu'alaikum..
Bismullah..
Setelah semua mahkluk bernyawa di dunia mati dan hancur binasa, Allah
kelak menghidupkan mereka kembali. Maka dengan tiba-tiba mereka pun
tegak bangun berdiri. Mereka melihat langit, didapati langit berjalan.
Mereka melihat bumi, didapatinya telah bertukar wajah, tidak seperti
bumi yang dahulu. Semua makhluk berhimpun, bercampur baur menjadi satu
di satu kawasan yang disebut padang Mahsyar, luasnya tak terbatas,
berjejal jejal, saling berdesakan, dibanjiri keringat, tanpa pakaian,
tanpa busana yang menutupi badan.
Dalam masa bangkit itu, manusia
dalam keadaan bermacam-macam rupa. Lantas mereka berkata: ”Aduh
celakanya kami! Siapakah yang membangkitkan kami dari tempat tidur kami
(dari kubur kami)? Lalu dikatakan kepada mereka: “Inilah dia yang telah
dijanjikan oleh Allah Yang Maha Pemurah dan benarlah berita yang
disampaikan oleh Rasul-rasul!” (Yassin, Ayat: 52).
Di sana semua
makhluk hidup nafsi nafi. Pada hari itu manusia lari dari saudaranya,
lari dari ibu dan bapaknya, lari dari istri dan anak-anaknya. Setiap
orang dari mereka pada hari itu mempunyai urusan yang bisa melupakan
segala galanya. Pada hari itu tak ada yang bisa diharapkan di hadapan
pengadilan Allah kecuali sekelumit harapan yang disebut “Syafaat Nabi
saw”.
Syafa’at ini adalah do’a yang Rasulallah saw simpan untuk
umatnya di hari kiamat nanti. Imam Bukhari meriwayatkan dari Abu
Hurairah ra sesungguhnya Nabi saw bersabda, “Setiap Nabi memiliki do’a
(mustajab) yang digunakan untuk berdo’a dengannya. Aku ingin menyimpan
do’aku tersebut sebagai syafa’at bagi umatku di akhirat nanti.”.
Maka sepatutnya kita sebagai umat Muhammad meyakini wujud syafa’at Nabi
saw di hari kebangkitan, disaat manusia dikumpulkan di padang Mahsyar
dengan iman dan keyakinan yang kuat, mengetahui apa yang diimani, bukan
hanya sekedar angan-angan dan kepercayaan.
Sekarang apa itu Syafa’at?
Kata syafa’at telah disebutkan berulang kali dalam hadits Nabi saw baik
yang berkaitan dengan urusan dunia maupun akhirat. Ibnul Atsir
mengatakan, ”Yang dimaksud dengan Syafa’at adalah meminta untuk diampuni
dosa dan kesalahan di antara mereka.”
Contohnya, manusia banyak
berbuat dosa selama hidupnya di dunia. Di hari kiamat mereka tidak bisa
terhidar dari hisab atau perhitungan yang harus dipertanggung jawabkan.
Mereka berharap agar ada orang yang bisa menolongnya, tapi sia sia
belaka. Karena hari itu adalah hari yang sangat dahsyat. Mereka akan
menemui musibah dan kesusahan yang tidak mampu untuk dihindarkan oleh
seorang pun, hanya ada secerah harapan berupa syafa’at yaitu perantara
atau penghubung yang bisa menyelesaikan hajatnya. Di sana mereka meminta
pertolongan kepada Allah melalui syafa’at. Akhirnya, orang-orang saat
itu mendapatkan ilham untuk meminta syafa’at kepada para Nabi agar bisa
menghilangkan musibah dan kesulitan yang menimpah diri mereka saat itu.
Sekarang mari kita ikuti kisah syafa’at Nabi saw yang dikenal dengan
Syafa’at al-‘Uzhma dalam hadits yang cukup panjang. Kisah ini terjadi
ketika semua makhluk berkumpul di padang masyhar. Imam Bukhari
meriwayatkan hadits ini dari Anas bin Malik ra, sesungguhnya Rasulallah
saw bersabda, bahwa pada hari kiamat Allah mengumpulkan seluruh makhluk
di satu tempat yang luas. Manusia pada saat itu berada dalam kesusahan
dan kesedihan. Mereka tidak kuasa menahan dan memikul beban pada saat
itu.
Kemudian mereka mendatangi Nabi Adam as, lalu berkata,
“Wahai Adam, berilah syafa’at untuk anak cucumu” Adam as berkata,
”Sesungguhnya aku tidak bisa memberi syafa’at untuk kalian pada hari
ini. Pergilah kalian kepada Ibrahim as, sesungguhnya ia adalah kekasih
Allah (Khalilullah)”. Kemudian mereka mendatangi Ibrahim as. Lalu ia
berkata kepada mereka, “Sesungguhnya aku tidak bisa memberi syafa’at
untuk kalian pada hari ini. Pergilah kalian kepada Musa, sesungguhnya
Allah telah berbicara langsung kepadanya (Kalimullah)”. Kemudian mereka
mendatangi Musa as. Lalu ia berkata, “Aku tidak bisa memberi syafa’at
pada kalian hari ini. Pergilah kalian kepada Isa, sesungguhnya ia adalah
ruh Allah dan kalimat-Nya”. Kemudian mereka mendatangi Isa as. Lalu ia
berkata, “Aku tidak bisa memberi syafa’at untuk kalian pada hari ini.
Pergilah kalian kepada Muhammad!”
kemudian mereka mendatangiku.
Lalu aku berkata, ”Aku memberi syafaat untuk kalian pada hari ini”.
kemudian aku pergi meminta izin kepada Allah. Setelah diizinkan aku
berdiri dihadapan-Nya. Kemudian Allah memberi ilham padaku dengan pujian
dan sanjungan untuk-Nya yang belum pernah Allah beritahukan kepada
seorang pun sebelumku. Kemudian aku tersungkur bersujud dihadapan-Nya.
Lalu Dia berfirman, ”Wahai Muhammad, angkatlah kepalamu, katakanlah
pasti engkau akan didengar, mintalah pasti engkau akan diberi, berilah
syafa’at pasti akan dikabulkan”. Lalu aku mengangkat kepalaku. Kemudian
aku berkata, ”Ya Allah, Ummati, Ummati (umatku, umatku).”. Maka Dia
berfirman, ”Wahai Muhammad, pergilah dan keluarkanlah umatmu dari neraka
siapa yang di hatinya memiliki sebesar biji gabah atau gandum dari
keimanan”.
Kemudian aku pergi dan aku lakukan apa yang
diperintahkan, lalu aku kembali lagi kepada Allah dan memuji-Nya dengan
pujian dan sanjungan untuk-Nya. Kemudian aku bersujud kepada-Nya, lalu
dikatakan kepadaku seperti dikatakan semula. Kemudian aku berkata, ”Ya
Allah, ummati ummati (ummatku ummatku). Kemudian dikatakan kepadaku,
”Pergilah, dan keluarkanlah umatmu dari neraka siapa yang di hatinya
memiliki sebiji sawi dari keimanan”. Kemudian aku lakukan sebagaimana
aku lakukan pertama. Lalu aku kembali lagi kepada Allah dan aku lakukan
sebagai mana yang telah aku lakukan semula. Kemudian dikatakan kepadaku
”Angkatlah kepalamu” sebagaimana dikatakan kepadaku pertama kali. Lalu
aku katakan ”Ya Allah, ummati ummati (umatku ummatku). Kemudian
dikatakan kepadaku ”pergilah dan keluarkanlah umatmu dari neraka siapa
yang dihatinya terdapat lebih kecil dari biji sawi dari keimanan”.
Kemudian aku pergi dan melakukan apa yang diperintahkan. Lalu aku
kembali kepada Allah untuk yang keempat kalinya. Lalu aku memuji-Nya
dengan berbagai pujian dan sanjungan untuk-Nya. Kemudian aku bersujud
kepada-Nya, lalu dikatakan kepadaku ”Wahai Muhammad, angkatlah kepalamu,
katakanlah pasti engkau akan didengar, mintalah pasti engkau akan
diberi, berilah syafa’at pasti akan dikabulkan”. Lalu aku katakan ”Ya
Allah, izinkanlah aku agar bisa mengeluarkan umatku dari neraka bagi
yang telah mengucapkan La Ilaha Ilallah (tidak ada Tuhan selain Allah).
Kemudian Allah berfirman, ”Ya Muhammad, sesungguhnya hal itu bukan
bagimu atau hal itu bukan atasmu. Akan tetapi demi Kemulian-Ku,
Keluhuran-Ku, Kesombongan-Ku, dan Kebesaran-Ku, Aku pasti akan keluarkan
umatmu dari neraka siapa yang telah mengucapkan La Ilaha Illallah”.
Hikmah Dan Atsar
Dari hadits diatas kita bisa menarik beberapa kesimpulan dan hikmah penting diantaranya:
Pertama tidak ada seorang pun yang dapat memberi syafa’at kecuali
dengan izin Allah. Contohnya makhluk yang paling mulia dan penutup para
Nabi yaitu Rasulallah saw, disaat ingin memberi syafaat kepada umatnya
yang sedang mengalami kesulitan di padang mahsyar pada hari kiamat,
beliau tersungkur dan bersujud di Arsy di hadapan Allah, beliau memohon
kepada-Nya. Beliau tidak lepas dari sujudnya sampai dikatakan pada
beliau, “Angkatlah kepalamu. Mintalah pasti engkau akan didengar.
Berilah syafa’at pasti akan dikabulkan“.
Kedua betapa mulianya
kedudukan Rasulallah saw di sisi Allah, sehingga tidak ada satu nabi pun
yang mampu memberi syafa’at kepada manusia di padang Mahsyar kecuali
Nabi saw. Itulah bukti nyata kecintaan Allah kepada Nabi saw, cinta yang
tidak berkesudahan. Dari kecintaan-Nya kepada beliau, apa yang
dipintanya dikabulkan.
Ketiga, hadits di atas bisa pula dijadikan
bukti nyata akan kecintaan sejati Nabi saw terhadap umatnya. Cinta
sejati beliau terhadap umatnya dibawa sampai ke padang Mahsyar, ketika
manusia dalam keadaan sangat gawat. Ketika manusia dimintai pertanggung
jawaban atas semua perbuatannya, ketika para nabi menolak dimintai
syafa’at (pertolongan) oleh umatnya. di saat itulah Rasulullah saw
justru tidak meninggalkan ummatnya. Beliau tersungkur dan bersujud di
Arsy di hadapan Allah, beliau memohon kepada-Nya. Allah berkata, ”Wahai
Muhammad, angkatlah kepalamu, mintalah pasti engkau akan diberi, berilah
syafa’at pasti akan dikabulkan”. Lalu beliau mengangkat kepalanya dan
tidak ada yang dikatakan Nabi saw kecuali, ”Ya Allah , umati, umati”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar