Ibnu Abil Izz Al Hanafi (murid Ibnu Katsir) menyebutkan bahwa syafa’at
ada 8, yaitu :
1. Syafa’at Udzma, ini khusus bagi
Nabi Muhammad.
2. Syafa’atnya Nabi Muhammad kepada
kaum yang kebaikan dan keburukannya seimbang untuk masuk surga.
3. Syafa’atnya Nabi Muhammad kepada
siapa yang disuruh masuk neraka untuk tidak memasukinya.
4. Syafa’atnya Nabi Muhammad untuk
mengangkat derajat ahlul jannah.
5. Syafa’atnya Nabi Muhammad kepada
suatu kaum untuk masuk jannah tanpa hisab.
6. Syafa’atnya Nabi Muhammad untuk
meringankan adzab neraka bagi siapa yang berhak mendapatkannya, seperti
syafa’atnya kepada pamannya Abu Thalib.
7. Syafa'tnya Nabi Muhammad kepada
segenap kaum mu'minin agar diizinkan masuk syurga.
8.
Syafa'atnya
Nabi Muhammad kepada para pelaku dosa besar dari kalangan umatnya yang masuk neraka
agar keluar darinya. (Syarh Aqidah
Thohawiyyah oleh Ibnu Abil Iz Al Hanafi)
Syafa’at pada hari kiamat ada bermacam-macam
seperti yang telah disebutkan dalam banyak hadits. Macam-macam syafa’at
tersebut di antaranya adalah:
1.
Syafa’at Terbesar Al Udzma atau Al Kubra Nabi Muhammad
di Padang Mahsyar
Dari Abu Hurairoh Rasulullah
shollallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Pada suatu hari Rasulullah
diberi daging, dengan disuguhkan kepada beliau bagian lengan kambing dan beliau
menyukainya. Lalu, beliau menggigitnya dengan ujung giginya. Kemudian beliau
bersabda: “Aku adalah pemimpin (tuan / sayyid) manusia pada Hari Kiamat.
Apakah kamu sekalian mengerti mengapa demikian? Pada Hari Kiamat, Allah
mengumpulkan semua manusia, yang dahulu dan yang akhir di suatu tempat. Lalu
mereka mendengar suara penyeru. Pandangan pun tiada terhalang, dan matahari pun
dekat. Manusia mengalami kesedihan dan kesulitan yang tiada mampu mereka tanggung
dan mereka pikul. Maka, sebagian di antara mereka berkata kepada sebagian yang
lain, “Tidakkah kamu tahu apa yang kamu alami? Tidakkah kamu tahu apa yang
menimpamu? Tidakkah kamu cari siapa yang dapat memberimu syafa’at kepada Rabb-mu?”
Sebagian yang lain di antara mereka pun menjawab, “Datangilah
Adam.”
Kemudian mereka pun mendatangi Adam, dan berkata: “Wahai
Adam, engkau adalah bapak manusia, Allah telah menciptakanmu dengan
Tangan-Nya. Lalu Dia tiupkan kepadamu Ruh-Nya dan memerintahkan para
Malaikat agar mereka bersujud (hormat) kepadamu. Maka mintalah kepada Rabb-mu syafa’at bagi kami. Tidakkah engkau
tahu apa yang sedang kami alami? Tidakkah engkau tahu apa yang menimpa kami?”.
Nabi Adam menjawab: “Sesungguhnya Rabb-ku pada hari ini
murka yang tiada pernah Dia marah sebelum dan sesudahnya seperti itu. Rabb-ku
pernah melarangku mendekati sebuah pohon (di surga dulu),tetapi aku
berma’shiyat, melanggar larangan itu karena nafsuku. Aku (saat ini) sibuk
dengan urusanku sendiri, aku sibuk dengan urusanku sendiri. Pergilah
kalian kepada Nabi lain selainku. Pergilah kalian kepada Nuh.”
Kemudian mereka mendatangi Nabi Nuh, lalu berkata : “Wahai
Nuh, engkau adalah rasul pertama di bumi. Allah menyebutmu sebagai
hamba yang sangat bersyukur. Maka mintakanlah kepada Rabb-mu syafa’at untuk kami. Tidakkah
engkau tahu apa yang sedang kami alami? Tidakkah engkau tahu apa yang telah
menimpa kami?”.
Nabi Nuh menjawab : “Sesungguhnya Rabb-ku pada hari ini
murka tiada tara, yang belum pernah Dia murka seperti itu sebelum dan
sesudahnya. Sungguh, dahulu aku pernah mendo’akan jelek untuk kaumku. Aku
(saat ini) sibuk dengan urusanku sendiri, aku sibuk dengan urusanku sendiri.
Pergilah kalian kepada Ibrahim.”
Kemudian manusia mendatangi Nabi Ibrahim, dan berkata: “Engkau
adalah Nabi Allah dan Kekasih-Nya dari penduduk bumi. Mintakanlah
syafa’at kepada Rabb-mu untuk
kami. Tidakkah engkau tahu apa yang sedang kami alami? Tidakkah engkau
tahu apa yang sedang menimpa kami?”.
Kemudian Nabi Ibrahim pun menjawab, “Sesungguhnya Rabb-ku
pada hari ini murka tiada tara, yang belum pernah Dia murka seperti itu sebelum
dan sesudahnya.”
Nabi Ibrahim menyebutkan dusta yang telah dialaminya (ketika
ia menghancurkan berhala – pen). Nabi Ibrahim berkata, “Aku (saat ini) sibuk
dengan urusanku sendiri, aku sibuk dengan urusanku sendiri. Pergilah
kalian kepada Nabi lain selainku. Pergilah kalian kepada Musa.”
Maka mereka pun mendatangi Musa, lalu berkata: “Wahai
Musa, engkau adalah utusan Allah. Allah telah memberimu keutamaan
dengan risalah-Nya, dan firman-Nya kepadamu melebihi manusia lain. Maka
mintakanlah syafa’at kepada Rabb-mu
untuk kami. Tidakkah engkau tahu apa yang sedang kami alami? Tidakkah engkau
tahu apa yang telah menimpa kami?”.
Nabi Musa menjawab: “Sesungguhnya Rabb-ku pada hari ini
murka tiada tara, yang belum pernah Dia murka seperti itu sebelum dan
sesudahnya. Sesungguhnya aku pernah membunuh seseorang yang aku tidak
diperintahkan untuk membunuhnya. Aku (saat ini) sibuk dengan urusanku sendiri,
aku sibuk dengan urusanku sendiri. Pergilah kalian kepada ‘Isa.”
Lalu mereka mendatangi Nabi ‘Isa, seraya berkata: “Wahai
Isa, engkau adalah utusan Allah. Engkau telah berbicara kepada manusia ketika
engkau baru lahir. Engkau terwujud dengan kalimat-Nya yang disampaikan-Nya
kepada Maryam dengan tiupan roh dari-Nya. Maka, mintakanlah syafa’at kepada Rabb-mu untuk kami.
Tidakkah engkau tahu apa yang sedang kami alami? Tidakkah engkau tahu apa yang
sedang menimpa kami?”.
Nabi ‘Isa menjawab: “Sesungguhnya Rabb-ku pada hari ini
murka tiada tara, yang belum pernah Dia murka seperti itu sebelum dan
sesudahnya.”
Nabi ‘Isa tidak menyebutkan dosa yang pernah dialaminya.
Kata Nabi ‘Isa selanjutnya, “Aku (saat ini) sibuk dengan
urusanku sendiri, aku sibuk dengan urusanku sendiri. Pergilah kalian kepada Muhammad.”
Kemudian mereka mendatangiku, dan berkata : “Wahai
Muhammad, engkau adalah utusan Allah, engkau adalah Penutup para Nabi,
Allah telah memberikan ampunan atas dosa yang telah engkau
lakukan (seandainya ada). Maka, mintakanlah syafa’at kepada Rabb-mu untuk kami. Tidakkah engkau tahu apa yang
sedang kami alami? Tidakkah engkau tahu apa yang sedang menimpa kami?”.
Maka aku (Nabi Muhammad) pergi dan mendatangi Tahtal ‘Arsy
(ke bawah ‘Arsy). Lalu aku bersujud kepada Rabb-ku. Kemudian Allah memberiku
pertolongan dan pemberitahuan yang tidak pernah Dia berikan kepada seseorang
sebelum aku. Dia berfirman, “Wahai Muhammad, angkatlah kepalamu. Mintalah,
maka engkau akan diberi. Mintalah syafa’at,
maka engkau akan diizinkan untuk memberi syafa’at.”
Lalu aku mengangkat kepalaku, dan aku mengatakan : “Ya
Allah, tolonglah umatku! Tolonglah umatku!”
Aku dijawab: “Wahai Muhammad, masukkanlah ke surga umatmu
yang bebas hisab dari pintu kanan surga, dan selain mereka lewat pintu yang
lain lagi.” Demi Allah yang menguasai diri Muhammad, sesungguhnya antara
dua daun pintu di surga sebanding antara Mekkah dan Hajar (daerah Palestina –
pent.), atau antara Mekkah dan Bashra (Iraq – pent.).” (HR. Muslim no. 194)
2.
Syafa’atnya
Nabi Muhammad kepada Kaum yang Kebaikan dan Keburukannya Seimbang (Ashabul A’raf) untuk Masuk
Surga
Orang mukmin yang mempunyai kebaikan dan
keburukan yang seimbang (ashabul a’raf), maka mereka berada di antara batas
surga dan neraka. Ketika mereka melihat ke arah surga, mereka ingin dapat
memasukinya. Tetapi ketika mereka melihat ke arah neraka, mereka memohon kepada
Allah agar tidak dimasukkan ke dalamnya.
Allah berfirman: “Dan
di antara keduanya (penghuni surga dan neraka) ada batas; dan di atas A’raaf
itu ada orang-orang yang mengenal masing-masing dari dua golongan itu dengan
tanda-tanda mereka. dan mereka menyeru penduduk surga: “Salaamun
‘alaikum[Mudah-mudahan Allah melimpahkan kesejahteraan atas kalian]“. mereka
belum lagi memasukinya, sedang mereka ingin segera (memasukinya). Dan apabila
pandangan mereka dialihkan ke arah penghuni neraka, mereka berkata: “Ya Tuhan
kami, janganlah Engkau tempatkan kami bersama-sama orang-orang yang dzalim itu.
Dan orang-orang yang di atas A’raaf memanggil beberapa orang (pemuka-pemuka
orang kafir) yang mereka mengenalnya dengan tanda-tandanya dengan mengatakan:
“Harta yang kamu kumpulkan dan apa yang selalu kamu sombongkan itu, tidaklah
memberi manfaat kepadamu.” (QS.
Al A’raf 46-48)
Hudzaifah berkata: “Ashabul
A’raf adalah kaum yang mana antara kebaikan dan keburukan mereka
seimbang, kemudian Allah berfirman kepada mereka: “Masuklah surga dengan
anugerah dan ampunan-Ku, pada hari ini janganlah kalian takut dan janganlah
kalian bersedih hati.” (Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dalam Tafsirnya, 12/453,
no 14688. Atsar yang serupa dengan ini juga diriwayatkan oleh Al-Jama’ah)
Ibnu Katsir berkata: “Semua pendapat ini adalah saling
berdekatan, yang kembali kepada satu makna yaitu mereka (ashabul a’raf-pen) adalah kaum yang
kebaikan dan keburukannya sama”. (Tafsir Ibnu Katsir, 3/121)
Ibnu Mas’ud berkata : “Ketika mereka (ashabul a’raf) berada
di atas Sirath, mereka boleh mengetahui keadaan penduduk surga dan penduduk
neraka. Maka apabila mereka melihat keadaan penduduk syurga mereka berkata:
“Keselamatan bagi kalian”, dan ketika mereka mengalihkan pandangan mereka ke sebelah
kiri mereka bisa melihat penduduk neraka, mereka berkata : “Ya Allah jangan
jadikan kami bersama orang-orang dzalim”. Mereka berlindung kepada Allah dari
neraka yang mereka lihat itu. Adapun orang yang banyak berbuat kebaikan, maka
mereka diberi cahaya, yang mana cahaya itu berada di depan mereka dan samping
kanan mereka dan mereka berjalan dengannya. Pada hari itu setiap hamba dan umat
diberi cahaya. Maka ketika mereka semua sampai di atas Sirath, Allah mencabut
cahaya orang-orang munafik, ketika ahli surga melihat apa yang terjadi pada
orang munafik maka mereka berkata : “Ya Tuhan kami sempurnakanlah cahaya kami”.
Adapun ashabul a’raf cahaya mereka hanya ada di arah depan saja. Itulah yang
difirmankan oleh Allah : “Mereka belum lagi memasukinya, sedang mereka ingin
segera (memasukinya).” (Tafsir Ath-Thabari 12/454, juga disebutkan oleh Ibnu
Katsir dalam Tafsirnya, 3/419)
Ashabul a’raf tertahan di antara batas surga dan
neraka. Mereka baru bisa memasuki surga setelah mendapat syafa’at dari Nabi
Muhammad sholallahu ‘alaihi wasallam. Imam
Ath-Thabrani meriwayatkan, bahwa Ibnu Abbas berkata: “Orang-orang yang
berlomba-lomba dalam kebajikan memasuki surga dengan tanpa hisab, orang yang
pertengahan memasuki surga dengan rahmat Allah, dan orang yang mendzalimi diri
mereka sendiri dan ashabul a’raf mereka masuk surga dengan syafa’at dari Nabi
Muhammad shalallahu alaihi wasallam.” (Al-Mu’jam Al-Kabir Lith-Thabrani,
9/391, no 11292)
Ibnu Katsir berkata: “Ketika menjelaskan keadaan
kaum muslimin di hari kiamat nanti berdasarkan ayat ini, Ibnu Abbas radiyallahu
‘anhu berkata : “Orang yang lebih dahulu
berbuat kebaikan akan masuk surga dengan tanpa hisab dan orang yang muqtasid
akan masuk ke surga dengan rahmat Allah, sedangkan orang yang mendzalimi
dirinya sendiri dan ashabul a’raf akan masuk surga dengan syafaat Nabi Muhammad
shallallahu ‘alaihi wasallam.” (Tafsir Ibnu Katsir III/556)
3.
Syafa’at Nabi Muhammad kepada Calon Penghuni
Surga yang Berada di Luar Pintu Surga Agar Segera Masuk Surga
Pintu-pintu surga dapat dibuka dengan izin Allah
melalui syafa’at Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam. Dalil tentang
syafa’at ini bisa ditemui dalam firman Allah Subhanahu wa Ta'ala :
"Dan
orang-orang yang bertakwa kepada Rabb-nya dibawa ke surga berombong-rombongan
(pula). Sehingga apabila mereka sampai ke surga itu, sedang pintu-pintunya
telah terbuka dan berkatalah kepada mereka para penjaganya: "Kesejahteraan
(dilimpahkan) atasmu, berbahagialah kamu. Maka masukilah surga ini, sedang kamu
kekal di dalamnya." (QS. Az Zumar: 73)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Aku akan mendatangi pintu surga pada hari kiamat, lalu aku meminta agar pintu tersebut dibuka. Penjaga pintu surga bertanya: Siapakah engkau? Aku menjawab: Muhammad. Penjaga itu berkata: Aku diperintahkan agar tidak membukakannya untuk siapa pun sebelum engkau.” (HR. Muslim, no. 292)
Diriwayatkan dari
Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu,
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam
bersabda: “Aku adalah manusia yang
paling banyak pengikutnya pada hari Kiamat. Dan akulah orang pertama yang
mengetuk pintu surga.” (HR.
Muslim, no. 290)
Syafa’at ini adalah
salah satu syafa’at khusus yang Allah Ta’ala berikan kepada
Nabi kita, Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, dan tidak diberikan
kepada Nabi atau Rasul yang lainnya. Syaikh Muhammad bin Sholih al-Utsaimin rahimahullah mengatakan bahwa tidak ada yang masuk
surga, kecuali setelah syafa’at Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berdasarkan hadits di atas.
4.
Syafa’at Nabi Muhammad kepada Pamannya Abu
Thalib Agar Diringankan Adzabnya
Dari Abbas bin Abdul Muthalib berkata: “Wahai
Rasulullah, apakah engkau bisa memberi manfaat kepada Abu Thalib, sebab dia
dulu memeliharamu dan membelamu?” Jawab beliau: “Benar, dia berada di neraka yang paling dangkal, kalau bukan karenaku
niscaya dia berada di neraka yang paling bawah.“ (HR. Bukhari no. 3883,
6208, 6572, Muslim 209)
Dari Abu Sa`id Al Khudri, berkata: Disebutkan di sisi Rasulullah pamannya Abu Thalib, maka beliau bersabda: ” Semoga syafa’atku bermanfaat baginya kelak di hari kiamat. Karena itu dia ditempatkan di neraka yang paling dangkal, api neraka mencapai mata kakinya lantaran itu otaknya mendidih”. (HR.Bukhari 3885, 6564, Muslim 210)
Adzab neraka yang akan diterima oleh Abu Thalib
adalah menggunakan alas kaki dari api neraka yang akan membuat otaknya
mendidih. Syafa’at ini khusus untuk Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam.
Tidak ada seorang pun yang dapat memberikan syafa’at kepada orang kafir,
kecuali Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam. Syafa’at beliau shallallahu
'alaihi wasallam kepada Abu Thalib tidaklah diberikan atau dikabulkan secara
sempurna, akan tetapi sekedar meringankan adzab Abu Thalib, lantaran di dunia
ia membela keponakannya dari gangguan kaum kafir Quraisy. Abu Thalib tidak bisa
keluar dari neraka karena beliau tidak mau mengucapkan kalimat tauhid “Laa
ilaaha illallaah” menjelang wafatnya sehingga beliau mati dalam keadaan kafir.
5.
Syafa’at Nabi Muhammad kepada Kaum Mukminin Agar
Bisa Masuk Surga Tanpa Hisab
Dari Abu
Hurairoh, Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam
bersabda (ketika mengabarkan tentang syafa’at Al Udzma) : “Aku
dijawab: “Wahai Muhammad,
masukkanlah ke surga umatmu yang bebas hisab dari pintu kanan surga, dan selain
mereka lewat pintu yang lain lagi.” (HR. Muslim no. 194)
Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam mengabarkan tentang orang-orang
yang masuk surga tanpa hisab, beliau bersabda: “Mereka itu adalah orang-orang yang tidak meminta ruqyah, tidak pernah
minta diobati dengan metode kai, tidak tathayyur dan hanya bertawakal kepada
Rabb mereka.” Ukasyah bin Mihshan berdiri dan mengatakan: “Wahai
Rasulullah, berdoalah kepada Allah agar aku termasuk golongan mereka.” Rasulullah
menjawab: “Engkau termasuk golongan
mereka.” Sahabat yang lain lantas berdiri dan mengatakan: “Berdoalah kepada
Allah agar aku termasuk di antara mereka.” Rasulullah bersabda: “Engkau sudah kedahuluan Ukasyah.” (HR.
Bukhari 5705 dan Muslim 220)
6.
Syafa’at dari Allah, Para Nabi, Para Malaikat,
dan Kaum Mukminin kepada Para Penghuni Neraka yang Beriman Agar Dikeluarkan
dari Neraka
Dari Abu
Sa’id Al Khudri bahwa Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Kemudian Allah ‘Azza
wa Jalla berfirman: ‘Para malaikat telah memberikan syafa’at, para
nabi juga sudah memberikan
syafa’at, dan kaum mukmininpun sudah memberikan syafa’at. Maka
tidak ada lagi yang lain, kecuali Allah –Arhamur Rahimin. Maka Allah mengambil
sekelompok orang dengan satu genggaman-Nya dari neraka. Lalu Dia mengeluarkan
dari neraka sekelompok orang yang tidak pernah berbuat kebaikan sama sekali.” (HR. Bukhari dalam Fathul Bari
XIII/421 hadits no. 7439 Kitab At Tauhid Bab 24 dan Muslim dalam Shahih Muslim
Syarh Nawawi III/32 hadits no. 453)
a.
Syafa’at
dari Allah
Dibawakan oleh Hammad bin Zaid, ia berkata: Aku
bertanya kepada Amr bin Dinar: “Apakah engkau mendengar Jabir bin Abdillah
radhiyallahu ‘anhu membawakan hadits dari Rasulullah shollallahu ‘alaihi
wasallam, bahwa beliau bersabda: “Sesungguhnya
Allah mengeluarkan sekelompok orang dari neraka dengan syafaat?” Amr bin
Dinar menjawab: “Ya.” (HR. Bukhari
dalam Kitab Ar Riqaq Bab Shifatil Jannah wan Naar no. 6558 Fathul Bari XI/416
dan Muslim Kitab Al Iman Bab Adna Ahlil Jannah Manzilatan Fiha III/49 no. 470
Syarh Nawawi)
Dari Abu Sa’id Al Khudri bahwa Rasulullah
shollallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Maka Allah berfirman:
Para Malaikat, para Nabi, orang-orang yang beriman memberikan syafa’at, dan
tidak ada yang tersisa kecuali lalu Allah Yang Maha Pengasih akan menggenggam satu atau
dua genggaman dari neraka kemudian mengeluarkan dari neraka itu kaum, yang
tidak pernah dari kaum itu beramal dengan amalan yang baik sedikitpun, sedang
mereka telah terbakar dan menjadi arang. Kemudian ditumpahkan pada mereka Al
Hayaat (air kehidupan) sehingga mereka pun tumbuh seperti biji kecambah. Lalu
keluarlah jasad mereka kembali bagaikan mutiara dan pada pundak mereka tertulis
“Bebas dari neraka”, dan dikatakanlah pada mereka, “Masuklah kalian kedalam
surga.” (Diriwayatkan
oleh Ahmad no. 11917 berkata Syaikh Syuaib Al Arna’uth bahwa Hadits ini
sanadnya shahih sesuai dengan
syarat Shahih Imam Al Bukhari
dan Imam Muslim, dan diriwayatkan oleh Al Imam Abdurrozaq no: 20857)
b.
Syafa’at
dari Para Nabi
Dari Imran
bin Hushain dari Nabi shollallahu ‘alaihi wasallam, beliau bersabda: “Akan keluar sekelompok orang dari neraka
karena syafa’at
Muhammad shollallahu ‘alaihi wasallam (dalam suatu lafazh yang lain: “Karena
syafa’atku”).
Lalu mereka masuk ke dalam surga. Mereka dinamakan Jahannamiyyun.” (HR. Abu Dawud dalam Shahih Abu
Dawud Kitab As-Sunnah Bab fii Asy-Syafaah hadits no. 4740 dan Ibnu Majah dalam
Shahih Ibnu Majah Kitab Az Zuhd Bab Dzikri Asy Syafaah hadits no. 3501)
c.
Syafa’at
dari Para Malaikat
Allah
berfirman: “Dan berapa banyaknya malaikat
di langit, syafa’at mereka sedikitpun tidak berguna, kecuali sesudah Allah
mengizinkan bagi orang yang dikehendaki dan diridhai-Nya.” (QS. An-Najm:
26)
Abu
Hasan Al-Asyari berkata: “Kalau ada orang yang bertanya tentang Firman Allah: “Dan mereka (malaikat) tiada memberi syafaat,
melainkan kepada orang yang diridhai-Nya” (QS. Al-Anbiya: 28). Maka
jawabnya: Mereka (malaikat) itu hanya memberi syafaat kepada orang-orang yang
diridhai Allah.” (Al-Ibanah An-Ushul Ad-Diyanah oleh Abu Hasan Al-Asyari)
d.
Syafa’at
dari Kaum Mukminin
Dari
Abu Sa’id al Khudri radhiyallahu ‘anhu, melalui jalan riwayat lain, yaitu dari
‘Atha’ bin Yasar, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Demi Allah Yang jiwaku ada di tangan-Nya. Tidak
ada seorangpun di antara kamu yang lebih bersemangat di dalam menyerukan
permohonannya kepada Allah untuk mencari cahaya kebenaran, dibandingkan dengan
kaum Mukminin ketika memohonkan permohonannya kepada Allah pada hari Kiamat
untuk (menolong) saudara-saudaranya sesama kaum Mukminin yang berada di dalam
neraka. Mereka berkata: “Wahai Rabb kami, mereka dahulu berpuasa, shalat dan
berhaji bersama-sama kami”. Maka dikatakan (oleh Allah) kepada mereka:
“Keluarkanlah oleh kalian (dari neraka) orang-orang yang kalian tahu!” Maka
bentuk-bentuk fisik merekapun diharamkan bagi neraka (untuk membakarnya).
Kemudian orang-orang Mukmin ini mengeluarkan sejumlah banyak orang yang dibakar
oleh neraka sampai pada pertengahan betis dan lututnya.” [HR. Bukhari dan
Muslim. Lihat Fathul Bari (XIII/421), hadits no. 7439, Kitab at Tauhid, Bab 24,
dengan lafadz berbeda. Dan lihat Shahih Muslim Syarh Nawawi, tahqiq Khalil
Ma’mun Syiha (III/32), hadits no. 453. Lafadz hadits di atas adalah lafadz Imam
Muslim]
7.
Syafa’at Mukminin kepada Para Calon Penghuni
Neraka yang Beriman Agar Tidak Jadi Masuk Neraka
Rasulullah shallallahu ’alaihi wasallam
bersabda: “Tidaklah seorang mayit disholatkan
oleh sekelompok orang Islam yang jumlah mereka mencapai 100, semuanya
memintakan syafa’at untuknya, melainkan syafa’at itu akan diberikan pada
dirinya.” (HR. Muslim no. 947, 58)
Rasulullah shallallahu ’alaihi wasallam
bersabda: “Tidaklah seorang muslim
meninggal dunia, lalu jenazahnya disholatkan oleh 40 orang yang tidak
menyekutukan Allah dengan sesuatu apapun, melainkan Allah akan memberikan
syafa’at kepadanya.” (HR. Muslim
no. 948, 59)
Rasulullah shallallahu ’alaihi wasallam
bersabda:
8.
Syafa’at Kaum Mukminin kepada Sesamanya Untuk
Mengangkat Derajat Mereka di Surga
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
mendoakan sahabatnya, Abu Salamah radhiyallahu 'anhu : "Ya Allah, ampunilah Abu Salamah, angkatlah
derajatnya kepada golongan orang-orang yang diberi petunjuk, lapangkanlah
kuburannya...". (HR. Muslim)
Abu Hurairah meriwayatkan: Rasulullah shallallahu ’alaihi wasallam
bersabda: “Sesungguhnya, Allah Azza wa Jalla bisa saja mengangkat derajat
seorang hamba yang shalih di surga kelak. Si hamba itu akan bertanya, “Ya
Rabbi, bagaimana aku bisa mendapatkan derajat sehebat ini?” Allah berfirman,
“Karena permohonan ampun dari anakmu.” (Diriwayatkan oleh Ahmad dan
Ath-Thabrani dalam Al-Awsath. Disebutkan oleh Al-Haitsami dalam Majma’uz Zawaid
X : 210)
Said bin Jubair berkata, dari Ibnu Abbas ia
berkata: “Apabila seseorang masuk surga, dia bertanya tentang orang tuanya,
istri dan anaknya. Lalu diberitahukan padanya bahwa mereka tidak sampai pada
tingkatan surgamu, maka dia berkata, ‘Wahai Rabbku, Engkau mengetahui
kecintaanku terhadap mereka, lalu Allah memerintahkan agar mengangkat
keluarganya berkumpul dalam satu surga. Ibnu Abbas kemudian membacakan ayat “Dan orang-orang yang beriman, dan yang anak
cucu mereka mengikuti mereka dalam keimanan, kami hubungkan anak cucu mereka
dengan mereka, dan kami tiada mengurangi sedikitpun dari pahala amal mereka.
Tiap-tiap manusia terikat dengan apa yang dikerjakannya.” (QS. At-Thur: 21)
(Tafsir Ibnu Katsir)
Sa’id bin Musayyib berkata: “Seseorang diangkat
derajatnya karena doa anaknya setelahnya.” (Muwatha’ Kitab Al-Qur’an Bab
Al-‘Amal Fid Du’aa no. 38)
9.
Syafa’at dari Puasa dan Al-Qur’an
Dari Abdullah bin ‘Amr bahwa Rasulullah shallallahu ’alaihi wasallam
bersabda: “Puasa dan Al-Qur’an akan
memberi syafa’at kepada seorang hamba pada hari kiamat kelak. Puasa akan
bertanya: “Wahai Rabb-ku. Aku telah menahannya dari makan pada siang hari dan
nafsu syahwat. Karenanya, perkenankan aku untuk memberi syafa’at kepadanya.”
Sedangkan Al-Qur’an berkata: “Aku telah melarangnya dari tidur pada malam hari.
Karenanya, perkenankan aku untuk memberikan syafa’at kepadanya.” Maka keduanya
pun memberikan syafa’at.” (HR. Ahmad II/174 dan Hakim I/554. Dishahihkan
oleh Hakim dan disetujui oleh Adz-Dzahabi. Al-Haitsami berkata: “Diriwayatkan
oleh Ahmad dan Thabrani dalam Mu’jam Kabir. Rijal hadits ini rijal shahih”
(Majma’uz Zawaid III/181). Dishahihkan oleh Albani dalam Tamamul Minnah halm.
394)
Dari Abu Umamah Al-Bahili radhiallahu ‘anhu bahwasanya
dia mendengar Rasulullah shallallahu
’alaihi wasallam bersabda: “Bacalah
Al-Qur’an. Sesungguhnya Al-Qur’an akan datang pada hari kiamat sebagai pemberi
syafa’at bagi sahabatnya.” (HR. Muslim no. 804)
Dari Abu Umamah Al-Bahili radhiallahu ‘anhu :
Saya mendengar Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda : “Bacalah oleh kalian dua bunga, yaitu surat
Al-Baqarah dan Surat Ali ‘Imran. Karena keduanya akan datang pada hari kiamat
seakan-akan keduanya dua awan besar atau dua kelompok besar dari burung yang
akan membela orang-orang yang senantiasa rajin membacanya. Bacalah oleh kalian
surat Al-Baqarah, karena sesungguhnya mengambilnya adalah barakah,
meninggalkannya adalah kerugian, dan sihir tidak akan mampu menghadapinya.”
(HR. Muslim 804)
Dari An-Nawwas bin Sam’an Al-Kilabi radhiallahu ‘anhu
berkata : Saya mendengar Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda : “Akan didatangkan Al-Qur`an pada Hari Kiamat
kelak dan orang yang rajin membacanya dan senantiasa rajin beramal dengannya,
yang paling depan adalah surat Al-Baqarah dan surat Ali ‘Imran, keduanya akan
membela orang-orang yang rajin membacanya.” (HR. Muslim 805)
Jika ada yang bertanya:
Bukankah hadits-hadits tentang adanya syafa’at
seperti syafa’at seorang anak kepada bapaknya ditolak oleh ayat Al-Qur’an:
“Hai
manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu dan takutilah suatu hari yang (pada hari
itu) seorang bapak tidak dapat menolong anaknya dan seorang anak tidak dapat
(pula) menolong bapaknya sedikitpun. Sesungguhnya janji Allah adalah benar,
Maka janganlah sekali-kali kehidupan dunia memperdayakan kamu, dan jangan
(pula) penipu (syaitan) memperdayakan kamu dalam (mentaati) Allah.” (QS. Luqman: 33)
Maka jawabannya:
Ayat di atas (QS. Luqman: 33) berkaitan dengan orang-orang kafir.
Ibnul
Jauzi menafsirkan firman Allah SWT يا أيها الناس اتقوا ربكم “Hai manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu” bahwa para mufasir
mengatakan,”Ayat ini ditujukan untuk orang-orang kafir
di Mekah.” Dan firman Allah SWT “لا يجزي والد عن ولده “seorang bapak tidak dapat
menolong anaknya sedikit pun dari kejahatan dan kezhalimannya. Muqotil
mengatakan bahwa yang dimaksud adalah orang-orang kafir.
(Zaad al Masir juz V hal 112)
Hal ini seperti syafaat Nabi Ibrahim untuk ayahnya yang
kemudian ditolak Allah SWT seperti apa yang diriwayatkan dari Abu Hurairah dari
Nabi saw, ”Pada hari kiamat Ibrahim
menemui ayahnya Azar dan tampak wajahnya gelap dan tertutupi debu. Lalu Ibrahim
berkata kepadanya, ’Bukankah aku telah mengatakan kepadamu untuk tidak
maksiat.’ Ayahnya berkata, ’Hari ini aku tidak akan maksiat terhadapmu.’
Ibrahim pun berkata, ’Wahai Allah, sesungguhnya Engkau pernah berjanji kepadaku
bahwa Engkau tidak akan menghinakanku pada hari mereka dibangkitkan maka
kehinaan yang mana yang lebih hina dari yang didapat ayahku yang jauh (dari
rahmat-Mu).’ Lalu Allah berfirman,’Sesungguhnya Aku mengharamkan surga buat orang-orang kafir.’ Kemudian dikatakan kepada Ibrahim,
’Wahai Ibrahim apa yang ada di bawah kedua kakimu.’ Lalu Ibrahim pun melihatnya
dan ternyata ia adalah seekor serigala berbintik-bintik maka dipeganglah
kaki-kakinya dan dilemparkan ke neraka.” (HR. Bukhari)
Adapun untuk orang-orang yang beriman/bertauhid,
maka ada syafa’at seperti yang disebutkan oleh Allah dalam firman-Nya:
“Dan orang-orang
yang beriman, dan yang anak cucu mereka mengikuti mereka
dalam keimanan, kami hubungkan anak cucu mereka dengan mereka,
dan kami tiada mengurangi sedikitpun dari pahala amal mereka. Tiap-tiap manusia
terikat dengan apa yang dikerjakannya.” (QS. At-Thur: 21)
“Pada hari
itu tidak berguna syafa'at, kecuali (syafa'at) orang yang Allah Maha Pemurah
telah memberi izin kepadanya, dan Dia telah meridhai perkataannya.” (QS.
Thaha : 109)
Abu Hurairah bertanya: “Ya, Rasulullah. Siapakah orang yang paling bahagia dengan
syafaatmu pada hari kiamat?” Rasulullah bersabda: “Sungguh aku telah menyangka bahwa tidak ada seseorang yang lebih dahulu
bertanya tentang ini kecuali engkau karena semangatmu dalam mencari hadits.”
Rasul bersabda: “Orang yang paling
bahagia dengan syafaatku adalah orang yang mengucapkan Laa ilaaha illallaah
dengan ikhlas dari hatinya.” (HR. Bukhari no. 99)
Ibnu Abbas berkata: “Orang yang Allah ridhai
perkataannya, yaitu orang yang mengucapkan Laa ilaaha illallaah. Dengan kata
lain, Allah tidak akan memberikan syafaat kepada selain mukmin.” (Tafsir Al Baghawi
III/195 Cet. Daar Al Kutub Al Ilmiyyah)
Syaikhul Islam Ibnu
Taimiyah berkata : ”Syafa’at,
sebabnya adalah tauhid kepada Allah, dan mengikhlaskan agama dan ibadah dengan
segala macamnya kepada Allah. Semakin kuat keikhlasan seseorang, maka dia
berhak mendapatkan syafa’at. Sebagaimana dia juga berhak mendapatkan segala
macam rahmat. Sesungguhnya, syafa’at adalah salah satu sebab kasih sayang Allah
kepada hamba-Nya. Dan yang paling berhak dengan rahmat-Nya adalah ahlut tauhid
dan orang-orang yang ikhlas kepada-Nya. Setiap yang paling sempurna dalam
mewujudkan kalimat ikhlas (Laa ilaaha illallaah) dengan ilmu, keyakinan, amal,
dan berlepas diri dari berbagai bentuk kesyirikan, loyal kepada kalimat tauhid,
memusuhi orang yang menolak kalimat ini, maka dia yang paling berhak dengan
rahmat Allah. (Majmu’ Fatawa Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, XIV/414 dengan
ringkas)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar